Dahulu Dipanggil Pak Menhan, Sekarang Mas Bowo, Qodari: Jokowi - Prabowo Dwitunggal

Selasa, 30 April 2024 – 15:10 WIB
Jokowi dan Prabowo saat penyematan pangkat istimewa di Mabes TNI, Rabu (28/2). Foto: tangkapan layar YouTube Kemhan RI

jpnn.com, JAKARTA - Presiden terpilih Prabowo Subianto mengaku hubungannya dengan Presiden Jokowi makin akrab.

Saking akrabnya, Jokowi sudah tidak lagi memanggilnya dengan sapaan Pak Menhan. Jokowi sekarang panggil calon penggantinya itu dengan sebutan Mas Bowo.

BACA JUGA: Bamsoet Sebut Keluarga Besar Anak Kolong Menaruh Harapan Besar Kepada Prabowo

Keakraban itu diceritakan langsung oleh Prabowo saat menghadiri halalbihalal yang digelar PBNU di Jakarta, Minggu (28/4/2024).

Selain Prabowo, Wakil Presiden terpilih Gibran Rakabuming Raka juga hadir.

BACA JUGA: Prabowo Rajin Dampingi Presiden Jokowi, Begini Kata Pengamat

Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari menilai panggilan Mas Bowo dari Jokowi sangat dalam.

Menurut Qodari, panggilan itu menunjukkan Jokowi dan Prabowo makin akrab. Kedua, indikasi bahwa keduanya dwitunggal dan kompak.

BACA JUGA: PKS Ngebet Merapat ke Prabowo-Gibran, Fahri Hamzah Singgung Gagasan yang Sulit Dikompromikan

Menurut Qodari, kedua tokoh yang dulunya bertarung sangat sengit berkompetisi pada Pilpres 2014 dan 2019 itu, kini menjadi tidak bisa dipisahkan atau dipecah belah oleh pihak manapun.

“Dua-duanya kompak dan menurut saya cerita Pak Prabowo itu merupakan sinyal atau pesan terbuka kepada pihak di luar bahwa mereka berdua tidak bisa dipecah belah, dan Pak Prabowo tidak bisa dipaksa untuk memilih Pak Jokowi atau tokoh lainnya,” ujar Qodari, Selasa (30/4/2024).

Qodari berpandangan keakraban itu terlihat juga dari sikap Presiden Jokowi yang sengaja menyiapkan ketua umum partai Gerindra itu untuk menjadi presiden supaya dapat meneruskan agenda pembangunan Indonesia maju 2045.

“Menurut saya Pak Jokowi memang mempersiapkan presiden berikutnya yang akan melanjutkan program Indonesia maju, agenda-agenda Indonesia maju dan komitmen itu ditunjukkan dengan paling tegas oleh Pak Prabowo. Jadi, ini merupakan suatu kesinambungan,” ujar Qodari.

Di samping itu, kata Qodari, secara pribadi Presiden Jokowi juga merasa cocok dan nyaman dengan Prabowo, sebab keduanya saling percaya dan saling mendukung.

“Di satu sisi juga saya melihat Pak Jokowi secara pribadi memiliki kecocokan yang dalam kepada Pak Prabowo, keduanya saling percaya, saling mendukung dan itu bagus untuk keberlanjutan program Indonesia maju 2045,” bebernya.

Lebih lanuut, Qodari menyampaikan dengan persahabatan tersebut ia meyakini proses transisi pemerintahan akan berjalan mulus dibandingkan dengan presiden-presiden sebelumnya.

“Saya melihat ini peralihan akan mulus insyaAllah, Pak Prabowo beruntung transisinya akan lebih mulus dibandingkan dengan yang lain-lain,” ujar Qodari.

Qodari mencontohkan proses peralihan pemerintah tahun 2004 dari Megawati Soekarnoputri ke pesaingnya Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) atau juga sebaliknya pada tahun 2014 dari SBY atau Demokrat ke Presiden Jokowi atau PDI relatif berjalan kurang begitu mulus.

Sebaliknya perpindahan dari Presiden Jokowi ke Prabowo diprediksi akan lebih lancar karena keduanya masih dalam satu tim.

“Tahun 2004 misalnya dari Megawati ke SBY itu kan kompetitor sebuah patahana. Kemudian dari Pak SBY ke Pak Jokowi waktu itu juga Demokrat dan PDIP juga adalah competitor. Sekarang Pak Jokowi ke Pak Prabowo adalah kerja sama,” ujar Qodari.

“Bahkan Pak Prabowo bisa berproses dengan duduk di sebelah Pak Jokowi yang sudah melihat bagaimana rapat dipimpin dan keputusan-keputusan diambil,” imbuhnya.

Untuk saat ini agar proses transisi berjalan lancar, Qodari mendorong mulai dilakukan sinkronisasi rencana-rencana program kerja Prabowo dengan dukungan dari program Presiden Jokowi.

“Nah mungkin juga yang bisa dilakukan pada saat ini adalah sinkronisasi rencana-rencana program Pak Prabowo persiapan-persiapan program Pak Prabowo dengan dukungan Pak Jokowi, menurut saya itu tidak masalah tidak ada kendala apabila presiden petahana membantu presiden berikutnya,” ungkapnya.

“Program-program besar Pak Prabowo sudah mulai disiapkan dari sekarang dan itu sangat bagus karena pada hari pertama Pak Prabowo menjadi presiden dan dilantik menjadi presiden dengan menteri-menterinya sudah bisa berlari kencang,” tambahnya.

Bahkan, Qodari mengusulkan dalam waktu 3 atau 4 bulan sebelum berakhirnya masa pemerintahan, Presiden Jokowi melakukan pergantian menteri di mana para menteri itu nantinya jika berkinerja bagus akan dilantik kembali oleh Prabowo.

“Bahkan mungkin ini satu usulan atau satu ide dari saya bahwa sebagian menteri-menteri Pak Prabowo itu sudah dipersiapkan dari zaman Pak Jokowi. Nanti ada reshuffle kabinet kira-kira 3 atau 4 bulan sebelum berakhirnya masa Pak Jokowi,” ujar Qodari.

“Lalu menteri-menteri ini ibaratnya probation atau percobaan pada pos masing-masing yang mereka ditunjuk dan mereka akan ditunjuk kembali oleh Prabowo. Kalau probationnya bagus atau yang untuk sukses. Jadi, begitu dilantik oleh Pak Prabowo mereka akan dilantik lagi menjadi menteri setelah sebelumnya menjabat menteri 3 bulan di zaman Pak Jokowi. Saya kira itu usulannya,” ujar Qodari.(fri/jpnn)

Yuk, Simak Juga Video ini!


Redaktur & Reporter : Friederich Batari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler