jpnn.com, JAKARTA - Hampir 70 persen pasien dari kasus COVID-19 hanya memiliki keluhan minimal, sehingga banyak yang mengira bahwa itu bukan sakit akibat virus corona.
Keluhan minimal itu, antara lain berupa batuk yang tidak terus-menerus dan demam yang tidak tinggi.
BACA JUGA: Ibu-Ibu Simak Nih Panduan Khusus New Normal, yang Sedang Flu Batuk Dilarang ke Mal dan Pasar
Dengan keluhan minimal itu, masyarakat memiliki persepsi biasa saja dan merasa bahwa hal itu bukan sakit karena COVID-19.
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Achmad Yurianto mengatakan, keluhan minimal itu pada masyarakat bisa dipersepsikan tidak sakit.
BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: Fahri Hamzah Sentil Pemerintah, Suntik Covid Ajalah, Gerhana Matahari
Untuk membuktikan atau mendiagnosa seseorang positif atau negatif COVID-19, harus dilakukan tes.
Standar tes yang diakui oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) adalah pemeriksaan dengan metode polymerase chain reaction (PCR).
BACA JUGA: 23 dari 25 Pemain Inter Milan Sakit, Batuk-Batuk, Demam Tinggi
Bagi yang memiliki kontak dekat dengan orang yang terkonfirmasi positif COVID-19 akan langsung dilacak dan dites COVID-19 untuk mencari sumber infeksi dan memutus rantai penularan COVID-19 di tengah masyarakat.
Yurianto mengatakan 14 hari adalah proses inkubasi dari COVID-19 sampai dia menunjukkan gejala pada orang yang terinfeksi.
"Bisa saja bisa terinfeksi hari ini gejala baru muncul nanti di hari ke-14, meskipun rata-rata kalau kita lihat data sekarang ini mungkin akan muncul di hari kelima atau keenam," ujarnya.
Jika gejala tidak muncul dalam 14 hari, maka orang tersebut bisa dikatakan memang tidak terinfeksi atau virus itu memang sudah tidak ada lagi di dalam tubuhnya.
Tes COVID-19 diperlukan dalam rangka menemukan sumber infeksi COVID-19 di tengah masyarakat untuk bisa melakukan tindakan lanjutan dalam mencegah penyebaran COVID-19 ke orang lain sehingga dapat dilakukan isolasi dan penanganan agar tidak terjadi menularkan pada orang lain.
Sebagaimana arahan Presiden Joko Widodo, kata Yurianto, tes COVID-19 harus dilakukan secara masif, yang berarti pemeriksaan didasarkan pada pelacakan kontak dekat dengan yang terkonfirmasi positif, bukan bersifat massal.
"Semua kasus yang dicurigai dari contact tracing atau pelacakan kontak yang kontak dekat dengan terkonfirmasi yang sudah dipastikan harus dilakukan tes dalam cara mencari dan mengisolasi agar tidak menjadi sumber penularan di komunitasnya," ujar Yurianto. (ant/ngopibareng/jpnn)
Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:
Redaktur & Reporter : Natalia