jpnn.com - JAKARTA – Ekonomi Indonesia yang terus membaik membuat aliran dana mengalir cukup deras. Bank Indonesia mencatat, sebanyak Rp 35 triliun masuk ke Indonesia sepanjang Januari-Februari 2016 lalu.
Dana itu memang tergolong modal jangka pendek atau biasa disebut hot money alias uang panas. Dana itu masuk ke pasar surat berharga (obligasi) dan pasar saham. "Makanya, terjadi penguatan rupiah dan saham," ucap Gubernur BI Agus Martowardojo, Jumat (4/3) kemarin.
BACA JUGA: Dorong Pemerintah Libatkan Pihak Independen Hitung Cost Recovery
Agus menambahkan, derasnya aliran modal asing (capital inflow) membuat likuiditas valuta asing (valas) membaik sehingga rupiah pun menguat "Beberapa hari terakhir rupiah menguat di atas 3 persen," tambah Agus.
Data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) yang dirilis BI kemarin menunjukkan, rupiah ditutup menguat 101 poin ke level Rp 13.159 per USD. Sepanjang pekan ini, rupiah sudah menguat 241 poin bila dibandingkan dengan penutupan akhir pekan lalu (26/2) yang masih di level Rp 13.400 per USD.
BACA JUGA: Inilah Penyebab Utama Rupiah Menguat
Jika dicermati, posisi Rp 13.159 per USD itu merupakan level terkuat yang berhasil dicapai rupiah sejak 22 Mei 2015. Ketika itu rupiah ada di level Rp 13.136 per USD. Setelah itu, selama lebih sembilan bulan, rupiah cenderung tertekan hingga menembus level terlemah Rp 14.728 per USD pada 29 September 2015. (ken/gen/owi/jos/jpnn)
BACA JUGA: Pengembang Properti Kondang Gandeng BNI
BACA ARTIKEL LAINNYA... Investor Syariah Naik Signifikan
Redaktur : Tim Redaksi