LONDON – Meski selama ini tinggal di pengasingan, pemimpin spiritual Tibet Dalai Lama mendapat pengakuan internasional. Lembaga The John Templeton Foundation (JTF) menganugerahkan penghargaan tahunan pada tokoh berpengaruh dan pemimpin Buddhis Tibet tersebut berkat kontribusinya terhadap dimensi kehidupan spiritual dan perdamaian antarumat beragama.
Penghargaan senilai USD 1,7 juta atau sekitar Rp 15,5 miliar itu akan diserahkan pada 14 Mei nanti di Katedral St. Paul London. Dalam pernyataannya, JTF menyebut bahwa Dalai Lama merupakan sosok yang tidak ada bandingan di dunia dalam kontribusinya di bidang etika universal, antikekerasan, dan harmoni antarumat beragama.
Selama puluhan tahun, Dalai Lama ke-14 dianggap telah menyediakan hidupnya untuk menggabungkan tradisi riset, ilmu pengetahuan, dan ajaran Buddhisme. Secara khusus Tenzin Gyatso, 76, mendorong riset mendalam tentang peran kekuatan belas kasih dalam merespons masalah fundamental dunia. Tema besar itu menjadi inti ajarannya.
’’Dengan meningkatnya ketegantungan pada teknologi untuk menyelesaikan masalah dunia, rasa kemanusiaan juga mencari ketenteraman. Hanya sisi spiritual yang bisa menjawabnya,’’ ujar John M Templeton Jr., presiden JTF dan putra Sir John Templeton, penggagas penghargaan itu.
Dia menambahkan bahwa rekam jejak intelektual, moral, maupun spiritual Dalai Lama dipahami oleh sembilan juri yang berperan dalam penilaian para kandidat penerima penghargaan. Mereka adalah para tokoh yang mewakili berbagai disiplin ilmu, termasuk budaya dan agama. Para juri yang independen biasanya mengajukan 15-20 nama calon setiap tahun dan memilih dengan suara terpisah.
Dalai Lama menyambut positif penghargaan tersebut. ’’Ini bentuk pengakuan atas pelayanan saya yang sedikit terhadap kemanusiaan,’’ ujar tokoh kelahiran 6 Juli 1935 itu dalam pernyataan resmi. Sebelumnya, Selasa lalu (27) Tiongkok justru menuding dan menyalahkan Dalai Lama sebagai pemicu unjuk rasa para warga Tibet pengasingan di India. Di sela partisipasi Presiden Tiongkok Hu Jintao dalam KTT BRICs (negara-negara emerging markets) di Kota New Delhi, warga Tibet dalam pengasingan bernama Jamphel Yeshi membakar diri pada Senin lalu (26/3). Aksi itu dilancarkan sebagai protes atas pencaplokan wilayah Tibet oleh Tiongkok. Dia tewas setelah dirawat di rumah sakit.
Seorang bhiksu atau rohaniawan muda Buddha bernama Sherab, 20, juga membakar diri hingga tewas di rumahnya di Aba County, Provinsi Sichuan, barat daya Tiongkok, Rabu lalu (28/3). Aksi tersebut dilakukan sebagai protes atas kekuasaan Beijing terhadap Tibet. Dia menjadi warga Tibet ke-30 yang tewas karena bakar diri sebagai simbol perlawanan terhadap Tiongkok sejak Maret tahun lalu. (AP/AFP/cak/dwi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pilot Mengamuk, Pesawat Mendarat Darurat
Redaktur : Tim Redaksi