JAKARTA - Direktur Eksekutif Institute for Transformation Studies, Andi Saiful Haq mengatakan PDIP harus mencari sosok yang pas untuk mendampingi Joko Widodo untuk diusung sebagai pasangan calon pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 mendatang. Menurutnya, keputusan itu harus dilakukan untuk terjadinya koalisi usai Pemilihan Legislatif (Pileg).
Saiful menyatakan calon pendamping yang pas Jokowi adalah tokoh dari Golkar. Kata dia, ketokohannya harus berkarakter seperti Proklamator Muhammad Hatta yang mendampingi Soekarno yang menjadi pasangan ideal dalam politik nasional. Soekarno-Hatta mewakili rakyat yang multi etnis dan suku.
"Sementara Hatta non-Jawa, diplomasi luar negerinya sangat kuat, disegani karena inteletualitasnya, dan juga orang yang sangat humanis. Mungkin figur Bung Hatta inilah yang harus ditemukan," kata Saiful di Jakarta, Sabtu (29/6).
Pernyataan Saiful ini berhubungan dengan pemetaan terhadap pemenang Pileg 2014. Kata dia, berdasarkan hasil dari sejumlah lembaga survei, PDIP, Golkar, Gerindra, dan Demokrat diyakini akan masuk empat besar partai pemenang Pemilihan Umum 2014 mendatang. Sebanyak sekitar 50 sampai 65 persen suara pemilih akan dikuasai dan dibagi oleh keempat dari 12 partai peserta Pemilu.
"Artinya sisa kurang lebih 35 persen suara yang harus dibagi oleh 8 partai sisanya," katanya.
Menurut Saiful, PDIP dan Partai Demokrat memiliki peluang untuk berkoalisi. Tapi jika PDIP tidak bisa menggandeng Demokrat atau Gerindra, pilihannya harus ke Golkar. Agar ada perimbangan kekuatan partai koalisi dan oposisi.
"Ini sebenarnya positif bagi kemajuan demokrasi di Indonesia. Akan ada koalisi pemerintahan dan oposisi yang sederhana dan efektif. Dan ini membuat demokrasi akan berjalan lebih stabil hingga 2019," ungkapnya.
Untuk menggandeng Golkar, dia mengakui, ganjalannya ada pada figur Aburizal Bakrie, ketua umum yang sudah ditetapkan sebagai calon presiden. Karena itu, PDIP, yang diyakininya akan mengusung Joko Widodo, harus mencari tokoh Golkar lainnya untuk dipasangkan dengan Gubernur DKI Jakarta tersebut.
"Tokoh (Golkar) ini tentu harus punya karakter yang cukup kuat. Karena punya dua tugas berat sekaligus, mendampingi Jokowi dan memenangkan Munas Golkar 2015," ungkapnya.
Pentingnya PDIP dan Jokowi menggaet tokoh Golkar disampaikan Jeffrie Geovanie, board of advisor Center for Strategic and International Studies (CSIS) itu. Kata dia, cara itu dilakukan agar memiliki dasar mengambil-alih Golkar pada Munas 2015 dan kemudian berkoalisi dengan PDIP.
"Kalau itu terjadi, partai penguasa usai Pemilu 2014 adalah PDIP didukung Golkar dengan partai penyeimbang pemerintahan yang dipimpin Demokrat. Kita lihat saja tidak lama lagi, satu tahun lagi," sambung Jeffrie. (awa/jpnn)
Saiful menyatakan calon pendamping yang pas Jokowi adalah tokoh dari Golkar. Kata dia, ketokohannya harus berkarakter seperti Proklamator Muhammad Hatta yang mendampingi Soekarno yang menjadi pasangan ideal dalam politik nasional. Soekarno-Hatta mewakili rakyat yang multi etnis dan suku.
"Sementara Hatta non-Jawa, diplomasi luar negerinya sangat kuat, disegani karena inteletualitasnya, dan juga orang yang sangat humanis. Mungkin figur Bung Hatta inilah yang harus ditemukan," kata Saiful di Jakarta, Sabtu (29/6).
Pernyataan Saiful ini berhubungan dengan pemetaan terhadap pemenang Pileg 2014. Kata dia, berdasarkan hasil dari sejumlah lembaga survei, PDIP, Golkar, Gerindra, dan Demokrat diyakini akan masuk empat besar partai pemenang Pemilihan Umum 2014 mendatang. Sebanyak sekitar 50 sampai 65 persen suara pemilih akan dikuasai dan dibagi oleh keempat dari 12 partai peserta Pemilu.
"Artinya sisa kurang lebih 35 persen suara yang harus dibagi oleh 8 partai sisanya," katanya.
Menurut Saiful, PDIP dan Partai Demokrat memiliki peluang untuk berkoalisi. Tapi jika PDIP tidak bisa menggandeng Demokrat atau Gerindra, pilihannya harus ke Golkar. Agar ada perimbangan kekuatan partai koalisi dan oposisi.
"Ini sebenarnya positif bagi kemajuan demokrasi di Indonesia. Akan ada koalisi pemerintahan dan oposisi yang sederhana dan efektif. Dan ini membuat demokrasi akan berjalan lebih stabil hingga 2019," ungkapnya.
Untuk menggandeng Golkar, dia mengakui, ganjalannya ada pada figur Aburizal Bakrie, ketua umum yang sudah ditetapkan sebagai calon presiden. Karena itu, PDIP, yang diyakininya akan mengusung Joko Widodo, harus mencari tokoh Golkar lainnya untuk dipasangkan dengan Gubernur DKI Jakarta tersebut.
"Tokoh (Golkar) ini tentu harus punya karakter yang cukup kuat. Karena punya dua tugas berat sekaligus, mendampingi Jokowi dan memenangkan Munas Golkar 2015," ungkapnya.
Pentingnya PDIP dan Jokowi menggaet tokoh Golkar disampaikan Jeffrie Geovanie, board of advisor Center for Strategic and International Studies (CSIS) itu. Kata dia, cara itu dilakukan agar memiliki dasar mengambil-alih Golkar pada Munas 2015 dan kemudian berkoalisi dengan PDIP.
"Kalau itu terjadi, partai penguasa usai Pemilu 2014 adalah PDIP didukung Golkar dengan partai penyeimbang pemerintahan yang dipimpin Demokrat. Kita lihat saja tidak lama lagi, satu tahun lagi," sambung Jeffrie. (awa/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Syarat Peserta Konvensi Segera Diumumkan, Jokowi Boleh Ikut
Redaktur : Tim Redaksi