LAUT JAWA - Ekstremnya cuaca benar-benar dialami petugas Tim Badan SAR Nasional (Basarnas) yang ada di laut Jawa. Wartawan Jawa Pos (Induk JPNN.com) yang ada di kapal KN 101 Purworejo milik Basarnas melaporkan, meski terus menerus dihadang cuaca buruk membuat tim pencari korban pesawat Air Asia nekat. Tim Basarnas kemarin (4/1) berhasil mengirim sejumlah penyelam ke lokasi pencarian pesawat. Namun, pada akhirnya penyelaman tetap tidak bisa dilakukan akibat cuaca ekstrem.
Upaya Basarnas mendekati lokasi penyelaman dimulai Sabtu (3/1) pagi. Untuk mencapai lokasi yang berjarak sekitar 150 nautical mile dari Kumai, Kapal Negara (KN) 101 SAR Purworejo yang mengangkut penyelam Basarnas butuh waktu sekitar 12 jam. Sebab, kapal tersebut harus melawan angin yang datang dari arah barat.
Cuaca mendung, dan angin di kisaran 20 knot. Alhasil, ombak setinggi dua meter pun mampu membuat kapal terlonjak. Para penumpang yang terdiri dari anggota Basarnas, wartawan, dan beberapa relawan harus bertahan di tempat masing-masing. Terlebih, KN SAR Purworejo melaju di kecepatan rata-rata 17 knot demi tiba di lokasi tepat waktu.
KN SAR Purworejo baru tiba di lokasi sekitar pukul 20.00. Lewat hubungan radio, didapati informasi adanya objek berukuran cukup besar yang terdeteksi. Dimensinya 18x3,4x2,2 meter. Para penyelam Basarnas Special Group (BSG) diarahkan ke titik tersebut untuk memeriksa objek.
Karena kondisi gelap, pencarian dihentikan dan menunggu pagi. Namun, saat pagi, cuaca langsung memburuk. Matahari tidak muncul dan angin cukup kecang. Sekitar pukul 11.00, kapal berupaya mendekat ke KRI Banda Aceh meski dalam kondisi cuaca ekstrem untuk bergabung dengan pasukan penyelam TNI-AL.
Hujan turun deras sejak pukul 10.00, dan kecepatan angin tercatat 30-35 knot. Tinggi gelombang tercatat lima meter, dan jarak pandang kurang dari 500 meter. Tak urung, KN SAR Purworejo yang berukuran 60x14 meter pun terlonjak-lonjak.
Selain itu, Kapten kapal sampai harus menggunakan bantuan radar untuk memastikan posisi KRI Banda Aceh, karena secara visual tidak terlihat. "Kami batasi jarak dengan KRI Banda Aceh 300 meter. Lebih dekat lagi bisa berbahaya, kapal bisa menabrak," tutur Kapten KN SAR Purworejo Adil Triyanto.
Para penyelam pun dipindahkan menggunakan perahu motor dalam dua kali putaran. Tidak mudah memindahkan para penyelam dengan perahu motor kecil di tengah badai. Apalagi, para penyelam masih harus naik ke kapal menggunakan tangga yang dihamparkan di lambung kanan KRI Banda Aceh.
Kehadiran tim BSG di KRI Banda Aceh makin sia-sia, karena cuaca bertambah buruk. Kondisi tersebut membuat penyelaman tetap tidak bisa dilakukan. Bahkan, untuk memasukkan Remote Operated Vehicle (ROV) yang akan memonitor objek saja tidak mungkin dilakukan, karena arus di bawah air sangat kuat. Kekuatan arus bawah air tercatat antara 5-10 knot, padahal toleransi bagi penyelam maupun ROV hanya sampai 2 knot.
Berdasarkan koordinasi, diputuskan para penyelam BSG kembali ke KN SAR Purworejo, lalu kapal tersebut kembali ke Teluk Kumai. Sedangkan, KRI banda Aceh bergeser ke Semarang. Setelah itu, koordinasi akan dilakukan kembali untuk menentukan langkah selanjutnya.
Hingga saat ini, belum ada tanda operasi pencarian bakal dihentikan. Berdasarkan Undang-Undang, operasi SAR dibatasi hanya tujuh hari. Namun, Basarnas tetap melanjutkan operasi. Target awal, bangkai pesawat bisa ditemukan. Sebab, disinyalir masih ada sejumlah penumpang yang terjebak di dalam pesawat. Selain itu, penemuan bangkai pesawat juga penting untuk menemukan kotak hitam. "Insya Allah kita akan berupaya lagi besok (hari ini, red)," tambah kapten kapal asli Semarang itu. (byu/end)
BACA JUGA: 14 Makam di Keputih Buat Korban AirAsia Sudah Digali
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mantan Menhub: Tak Mungkin Singapura Menerima Pesawat Hantu
Redaktur : Tim Redaksi