JPNN.com

Cuaca Ekstrem, Kota Semarang Dilanda Banjir, Longsor hingga Pohon Tumbang

Kamis, 30 Januari 2025 – 10:26 WIB
Cuaca Ekstrem, Kota Semarang Dilanda Banjir, Longsor hingga Pohon Tumbang - JPNN.com
Kejadian pohon tumbang menutupi Jalan Talangsari, Kota Semarang. FOTO: Disperkim Kota Semarang.

jpnn.com, SEMARANG - Sejumlah kejadian imbas cuaca ekstrem melanda Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng).

Bencana hidrometeorologi berupa banjir, tanah longsor, hingga pohon tumbang, dan rumah roboh menerpa Ibu Kota Jateng sejak Rabu (29/1) kemarin.

BACA JUGA: Daftar 6 Kereta Api yang Perjalanannya Terganggu Akibat Banjir di Batang

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang Endro Pudyo Martanto mengatakan hujan yang berdurasi panjang disertai angin kencang menjadi penyebabnya.

"Hujan dengan intensitas sedang hingga lebat relatif merata di 16 kecamatan, baik wilayah atas maupun bawah Kota Semarang," kata Endro kepada JPNN.com, Kamis (30/1).

BACA JUGA: Tanah Longsor, Banjir & Angin Kencang Melanda Kabupaten Kudus

Setidaknya terdapat enam kejadian hingga Kamis (30/1). Endro mengatakan keseluruhan dampak tersebut telah ditangani bersama instansi terkait, seperti Dinas Perumahan, dan Kawasan Pemukiman (Disperkim), dan Dinas Pekerjaan Umum (DPU).

Lokasi longsor terjadi di dua titik, yaitu di Jalan Talangsari Raya, Kelurahan Bendan Duwur, Kecamatan Gajahmungkur yang berakibat sebuah rumah tertimpa material longsoran dengan kerugian ditaksir Rp 5 juta.

BACA JUGA: Banjir Melanda Jakarta, Pemprov Bakal Memodifikasi Cuaca

Longsor juga terjadi di Jalan Gombel Lama, Kelurahan Tinjomoyo, Kecamatan Banyumanik yang berimbas akses jalan menyempit.

Kemudian banjir limpasan terjadi di Jalan Raya Campur Rejo, Kelurahan Cangkiran, Kecamatan Mijen. Peristiwa yang disebabkan aliran Sungai Sengkuwok melimpas ini berdampak genangan ke pemukiman hingga 50 sentimeter.
       

"Kondisi saat ini di Kelurahan Cangkiran sudah surut tidak ada genangan. Nihil korban jiwa," kata Endro.

Namun, berdasarkan data yang dihimpun JPNN.com, terdapat sejumlah titik genangan air. Di antaranya di daerah Tlogosari sekitaran Jembatan Nogososro, Jalan Pantura di depan Rumah Sakit Islam (RSI) Sultan Agung hingga perbatasan Kabupaten Demak.

Insiden lain, yaitu rumah roboh di Kelurahan Tanjung Mas, Kecamatan Semarang Utara. Sebuah rumah berukuran 4 × 5 meter persegi yang dihuni lima jiwa tersebut roboh setelah diterjang hujan disertai angin. Kerugian ditaksir Rp 25 juta.

Berikutnya yang terdampak puting beliung terjadi di sebuah rumah di Kelurahan Pakintelan, Kecamatan Gunungpati. Atap rumah dengan ukuran ± 10 × 7 meter persegi terbang terhempas angin. Kerugian ditaksir Rp 30 juta.

"Kami berharap masyarakat dapat meningkatkan kewaspadaan akibat bencana hidrometeorologi," ujar Endro.

Bencana hidrometeorologi ini juga berdampak pohon tumbang di sejumlah titik. Di antaranya di Jalan Abdul rahman Saleh, Jalan Ki Mangun Sarkoro, Jalan MT Haryono, Jalan Untung Suropati, Jalan Suratmo, Jalan Trimulyo, Jalan Talangsari, Jalan Kompol Maksum, Jalan Kelud Raya, Kampung Sekere Unnes, dan di samping Lapas Semarang.

"Keseluruhan laporan pohon tumbang tersebut sudah teratasi pagi ini," kata Kepala Disperkim Kota Semarang Yudi Wibowo kepada JPNN.com, Kamis (30/1).

Terpisah, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan cuaca ekstrem yang melanda Kota Semarang diprediksi akan berlangsung hingga awal Februari 2025.

Koordinator Bidang Observasi, dan Informasi Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang Giyarto mengatakan saat ini telah memasuki musim hujan. Ada banyak faktor yang mempengaruhi sehingga eskalasi hujan itu meningkat.

"Terutama meningkatnya Monsun dingin Asia yang menyebabkan suhu udara menjadi lebih dingin dari biasanya," kata Giyarto kepada JPNN.com, Kamis (30/1).

Termasuk tekanan rendah di utara Australia yang menyebabkan peningkatan kecepatan angin. Berikutnya, pertemuan dua masa udara antara Asia, dan Australia ini memicu eskalasi hujan menjadi ekstrem.

"Di samping juga dinamika atmosfer yang juga wilayah ekuator," ujar Giyarto.

Diperkirakan cuaca ekstrem ini akan bertahan sampai akhir Januari hingga awal Februari, walaupun karakteristik di beberapa wilayah berbeda.

Sementara kecepatan angin berkisar 10 hingga 20 knot atau sekitar 20 sampai 35 kilometer per jam. Namun, Giyarto menyebut karakteristik angin itu fluktuatif.

"Mungkin 10 knot nanti meningkat menjadi 20 knot, nanti kembali ke 10 knot, inilah yang menyebabkan pohon-pohon rentan tumbang," katanya.(mcr5/jpnn)


Redaktur : Budianto Hutahaean
Reporter : Wisnu Indra Kusuma

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler