jpnn.com - Hampir seluruh energi yang kita miliki saat ini, sedang tertuju kepada pencegahan penyebaran Virus Corona, dan penderitanya disebut pengidap Covid-19. Betapa tidak, memasuki pekan ketiga, jumlah korban terus bertambah, baik yang positif terkena virus, maupun korban jiwa yang tidak sempat terselamatkan.
Angkanya terus bertambah, bahkan saat ini terdapat 35 korban meninggal akibat COVID-19 di seluruh Indonesia dengan tingkat kematian (death rate) sebesar 8 persen, tertinggi di dunia.
BACA JUGA: Berita Duka, Tiga Dokter Meninggal Diduga Terpapar Virus Corona
Kita amat lega dengan langkah pemerintah akan melakukan test cepat secara massal (massive and rapid testing), termasuk akan mendatangkan avigan sebanyak 2 juta dan Chloroquine sebanyak 3 juta untuk mengobati para pasien covid-19.
Langkah cepat Presiden Joko Widodo ini patut kita apresiasi positif, di tengah tudingan banyak pihak pemerintah lambat antisipatif menangani penyebaran virus korona.
BACA JUGA: Mengapa Imunitas Penting untuk Melawan Virus Corona?
Kita sudah merasakan pengaruh Covid-19 terhadap perekonomian global dan nasional saat ini.
Harga minyak internasional merosot tajam, baik dari harga minyak West Texas Intermediate (WTI) maupun Brent berada pada titik terendahnya pada kisaran USD 20 hingga 25 per barel.
BACA JUGA: Republik Islam Iran Sesumbar Bakal Mengalahkan Virus Corona dalam 15 Hari
Begitupula dengan nilai tukar rupiah, hari ini sudah menyentuh angka Rp 16.237 per USD. Tekanan terhadap rupiah dua hari terakhir di pasar keuangan lebih didasarkan pada panic selling akibat isu seputar kasus korona.
Sektor riil juga mengalami tekanan, meskipun pemerintah telah menjamin stok pangan selama beberapa bulan ke depan. Setidaknya harga gula dan daging merangkak naik. Bahkan di beberapa gerai supermarket, gula kemasan telah banyak di borong habis akibat panic buying.
Cepat atau lambat, kondisi ini akan segera mempengaruhi kondisi perekonomian masyarakat kelas bawah. Terutama masyarakat yang masuk kedalam garis kemiskinan yang mengandalkan penghasilan harian.
Saya bisa merasakan bagaimana penderitaan masyarakat miskin kita pada saat ini, masyarakat yang mengandalkan penghasilan atau upah harian, mulai dari pedagang keliling yang kehilangan pembeli, warung kecil yang mulai sepi, toko kelontong di pasar yang tidak lagi didatangi Ibu-ibu, para buruh lepas yang terkena PHK.
Mereka inilah yang paling rentan terkena dampak terbatasnya ruang gerak dan interaksi sosial (social distancing), dengan berkurangnya penghasilan mereka secara drastis, karena tidak punya pilihan untuk bertahan. Oleh sebab itu, bagi kita yang beruntung, mulai sisihkan penghasilan yang kita miliki, untuk membantu meringankan beban hidup mereka beberapa waktu ke depan.
Semangat Berbagi
Saya sangat percaya, sebagai sebuah bangsa kita memiliki modal sosial (social capital) yang kuat. Untuk membantu meringankan dampak sosial dan ekonomi yang sedang dialami oleh sebagian masyarakat akibat Covid-19 ini.
Saatnya untuk menunjukkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial kita sesama anak bangsa. Mulai dari pemerintah pusat dan daerah, BUMN, perusahaan swasta, hingga masyarakat biasa.
Kita mengapresiasi langkah Pemerintah yang sudah mengeluarkan kebijakan insentif ekonomi dalam dua tahap. Dimana, tahap pertama berupa pembebasan pajak hotel dan restoran di 10 daerah wisata yang terdiri dari 33 kabupaten dan kota.
Sedangkan tahap kedua, melalui kebijakan yang disebut sebagai kebijakan counter cyclical atau kontra siklus, dimana pemerintah memutuskan untuk melonggarkan kebijakan fiskal. Selain akan ada penambahan belanja, juga akan diberikan relaksasi perpajakan khususnya untuk PPn dan PPh.
Saya juga mendorong agar Pemerintah segera mempercepat pencairan bantuan sosial yang kita miliki hari ini sebagai jaring pengaman atau kompensasi berupa bantuan langsung tunai (BLT) atau cash transfer kepada warga yang terdampak, khususnya masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
Pekerja yang menerima penghasilan di bawah Uapah Minimum Provinsi (UMP) sangat rentan terdampak. Pasalnya, masyarakat kategori tersebut sebagian besar tidak memiliki tabungan dan pekerjaan tetap. Kebijakan ini untuk mengantisipasi kenaikan harga barang-barang kebutuhan pokok, seperti: minyak, daging, gula dan barang kebutuhan pokok lainnya.
Saya juga mengimbau kepada masyarakat, bagi yang belum mendaftar BPJS bisa segera mendaftar dan memiliki kartu BPJS. Sebagai insentifnya, Pemerintah bisa memberikan insentif potongan beberapa bulan, khususnya untuk kelas tiga. Dengan demikian masyarakat miskin atau rentan akan memiliki antisipasi jika terdapat gejala awal Covid-19, bisa langsung berobat ke Puskesmas terdekat, tidak lagi terkendala dengan masalah biaya pengobatan karna sudah ditanggung oleh BPJS.
Sedangkan bagi dunia usaha, juga saatnya untuk berbagi kepada masyarakat yang membutuhkan. Donasi yang paling dibutuhkan saat ini adalah alat pelindung, baik berupa masker, sarung tangan, dan baju anti virus (cover all). Saya berharap agar dunia usaha bisa membantu meringankan beban masyarakat dan petugas kesehatan, dengan menjualnya dengan harga wajar dan harga peduli.
Selain itu, mengalokasikan corporate social responsibility (CSR) untuk menolong lebih banyak masyarakat miskin dan rentan, sekaligus membantu pemerintah dalam memastikan kesiapan supply side.
Saya juga berharap kepedulian dan kesetiakawanan sosial ini juga dijalankan oleh masing-masing individu di masyarakat, tanpa lagi melihat, suku, ras dan agama yang dianutnya, pertimbangannya semata-mata hanya aspek kemanusiaan.
Banyak instrumen sosial keagamaan dan kemanusiaan yang bisa langsung dijalankan, seperti: zakat, infak, sedekah, kepada tetangga yang sangat memerlukan bantuan untuk bisa bertahan hidup.
Selain itu, bisa menidentifikasi warga yang masuk dalam kategori miskin dan rentan miskin, dilingkungan sekitar melalui RT dan RW, kemudian membelikan sembako terutama beras, dan kebutuhan mendesak saat ini berupa, masker, sabun dan handsanitizer, untuk pencegahan dini penyebaran Covid-19.
Inilah saatnya sebagai bangsa kita diuji dalam komitmen kemanusiaan dan keindonesiaan. Saatnya bergandengan tangan, memberi energi kepada saudara sebangsa, meneguhkan kembali keindonesiaan kita nyata adanya.
Saya yakin kita bisa melampaui kelam ini bersama dan segera membalik tirai kelam ini bersama sama, dan esok kita makin kokoh sebagai bangsa.***
Redaktur & Reporter : Friederich