jpnn.com - JAKARTA - Pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bahwa dirinya menjadi korban korban pers justru mengundang kritik. Pasalnya, pengakuan SBY itu dinilai sudah berlebihan.
Menurut Wakil Ketua Komisi I DPR, TB Hasanuddin, curahan hati alias "curhat" SBY di acara PWI di Banjarmasin kemarin (23/10) itu patut disesalkan. "Seorang kepala negara mengaku menjadi korban pers, apakah ini tidak berlebihan? Karena yang bicara itu seorang presiden, maka pernyataan ini juga dapat dipersepsikan memojokkan media untuk ukuran era demokrasi seperti sekarang ini," kata Hasanuddin di Jakarta, Kamis (24/10).
BACA JUGA: Kebocoran Soal Tes CPNS Gampang Dilacak
Mantan Sekretaris Militer Kepresidenan yang kini berkiprah sebagai politisi PDI Perjuangan itu menambahkan, salah satu fungsi pers adalah sebagai pengontrol, termasuk mengontrol pemerintah. Karenanya pula, pers disebut sebagai salah satu pilar demokrasi .
Hasanuddin menegaskan, sesuai UU Pers maka seseorang yang merasa dirugikan oleh pemberitaan bisa mengajukan hak jawab atau membawanya ke Dewan Pers. Namun dalam konteks keluhan SBY itu, Hasanuddin menganggapnya sebagai hal yang tak bijak.
BACA JUGA: Istri Dede Yusuf Aktif Perangi Kanker Payudara
Pensiunan TNI yang pernah menimba ilmu di Sorbonne University, Prancis itu mencontohkan masih banyaknya kekerasan terhadap wartawan di daerah. Menurutnya, hal itu karena masih banyak masyarakat yang belum mengerti fungsi, tugas dan peran pers di era demokrasi.
"Jadi semoga pernyataan SBY itu tak menjadi panutan di daerah-daerah sehingga menimbulkan kebencian bahkan anarkistis terhadap insan pers. Seorang pemimpin seharusnya mampu memberi contoh dan mencerahkan pendidikan politik kepada rakyatnya," pungkas Hasanuddin.(ara/jpnn)
BACA JUGA: Gagal Tes, K2 Selamanya jadi Honorer
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jadwalkan Anis dan Bendum PKS Bersaksi di Sidang Luthfi
Redaktur : Tim Redaksi