Dahlan Datang dan Pulang Nyetir Sendiri

Selasa, 12 Juni 2012 – 09:16 WIB

PALEMBANG – Profesi wartawan itu sangat istimewa, lantaran dia harus memahami semua bidang. Kemudian memilah-milah mana yang penting dan tidak untuk dimuat menjadi berita serta menulisnya dengan cepat.

Demikian disampaikan Menteri Negara BUMN Dahlan Iskan, yang juga pendiri Jawa Pos Grup saat mengisi kuliah perdana pada pembukaan program dan pelatihan wartawan tingkat madya angkatan pertama Sekolah Jurnalistik Indonesia (SJI) PWI Sumsel di Griya Agung, kemarin. Tampil dengan setelan khasnya, yaitu kemeja putih dan sepatu cats, Dahlan Iskan terlihat sangat enjoy.

Dalam menyampaikan kuliah perdana, Dahlan awalnya bingung. “Karena ini merupakan pelatihan lanjutan maka saya bingung harus mulai dari mana, apakah dari filsafat jurnalistik atau teknik jurnalistik,” jelasnya. Ia pun mempersilakan peserta untuk bertanya tentang apa saja kepadanya.

Peserta pun antusias untuk bertanya, lima orang maju ke atas panggung. Satu persatu mereka mengajukan pertanyaan. Yang ditanyakan beragam, mulai dari sepatu cats yang pakai, tentang idealisme seorang wartawan, masih adanya wartawan yang suka copy paste, meminta pandangan kepadanya tentang poligami hingga rela mendukungnya sebagai presiden.

Mengenai sepatu yang dipakainya, Dahlan menjelaskan awalnya ia memakai sepatu cats buatan Amerika. Tetapi kemudian ia sadar ketika ada novel sepatu Dahlan. Lantas, ia memutuskan memakai sepatu cats buatan dalam negeri. “Sepatunya ada tulisan DI 19. DI itu bukan Dahlan Iskan tetapi Demi Indonesia,” ungkapnya sambil disambut ketawa peserta dan tamu undangan lain.

Angka 19 itu artinya jumlah huruf dari lafaz basmallah. “Ayah saya dulu pernah bilang kepada saya, bila ada masalah maka coba baca basmallah 1000 kali. Sampai sekarang saya terapkan walau tidak ada dasarnya,” ujarnya menirukan pesan ayahnya sambil tersenyum.

Menurut dia, profesi dan pekerjaan itu berbeda. Ada kriteria suatu pekerjaan dapat dikatakan sebagai profesi. Pertama, diabadikan untuk kepentingan umum bukan kepentingan sekelompok orang, kedua, mempunyai otonomi terhadap pekerjaannya. Terakhir, mempunyai kode etik. “Fungsinya untuk memagari otonomi yang dimiliki agar tidak disalahgunakan."

Lanjutnya , wartawan itu adalah profesi. Nah, profesi yang hebat itu adalah profesi 24 karat. “Sejauh ini saya tidak percaya ada wartawan yang mampu 24 karat, saya bangga bila ada wartawan seperti itu. Ya, 20 karat saja sudah bagus, asal jangan tidak berkarat,” bebernya disambut tawa lagi.

Menariknya, Dahlan datang dan pulang pada acara tersebut dengan menyetir mobil sendiri jenis Alpard BG 170 R. Bahkan, wakil gubernur Sumsel Eddy Yusuf sampai khawatir dengan kebiasaannya itu. “Kalau ke sini (Palembang, red) saya takut terjadi apa-apa bila Bapak menyetir sendiri,” ujarnya sambil tersenyum.

Eddy mengatakan dunia pers sudah berkembang dengan pesat. Seiring itu maka pemberitaan hendaknya dilakukan secara seimbang. “Pemerintah jangan diberitakan yang jelek terus. Kalau ada yang baik maka hal itu juga diangkat. Pemerintah bukan musuh wartawan dan wartawan pun bukan musuh pemerintah,” ungkapnya dalam sambutan.

Ketua PWI Sumsel Ocktaf Riady mengatakan Sumsel merupakan pelopor sekolah jurnalistik tingkat madya. Tujuannya untuk memajukan wartawan agar dapat menulis dengan baik dan meningkatkan kompetensinya.

Peserta yang mengikuti SJI berjumlah 34 orang. Kegiatan berlangsung selama 15 hari. Sejak dilaksanakan pertama kali, sudah ada 122 wartawan yang lulus. “Nanti ada 15 wartawan senior yang akan memberikan materi,” bebernya. Selain sekolah jurnalistik Indonesia (SJI), PWI juga sudah melakukan UKW (Uji Kompetensi Wartawan). Terdapat 48 wartawan yang dinyatakan lulus. (cj7)


BACA ARTIKEL LAINNYA... Laka Maut Hijet 1000, 8 Tewas 9 Luka-Luka


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler