jpnn.com - jpnn.com - Menelurkan karya tulis berupa buku bukanlah hal mudah, namun tampaknya tidak demikian dengan Hamid Nabhan. Dalam kurun waktu enam tahun saja, seniman asal Surabaya itu mampu melahirkan 17 buku. Bahkan, tahun ini, rencananya dia akan me-launching 5 buku sekaligus.
Buku-buku yang Hamid tulis mayoritas berbicara tentang seni. Ranah yang begitu dia kuasai. Meski tentu berasal dari beragam latar belakang. ”Benang merahnya tetaplah pada bagaimana memahami art (seni),” kata pelukis itu saat ditemui di kediamannya belum lama ini.
BACA JUGA: Top 10 Principal Dancers Dunia Siap Tampil di Jakarta
Hobi Hamid menulis dimulai saat dirinya merasa ingin berbuat lebih bagi anak-anak yang tidak mendapat akses literasi dengan baik. ”Kalau diteruskan seperti ini, bagaimana anak-anak kita bisa dapat informasi yang benar,” katanya.
Dari awalnya membuat buku katalog tentang lukisan, Hamid mulai merambah buku yang lebih serius. Beberapa buku yang dia hasilkan antara lain Sketsa Bahasa Ungkapan Jiwa, Pohon Sunyi – Antologi Puisi Bumi, On Modern Art yang merupakan buku terjemahan karya seniman Swiss Paul Klee, serta yang terbaru adalah Akademi Seni Rupa Surabaya (Aksera) Dalam Sejarah dan Dinamika.
Setiap membuat buku, hal yang paling menantang bagi Hamid adalah melakukan pendalaman materi. Salah satunya untuk buku Aksera. Pasalnya, beberapa narasumber yang dibutuhkan untuk keperluan isi buku telah meninggal dunia.
”Saya sampai harus pergi ke beberapa kota di tanah air untuk mencari jejak siapa saja sih mantan guru Aksera yang masih hidup dan bisa diwawancarai,” terangnya.
Khusus untuk Aksera, keinginan pria yang juga budayawan itu adalah agar jejak sejarah kegemilangan masa lalu tak hilang begitu saja. ”Karena bagaimanapun, Aksera ini adalah salah satu sekolah seni pertama di Indonesia selain Bandung dan Jakarta,” jelasnya semangat.
Menariknya, seluruh buku yang Hamid buat bukanlah untuk tujuan komersial. Sebab setelah dicetak, buku-buku itu langsung dia distribusikan ke beberapa perpustakaan di berbagai daerah. Mulai dari perpustakaan sekolah, umum, hingga kampus-kampus. Padahal jumlah yang dia cetak lebih dari 15 ribu eksemplar per judul buku. ”Seperti saya utarakan tadi, ini benar-benar ikhtiar saya untuk menaikkan minat baca pada anak muda,” kata dia.
Lantas dari mana uang yang dia dapatkan untuk membuat buku sebanyak itu? Hamid menjelaskan, dari setiap lukisannya yang laku dijual. ”Saya selalu sisihkan.” (JPNN/pda)
Redaktur : Tim Redaksi