Cowok yang Diapit Luis Milla dan Indra Sjafri Ini, Wow!

Rabu, 22 Februari 2017 – 00:42 WIB
Bayu Eka (tengah) bersama Luis Milla dan Indra Sjafri. Foto: BAYU EKA FOR RADAR SAMPIT/JPNN.com

jpnn.com - jpnn.com - Bayu Eka Sari Teguh, pria asli Sampit, Kotawaringin Timur, Kalteng, dipercaya menjadi asisten pelatih tim nasional Indonesia, Luis Milla.

DINI MUTIARA PARLINA SINAGA, SAMPIT

BACA JUGA: Ingat, Seleksi Timnas Tak Hanya Untuk Mengenal Pemain

Fasih berbahasa Spanyol menjadi modal awal Bayu memberanikan diri mengajukan lamaran ke PSSI. Tidak ada lowongan atau rekrutmen secara terbuka oleh PSSI.

Bayu datang sendiri dan mengajukan diri. Namun, berkat kegigihan serta penguasaan bahasa yang mumpuni, Bayu mendapatkan tawaran menjadi asisten pelatih timnas Indonesia. Dia menguasai bahasa Inggris, Spanyol, Prancis, dan Portugis.

BACA JUGA: Ini Empat Pemain yang Jadi Saingan Winger Persib

”Sekarang di PSSI sebagai administrator timnas merangkap asisten pelatih. Sehari-hari menggunakan bahasa Spanyol dalam percakapan bersama tim pelatih," cerita Bayu saat diwawancarai via telepon seluler oleh Radar Sampit (Jawa Pos Group).

Dapat dimaklumi, Luis Milla berkebangsaan Spanyol. Dia menggantikan posisi Alfred Riedl yang mundur usai timnas berlaga di Piala AFF 2016.

BACA JUGA: Winger Persib Ini Sempat Grogi di Latihan Timnas

Diakui Bayu, pelatih timnas itu sosok yang menyenangkan. Baik, ramah, dan profesional membuat Bayu nyaman bekerja dengan Luis Milla.

Sebulan sudah Bayu jadi asisten Luis Milla. Bertandang ke sejumlah kota dan menonton pertandingan Piala Presiden bersama.

Banyak hal yang dia lakukan, selain jadi penerjemah juga administrator. Tidak ada keluhan atau kendala berarti selama bergabung di PSSI.

Bayu justru bekerja dengan tenang dan riang tanpa beban.

Kini, semangat kerja makin terlecut demi Timnas Garuda. Padahal dulunya dia bekerja dengan gaji besar, fasilitas memadai.

Namun, hal itu tidak memuaskan anak dari Kasatrolda Dit Polair Polda Kalteng, AKBP Teguh Yulianto ini. Dia menarik diri dan terjun ke dunia yang digemarinya.

Setelah di PSSI, Bayu merasa inilah pekerjaan ternyaman selama bertahun-tahun di belakang meja yang ditumpuki berkas-berkas.

Pria kelahiran 26 Oktober 1990 ini pernah bekerja di Kedutaan Indonesia di Paris selama satu tahun. Kemudian pulang ke Indonesia dan bekerja di perusahaan swasta.

Menurutnya, kerja lembur dari matahari terbit hingga tenggelam justru tidak terasa setelah di PSSI. Beda hal saat bergumul dengan dunia perkantoran, jam 3 sore saja sudah jenuh.

Dulu, Bayu yang besar di Sampit sempat mengenyam pendidikan di SD Negeri 1 Sawahan dan SMP Negeri 1 Sampit. Saat SMA, dia hijrah ke Jawa lalu kuliah S1 dan S2 di Lion Prancis.

Sejak kecil, Bayu yang akrab disapa Bes memang suka dunia sepakbola. Waktu itu, dia berlatih olahraga segala umur yang mendunia ini di Stadion 29 Nopember Sampit. Menunjukkan skill di lapangan hijau menjadi cita-cita saat usia belasan.

”Sayang saya gak punya talenta, dan infrastruktur gak mendukung," lanjut Bayu dalam percakapan santai di sela waktu luang sebelum dirinya kembali menjalani rutinitas rapat bersama Luis Milla dan tim.

Meski tak bisa berlaga di lapangan hijau sebagai pemain, berada di belakang layar sudah membuat Bayu bangga.

Tak pernah terbayangkan olehnya. Apalagi, dia berasal dari Sampit, Kotawaringin Timur. Jarang-jarang "orang Sampit" bekerja di PSSI.

Kebanggaan itu juga diamini oleh sang ayah. Dia tak pernah memimpikan anak lelakinya jadi asisten pelatih timnas.

Namun, karena kelebihan penguasaan bahasa sang anak menjadi pintu membuka peluang berkarir di PSSI.

”Saya terserah anak saya memilih pekerjaan, dia sudah dewasa. Saya membebaskan anak saya,” ujar Teguh ketika dikunjungi Radar Sampit di Mako Dit Polair Poda Kalteng tempatnya bekerja.

Dia berujar, saat Bayu sekolah memang selalu diarahkan untuk bersekolah di tempat yang dia pilih.

Ketika kuliah, Teguh sudah membebaskan anaknya memilih sesuai jurusan yang diinginkan. Dia tidak pernah memaksa sang anak mengikuti jejaknya menjadi perwira Polri.

Kini meski berjauhan mereka tak lupa setiap hari saling bertukar kabar. Tidak luput, Bayu setiap hari selalu menelepon untuk sekadar menyapa keluarga di Sampit. ”Iya, komunikasi selalu terjalin setiap hari,” kata Teguh.

Bayu melanjutkan, tidak hanya sampai di sini karirnya. Dia tidak akan berhenti bermimpi. Mimpinya membawa timnas Indonesia ke Piala Dunia. Ini hanya langkah pertama dia meraih mimpi besar.

Di akhir percakapan siang itu, Bayu menyelipkan pesan khususnya kepada masyarakat Sampit.

Jangan pernah berhenti bermimpi. Semua orang memiliki kesempatan yang sama. Ingat, selalu bekerja keras, belajar, dan berdoa.

Dia memberi sedikit bocoran rencananya dalam waktu dekat. ”Saya rutin pulang ke Sampit, kalau ada teman menikah, bulan puasa, dan libur panjang. Saya berencana membawa dia (Luis Milla) jalan-jalan ke Sampit,” kata Bayu menutup kisahnya. (***/dwi)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... 25 Nama Dipanggil, 26 yang Ikut Latihan Timnas


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler