JAKARTA - Cuaca buruk yang melanda wilayah Indonesia pada Januari lalu membuat harga-harga barang merangkak naik. Akibatnya, inflasi pun melonjak.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin mengatakan, tren kenaikan inflasi sejak November 2012 lalu terus berlanjut pada Januari 2013. Ini tecermin dari inflasi bulanan periode Januari 2013 yang menembus angka 1,03 persen. "Untuk periode bulan Januari, ini inflasi tertinggi sejak 2009," ujarnya, Jumat (1/2).
Suryamin menyebut, kenaikan komoditas bahan makanan menjadi faktor utama pendorong lonjakan inflasi Januari. BPS mencatat, indeks harga konsumen bahan makanan naik 3,39 persen. Selanjutnya kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau naik 0,46 persen.
"Kita tahu, cuaca buruk membuat banjir terjadi di banyak tempat, gelombang laut tinggi, sehingga distribusi bahan pangan terganggu. Itu yang membuat harga naik," katanya.
Hipotesa bahwa cuaca buruk berbanding lurus dengan kenaikan inflasi didukung oleh fakta bahwa inflasi periode Januari sempat terjadi pada Januari 2008 yang sampai menembus angka 1,7 persen. Sebagaimana diketahui, cuaca buruk di beberapa wilayah terjadi dalam siklus 5 tahunan. Bahkan, pada Desember 2007 dan Januari 2008 cuaca buruk lebih parah dibanding periode Desember 2012 dan Januari 2013 lalu.
Dari sisi wilayah, Sibolga menjadi wilayah dengan tingkat inflasi tertinggi, yakni hingga 3,78 persen. Sedangkan inflasi terendah terjadi di Pontianak dengan angka 0,01 persen. Namun, ada pula beberapa wilayah yang justru mengalami deflasi, seperti Sorong dan Ternate.
Bagaimana kota-kota di Jawa? Data BPS menunjukkan, Purwokerto menjadi wilayah dengan inflasi tertinggi (1,63 persen), sedangkan Bogor menjadi kota dengan inflasi terendah (0,58 persen). Adapun Jakarta yang Januari lalu sempat dilanda banjir cukup parah mencatat inflasi 0,88 persen, masih lebih rendah dibanding inflasi di Surabaya yang mencapai 0,89 persen.
Direktur Statistik Harga BPS Yunita Rusanti menambahkan, tren pelemahan nilai tukar Rupiah juga menjadi salah satu penyebab inflasi. Dia menyebut, saat ini banyak bahan baku makanan seperti tepung terigu, jagung, dan kedelai yang harus diimpor. "Akibatnya, ketika Rupiah melemah, pengusaha harus membayar lebih mahal. Itu lantas dibebankan pada konsumen melalui kenaikan harga," ucapnya.
Bagaimana dengan kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) dan tarif listrik mulai tahun ini" Suryamin mengatakan, hingga Januari lalu, dampak kenaikan UMP dan tarif listrik belum terlihat. Dia menyebut, kemungkinan dampak kenaikan baru akan terasa pada Februari ini. "Tapi, saya kira tidak sampai membuat lonjakan (inflasi). Apalagi, listrik kan naiknya bertahap," ujarnya.
Direktur Eksekutif Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, kenaikan UMP dan tarif listrik hanya akan sedikit berpengaruh pada inflasi secara keseluruhan pada 2013 ini. "Kecuali, jika ada kenaikan (harga) BBM subsidi, maka pengaruhnya akan cukup terasa. Jika tidak ada (kenaikan harga BBM), inflasi tahun ini diproyeksi masih di kisaran 4,9 persen," jelasnya. (owi)
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin mengatakan, tren kenaikan inflasi sejak November 2012 lalu terus berlanjut pada Januari 2013. Ini tecermin dari inflasi bulanan periode Januari 2013 yang menembus angka 1,03 persen. "Untuk periode bulan Januari, ini inflasi tertinggi sejak 2009," ujarnya, Jumat (1/2).
Suryamin menyebut, kenaikan komoditas bahan makanan menjadi faktor utama pendorong lonjakan inflasi Januari. BPS mencatat, indeks harga konsumen bahan makanan naik 3,39 persen. Selanjutnya kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau naik 0,46 persen.
"Kita tahu, cuaca buruk membuat banjir terjadi di banyak tempat, gelombang laut tinggi, sehingga distribusi bahan pangan terganggu. Itu yang membuat harga naik," katanya.
Hipotesa bahwa cuaca buruk berbanding lurus dengan kenaikan inflasi didukung oleh fakta bahwa inflasi periode Januari sempat terjadi pada Januari 2008 yang sampai menembus angka 1,7 persen. Sebagaimana diketahui, cuaca buruk di beberapa wilayah terjadi dalam siklus 5 tahunan. Bahkan, pada Desember 2007 dan Januari 2008 cuaca buruk lebih parah dibanding periode Desember 2012 dan Januari 2013 lalu.
Dari sisi wilayah, Sibolga menjadi wilayah dengan tingkat inflasi tertinggi, yakni hingga 3,78 persen. Sedangkan inflasi terendah terjadi di Pontianak dengan angka 0,01 persen. Namun, ada pula beberapa wilayah yang justru mengalami deflasi, seperti Sorong dan Ternate.
Bagaimana kota-kota di Jawa? Data BPS menunjukkan, Purwokerto menjadi wilayah dengan inflasi tertinggi (1,63 persen), sedangkan Bogor menjadi kota dengan inflasi terendah (0,58 persen). Adapun Jakarta yang Januari lalu sempat dilanda banjir cukup parah mencatat inflasi 0,88 persen, masih lebih rendah dibanding inflasi di Surabaya yang mencapai 0,89 persen.
Direktur Statistik Harga BPS Yunita Rusanti menambahkan, tren pelemahan nilai tukar Rupiah juga menjadi salah satu penyebab inflasi. Dia menyebut, saat ini banyak bahan baku makanan seperti tepung terigu, jagung, dan kedelai yang harus diimpor. "Akibatnya, ketika Rupiah melemah, pengusaha harus membayar lebih mahal. Itu lantas dibebankan pada konsumen melalui kenaikan harga," ucapnya.
Bagaimana dengan kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) dan tarif listrik mulai tahun ini" Suryamin mengatakan, hingga Januari lalu, dampak kenaikan UMP dan tarif listrik belum terlihat. Dia menyebut, kemungkinan dampak kenaikan baru akan terasa pada Februari ini. "Tapi, saya kira tidak sampai membuat lonjakan (inflasi). Apalagi, listrik kan naiknya bertahap," ujarnya.
Direktur Eksekutif Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, kenaikan UMP dan tarif listrik hanya akan sedikit berpengaruh pada inflasi secara keseluruhan pada 2013 ini. "Kecuali, jika ada kenaikan (harga) BBM subsidi, maka pengaruhnya akan cukup terasa. Jika tidak ada (kenaikan harga BBM), inflasi tahun ini diproyeksi masih di kisaran 4,9 persen," jelasnya. (owi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... 76 Stasiun Radio Terancam Ditutup
Redaktur : Tim Redaksi