jpnn.com, JAKARTA - Budayawan sekaligus dalang senior, Ki KRT H Lebdo Nagoro Anom Suroto atau Ki Anom Suroto memperkaya keberagaman skuad Tim Nasional Pemenangan Anies-Muhaimin (Timnas AMIN).
Namanya sudah dikenal luas sebagai dalang wayang kulit purwa sejak 1975.
BACA JUGA: Masuk Timnas AMIN, Co-Founder Tokopedia Dukung Anies Baswedan Wujudkan Digitalisasi
Masuknya budayawan dan seniman tradisional dalam Timnas AMIN tak lepas dari kedekatan capres Anies Baswedan dengan dunia kebudayaan.
Bahkan, sejak 2015, Anies tercatat sebagai pembina Komunitas Pelestari Seni Budaya Nusantara (KPSBN).
BACA JUGA: Profil Timnas Pemenangan AMIN: Ada Pilot Tempur, Kakak Gus Baha, Hingga Dalang Tenar
Anies bertemu dengan Ki Anom Suroto pada awal Februari 2023. Dia akhirnya bisa menyaksikan langsung Ki Anom Suroto beraksi dalam pagelaran wayang kulit dengan lakon 'Parikesit Jumeneng Ratu' yang digelar Partai Keadilan Sejahtera (PKS) pada Agustus lalu.
Ki Anom Suroto belajar ilmu pedalangan sejak umur 12 tahun dari ayahnya sendiri, Ki Sadiyun Harjadarsana.
BACA JUGA: Jaringan Perempuan Nahdiyin Siap Memenangkan AMIN
Kemudian secara langsung dan tak langsung, Ki Anom Suroto juga banyak belajar dari Ki Nartosabdo dan beberapa dalang senior lainnya.
Dalang laris itu juga pernah belajar di kursus pedalangan yang diselenggarakan Himpunan Budaya Surakarta (HBS).
Dia juga belajar secara tidak langsung dari Pasinaon Dalang Mangkunegaran (PDMN), Pawiyatan Kraton Surakarta. Bahkan, dia pernah belajar di Habiranda, Yogyakarta.
Tak hanya di tanah air, Anom Suroto mendalang hingga ke lima benua, antara lain di Amerika Serikat pada tahun 1991, di Jepang, Spanyol, Jerman Barat, Australia. Pada awal 2018, Ki Anom Suroto juga mendalang di Rusia.
Pada 1995, dia memperoleh Satya Lencana Kebudayaan RI dari Presiden Soeharto. Ki Anom Suroto juga aktif di organisasi pedalangan, Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi).
Selain aktif mendalang, ia juga giat membina pedalangan dengan membimbing dalang-dalang muda dari seluruh wilayah Indonesia.
Secara berkala, ia mengadakan forum kritik pedalangan dalam bentuk sarasehan dan pentas pedalangan di rumahnya di Surakarta. Acara itu diadakan setiap hari Rabu Legi, sesuai dengan hari kelahirannya, sehingga akhirnya dinamakan Rebo Legen. (jpnn)
Simak! Video Pilihan Redaksi:
Redaktur : M. Adil Syarif
Reporter : JPNN.com