SURABAYA – Alunan lagu Mandarin dan gerak lincah barongsai ikut memeriahkan perayaan Tahun Baru Imlek 2564 tadi malam. Sekitar 400 orang hadir dalam acara yang diselenggarakan Forum Surabaya Peduli di Victoria Ballroom, Srijaya Building, Surabaya, tersebut.
Tampak hadir sejumlah tokoh. Di antaranya Menteri BUMN Dahlan Iskan, Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf, dan budayawan Sudjiwo Tedjo. Beberapa tokoh dan pengusaha ternama Jawa Timur juga hadir. Misalnya, Henry J. Gunawan, Jos Soetomo, dan Tjandra Sridjaja.
Dalam sambutannya, Dahlan Iskan mengatakan, suasana perayaan Imlek di Surabaya selalu menyenangkan. Makanya, selama tiga tahun meninggalkan kota ini untuk bertugas di Jakarta, Dahlan mengaku selalu menyempatkan diri pulang saat Imlek.
”Selama kurun waktu tersebut, baik sebagai Dirut PLN dan Menteri BUMN, saya pernah sekali tidak pulang ketika Idul Fitri. Tapi, saat Imlek, sebisa mungkin saya usahakan hadir di kota ini. Agar bisa melewatinya bersama teman-teman semua,” katanya disambut aplaus meriah.
Dahlan juga mengajak dan menantang para pengusaha negeri ini untuk terus berkembang dan berkontribusi bagi negara. Menurut dia, BUMN harus dilawan. ”BUMN janganlah terlalu kuat. Bukan karena dilemahkan, melainkan karena dilawan oleh swasta,” ujarnya.
Meski demikian, bukan berarti BUMN tidak perlu diurus dengan benar. ”Tetap harus dibenahi. Caranya dengan apa? Ya, tentunya kerja keras,” cetus Dahlan sembari mencontohkan kesuksesan Garuda Indonesia dan Semen Indonesia menerapkan kerja keras, sehingga bisa berprestasi dan menjadi yang terbaik di tingkat regional.
Jika BUMN dan swasta terus bersaing secara sehat, ujar Dahlan, sejatinya yang akan kalah bukanlah keduanya. Justru yang kalah pihak asing. ”Dalam ilmu ekonomi begitu. Jika A dan B saling berlawanan, bukan A atau B yang mati, melainkan C. Keduanya akan tetap terus tumbuh,” bebernya.
Acara yang dihadiri undangan dari berbagai agama dan golongan itu juga dimeriahkan oleh penampilan dalang Sudjiwo Tedjo. Dalam pementasan yang hanya sekitar 15 menit, Sudjiwo Tedjo menyatakan bahwa sosok Dahlan seperti Bima dalam pewayangan.
Menurut dia, Dahlan adalah tipe orang yang menyimpan kepandaiannya di belakang dan mengedepankan kebodohannya. Itu dilakukan agar terus bisa memperoleh ilmu dari siapa pun. ”Sosok Bima dikenal sebagai orang yang haus ilmu, mau terus belajar, dan tidak sombong dengan kemampuan yang dia miliki. Nanti, ilmu tersebut sangat berguna bagi orang banyak,” kata seniman nyentrik itu.
Meski hanya 15 menit, penampilan Sudjiwo Tedjo dalam acara yang dipandu Djadi Galajapo itu cukup menghibur. ”Ini pertunjukan wayang paling singkat di dunia. Tapi, bayaran dalangnya seperti dalang yang manggung sehari semalam,” sindir Djadi disambut geer undangan.
