MAKASSAR -- Hujan yang terjadi beberapa hari ini membuat masyarakat Kota Makassar, Sulawesi Selatan kembali waspada dengan banjir. Data Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah IV Makassar menyebutkan curah hujan tertinggi dalam beberapa hari terakhir selama Januari berkisar 90-100 milimeter.
"Prediksi kami pertengahan bulan menjadi puncak musim hujan. Setelah itu, intensitas akan mulai menurun," ujar salah seorang Prakirawan BMKG Wilayah VI Makassar, Yosik Norman kepada FAJAR (JPNN Group), Senin (14/1).
Terpisah, Dosen planologi Universitas 45, Ir Syafri M.Si menyebutkan, genangan atau banjir memang menjadi masalah kompleks di kota Makassar. Apalagi, drainase yang tidak dikelola dengan baik.
Ia menjelaskan, kota di bawah permukaan laut tidak mesti banjir. Ia member contah, di Belanda meski sebagian besar wilayahnya berada di bawah permukaan laut tapi tidak banjir. Hal itu, kata dia, karena drainase di Belanda dikelola dengan baik.
"Kita di Makassar drainasenya tidak dikelola dengan baik. Pertumbuhan kota sangat pesat tapi drainase begitu-begitu saja,"paparnya.
Syafri juga mengungkapkan, pembangunan yang dilakukan di hulu tempat pembuangan juga menjadi akibat banyaknya genangan dan banjir di kota Makassar. Banyak bagunan, kata dia, yang menutup aliran drainase tersebut.
Bukan cuma kesadaran masyarakat juga menjadi penyebab genangan. Masih banyak masyarakat di Makassar yang belum mengerti masalah kebersihan terutama cara membuang sampah.
"Masalah genangan di Makassar menjadi tanggung jawab kita bersama, tapi pemerintah yang menjadi pengambil kebijakan bertanggung jawab untuk mengatasi hal itu," ungkapnya.
Syafri mengimbau sistem drainase bawah tanah harus diterapkan di Makassar untuk mengatasi masalah banjir. Apalagi, kata dia, drainase seperti ini bisa lebih luas karena tidak ada yang menghalangi seperti drainase saat ini. (wan/sil)
"Prediksi kami pertengahan bulan menjadi puncak musim hujan. Setelah itu, intensitas akan mulai menurun," ujar salah seorang Prakirawan BMKG Wilayah VI Makassar, Yosik Norman kepada FAJAR (JPNN Group), Senin (14/1).
Terpisah, Dosen planologi Universitas 45, Ir Syafri M.Si menyebutkan, genangan atau banjir memang menjadi masalah kompleks di kota Makassar. Apalagi, drainase yang tidak dikelola dengan baik.
Ia menjelaskan, kota di bawah permukaan laut tidak mesti banjir. Ia member contah, di Belanda meski sebagian besar wilayahnya berada di bawah permukaan laut tapi tidak banjir. Hal itu, kata dia, karena drainase di Belanda dikelola dengan baik.
"Kita di Makassar drainasenya tidak dikelola dengan baik. Pertumbuhan kota sangat pesat tapi drainase begitu-begitu saja,"paparnya.
Syafri juga mengungkapkan, pembangunan yang dilakukan di hulu tempat pembuangan juga menjadi akibat banyaknya genangan dan banjir di kota Makassar. Banyak bagunan, kata dia, yang menutup aliran drainase tersebut.
Bukan cuma kesadaran masyarakat juga menjadi penyebab genangan. Masih banyak masyarakat di Makassar yang belum mengerti masalah kebersihan terutama cara membuang sampah.
"Masalah genangan di Makassar menjadi tanggung jawab kita bersama, tapi pemerintah yang menjadi pengambil kebijakan bertanggung jawab untuk mengatasi hal itu," ungkapnya.
Syafri mengimbau sistem drainase bawah tanah harus diterapkan di Makassar untuk mengatasi masalah banjir. Apalagi, kata dia, drainase seperti ini bisa lebih luas karena tidak ada yang menghalangi seperti drainase saat ini. (wan/sil)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mesin ATM Bank Mandiri di Makassar Meledak
Redaktur : Tim Redaksi