JAKARTA - Isu soal akuisisi perusahaan grup Bakrie PT Visi Media Asia (VIVA) kembali menyeruak. Taipan media Chairul Tanjung (CT) dikabarkan telah meminang saham korporasi yang membawahi stasiun televisi TVOne dan ANTV tersebut. CT pun blak-blak-an sudah menyampaikan proposal pembelian Viva Group tanpa menggandeng partner.
Seperti yang dilansir Reuters di Bali, bos CT Corp tersebut mengaku adalah satu di antara beberapa penawar perseroan di bawah kendali Anindya Novyan Bakrie tersebut. Dalam proposal akuisisi itu, CT berambisi untuk membeli seluruh saham VIVA. "Hanya kami yang bisa membayar secara tunai (cash) 100 persen,.. kantong saya masih dalam" ungkapnya, Jumat (29/3).
Perlu diketahui, CT Corp merupakan salah satu pemain besar industri media Indonesia, dan mengontrol dua stasiun televisi nasional yakni Trans TV dan Trans7. Untuk mengakuisisi VIVA group sebagai salah satu gurita bisnisnya, CT pun telah menyiapkan pundi-pundi pinjaman baru.
"Prosesnya berlangsung terus. Tapi kesepakatan belum terjadi," jelasnya tanpa mengungkapkan berapa nilai modal yang telah disiapkan.
Seperti pernah diwartakan, keluarga Bakrie saat ini memang tengah berencana menjual saham mayoritasnya untuk mendapatkan uang guna membeli asset Bumi Plc. Bakrie dikabarkan menawarkan 51 persen sahamnya di Viva Group.
Beberapa nama korporasi yang gencar diberitakan siap mencaplok saham VIVA di antaranya CT Corp dan MNC Group. Dalam lobi-lobi itu, Bakrie menawarkan kepemilikannya di Viva Group sekitar USD 1,2 miliar hingga USD 2 miliar. Sementara nilai kapitalisasi pasar Viva Group sendiri sebesar USD 800 juta atau sekitar Rp 7,6 triliun.
Bagaimana analis menilai pengajuan CT sebagai calon pemilik VIVA group? CEO PT Remax Capital Lucky Bayu Purnomo mengatakan dengan masuknya CT, maka bisnis VIVA diproyeksi akan semakin berkembang. Hal ini lantaran rekam jejak portofolio perusahaan CT yang listing di bursa relatif tidak memiliki masalah, sebut saja Bank Mega dan Anta Tour.
"Jika transaksi dengan CT terjadi, maka semakin bagus untuk VIVA. Itu karena VIVA akan semakin solid saat bergabung dengan Trans Corp. Efeknya akan positif," ungkap Lucky kepada Jawa Pos.
Lucky pun menilai harga saham VIVA ke depan masih cukup prospektif. Merujuk data Bursa Efek Indonesia (BEI) per Februari 2013, saat ini rasio harga saham terhadap laba (PER/price earning ratio) VIVA sendiri mencapai 80,44 kali. Angka tersebut sangat jauh lebih tinggi dibandingkan PER industri yang hanya 19,88 kali.
"Harga Viva saat ini memang tinggi, tapi tidak mahal. Dalam jangka pendek memang berpotensi koreksi. Namun untuk jangka panjang dapat menguat," jelasnya.
Tercatat, keuntungan per saham (EPS/earning per share) VIVA per akhir kuartal III 2012 positif di level Rp 5,51. Kepada otoritas bursa kemarin, VIVA sendiri mengajukan keterlambatan pengiriman laporan keuangan lantaran belum masuknya data-data dari entitas anak. (gal/kim)
Seperti yang dilansir Reuters di Bali, bos CT Corp tersebut mengaku adalah satu di antara beberapa penawar perseroan di bawah kendali Anindya Novyan Bakrie tersebut. Dalam proposal akuisisi itu, CT berambisi untuk membeli seluruh saham VIVA. "Hanya kami yang bisa membayar secara tunai (cash) 100 persen,.. kantong saya masih dalam" ungkapnya, Jumat (29/3).
Perlu diketahui, CT Corp merupakan salah satu pemain besar industri media Indonesia, dan mengontrol dua stasiun televisi nasional yakni Trans TV dan Trans7. Untuk mengakuisisi VIVA group sebagai salah satu gurita bisnisnya, CT pun telah menyiapkan pundi-pundi pinjaman baru.
"Prosesnya berlangsung terus. Tapi kesepakatan belum terjadi," jelasnya tanpa mengungkapkan berapa nilai modal yang telah disiapkan.
Seperti pernah diwartakan, keluarga Bakrie saat ini memang tengah berencana menjual saham mayoritasnya untuk mendapatkan uang guna membeli asset Bumi Plc. Bakrie dikabarkan menawarkan 51 persen sahamnya di Viva Group.
Beberapa nama korporasi yang gencar diberitakan siap mencaplok saham VIVA di antaranya CT Corp dan MNC Group. Dalam lobi-lobi itu, Bakrie menawarkan kepemilikannya di Viva Group sekitar USD 1,2 miliar hingga USD 2 miliar. Sementara nilai kapitalisasi pasar Viva Group sendiri sebesar USD 800 juta atau sekitar Rp 7,6 triliun.
Bagaimana analis menilai pengajuan CT sebagai calon pemilik VIVA group? CEO PT Remax Capital Lucky Bayu Purnomo mengatakan dengan masuknya CT, maka bisnis VIVA diproyeksi akan semakin berkembang. Hal ini lantaran rekam jejak portofolio perusahaan CT yang listing di bursa relatif tidak memiliki masalah, sebut saja Bank Mega dan Anta Tour.
"Jika transaksi dengan CT terjadi, maka semakin bagus untuk VIVA. Itu karena VIVA akan semakin solid saat bergabung dengan Trans Corp. Efeknya akan positif," ungkap Lucky kepada Jawa Pos.
Lucky pun menilai harga saham VIVA ke depan masih cukup prospektif. Merujuk data Bursa Efek Indonesia (BEI) per Februari 2013, saat ini rasio harga saham terhadap laba (PER/price earning ratio) VIVA sendiri mencapai 80,44 kali. Angka tersebut sangat jauh lebih tinggi dibandingkan PER industri yang hanya 19,88 kali.
"Harga Viva saat ini memang tinggi, tapi tidak mahal. Dalam jangka pendek memang berpotensi koreksi. Namun untuk jangka panjang dapat menguat," jelasnya.
Tercatat, keuntungan per saham (EPS/earning per share) VIVA per akhir kuartal III 2012 positif di level Rp 5,51. Kepada otoritas bursa kemarin, VIVA sendiri mengajukan keterlambatan pengiriman laporan keuangan lantaran belum masuknya data-data dari entitas anak. (gal/kim)
BACA ARTIKEL LAINNYA... PT Pos Luncurkan Luber Hadiah 2013
Redaktur : Tim Redaksi