Tokoh Forum Surabaya Peduli Jos Soetomo mengajak semua pihak mau membangun bangsa tanpa melihat perbedaan latar belakangnya. ”Dengan 18 ribu pulau, kita memiliki 450 suku bangsa. Itu harus terus digunakan sebagai kekuatan dalam membangun negeri. Bukan malah terpecah belah. Persatuan dan kesatuan harus terus dijunjung agar kita tidak seperti Mesir ataupun Libya yang terpecah belah,” ujarnya. (nji/c2/nw)
Tampak hadir sejumlah tokoh. Di antaranya Menteri BUMN Dahlan Iskan, Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf, dan budayawan Sudjiwo Tedjo. Beberapa tokoh dan pengusaha ternama Jawa Timur juga hadir. Misalnya, Henry J. Gunawan, Jos Soetomo, dan Tjandra Sridjaja.
Dalam sambutannya, Dahlan Iskan mengatakan, suasana perayaan Imlek di Surabaya selalu menyenangkan. Makanya, selama tiga tahun meninggalkan kota ini untuk bertugas di Jakarta, Dahlan mengaku selalu menyempatkan diri pulang saat Imlek.
”Selama kurun waktu tersebut, baik sebagai Dirut PLN dan Menteri BUMN, saya pernah sekali tidak pulang ketika Idul Fitri. Tapi, saat Imlek, sebisa mungkin saya usahakan hadir di kota ini. Agar bisa melewatinya bersama teman-teman semua,” katanya disambut aplaus meriah.
Dahlan juga mengajak dan menantang para pengusaha negeri ini untuk terus berkembang dan berkontribusi bagi negara. Menurut dia, BUMN harus dilawan. ”BUMN janganlah terlalu kuat. Bukan karena dilemahkan, melainkan karena dilawan oleh swasta,” ujarnya.
Meski demikian, bukan berarti BUMN tidak perlu diurus dengan benar. ”Tetap harus dibenahi. Caranya dengan apa? Ya, tentunya kerja keras,” cetus Dahlan sembari mencontohkan kesuksesan Garuda Indonesia dan Semen Indonesia menerapkan kerja keras, sehingga bisa berprestasi dan menjadi yang terbaik di tingkat regional.
Jika BUMN dan swasta terus bersaing secara sehat, ujar Dahlan, sejatinya yang akan kalah bukanlah keduanya. Justru yang kalah pihak asing. ”Dalam ilmu ekonomi begitu. Jika A dan B saling berlawanan, bukan A atau B yang mati, melainkan C. Keduanya akan tetap terus tumbuh,” bebernya.
Acara yang dihadiri undangan dari berbagai agama dan golongan itu juga dimeriahkan oleh penampilan dalang Sudjiwo Tedjo. Dalam pementasan yang hanya sekitar 15 menit, Sudjiwo Tedjo menyatakan bahwa sosok Dahlan seperti Bima dalam pewayangan.
Menurut dia, Dahlan adalah tipe orang yang menyimpan kepandaiannya di belakang dan mengedepankan kebodohannya. Itu dilakukan agar terus bisa memperoleh ilmu dari siapa pun. ”Sosok Bima dikenal sebagai orang yang haus ilmu, mau terus belajar, dan tidak sombong dengan kemampuan yang dia miliki. Nanti, ilmu tersebut sangat berguna bagi orang banyak,” kata seniman nyentrik itu.
Meski hanya 15 menit, penampilan Sudjiwo Tedjo dalam acara yang dipandu Djadi Galajapo itu cukup menghibur. ”Ini pertunjukan wayang paling singkat di dunia. Tapi, bayaran dalangnya seperti dalang yang manggung sehari semalam,” sindir Djadi disambut geer undangan.
Tokoh Forum Surabaya Peduli Jos Soetomo mengajak semua pihak mau membangun bangsa tanpa melihat perbedaan latar belakangnya. ”Dengan 18 ribu pulau, kita memiliki 450 suku bangsa. Itu harus terus digunakan sebagai kekuatan dalam membangun negeri. Bukan malah terpecah belah. Persatuan dan kesatuan harus terus dijunjung agar kita tidak seperti Mesir ataupun Libya yang terpecah belah,” ujarnya. (nji/c2/nw)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jurnalis Metro Tapanuli Raih Dahlan Iskan Award 2012
Redaktur : Tim Redaksi