DHARAMSALA - Pemimpin Tibet yang hidup di pengasingan, Dalai Lama, menyatakan bahwa dirinya berniat mundur dari posisinya sebagai pemimpin politikMelalui sebuah pernyataan, Kamis (10/3), Dalam Lama menegaskan, keinginannya itu merupakan memodernisasi pemerintahan Tibet di pengasingan guna menghadapi tekanan China.
"Pada awal tahun 1960-an, saya telah berulang kali menekankan bahwa rakyat Tibet membutuhkan seorang pemimpin, yang dipilih secara bebas oleh rakyat Tibet, yang kepada siapa saya bisa mengalihkan kekuasaan," kata Dalai Lama dalam pidato tahunan peringatan 52 tahun pemerintahan Tibet di pengasinan sejak
BACA JUGA: Jepang Punya Menlu Baru
"Sekarang, jelas kita telah mencapai waktu untuk melaksanakan hal itu," ucap Dalai Lama seperti dikutip REUTERS.Dalai Lama yang kini berusia 76 tahun, telah lama menganggap dirinya "semi-pensiun" dari kepemimpinan politik seiring adanya pemilihan Perdana Menteri bagi pemerintahan Tibet di kota Dharamsala, India Utara
Namun keinginan Dalai Lama itu perlu diiringi langkah formal yang masih perlu diratifikasi oleh parlemen Tibet yang berbasis di India pada Senin (14/3) pekan depan
BACA JUGA: Jual Dokumen Negara Demi Perempuan
PM yang akan dipilih parlemen pada bulan ini harus memberi pengaruh yang lebih besar di panggung dunia seraya memperjuangkan otonomi Tibet dari Beijing .Dalai Lama yang meninggalkan Tibet tahun 1959 dan bermukim di Dharamsala setelah pemberontakan yang gagal melawan kekuasaan China, terus menuntut "otonomi yang berarti" bagi Tibet
Namun Perdana Menteri Pemerintah Tibet, Samdhong Rinpoche, belum bisa mesatikan apakan parlemen akan menerima pengunduran diri Dalai Lama atau justru rencana itu menimbulkan kebuntuan konstitusional.
Beijing menganggap Lama sebagai separatis berbahaya yang bertanggung jawab dalam memicu kerusuhan di Tibet
BACA JUGA: Bentrok Berdarah di Mesir
Pemerintah China di Beijing terus melakukan tekanan kepada Dalai Lama dengan dalih pemimpin spiritual umat Budha itu tidak punya hak untuk memilih penggantinyaBeijing menegaskan, suksesi harus mengikuti tradisi historis dan relijius dalam bentuk reinkarnasi."Keseluruhan rencananya ialah menciptakan sebuah institusi, sebuah pemerintahan yang dapat berjalan tanpa Dalai Lama, yang lebih bersifat politik," kata Bhaskar Roy, seorang analis politik dan ahli Cina.
"Mungkin akan ada celah panjang untuk mencari penggantiItu adalah ukuran protektif, karena takut Beijing akan membuat terobosan ke kehidupan politik Tibet," paparnya.
Namun tiga kandidat posisi perdana menteri baru yang akan dipilih di bulan Maret ini semua sekuler dan bukan biarawanHal itu dinilai akan mempermulus upaya modernisasi gerakan di pengasingan.
"Saya kira ada semacam modernitas dan demokrasi yang disuntikkan ke dalam gerakan ini," kata Kate Saunders dari Kampanye Internasional untuk Tibet, sebuah kelompok pro-Tibet.(ara/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... PBB Usut Pembantaian Kadhafi
Redaktur : Tim Redaksi