jpnn.com - PIMPINAN kolektif Tiongkok tidak jadi dirampingkan: tetap tujuh orang. Wacana dari 9 orang menjadi 7 orang dan akhirnya akan menjadi 5 orang saja berhenti di 7 orang.
Dari 7 orang inti politbiro lama, empat pensiun. Di antara 4 yang baru ada nama ini: Li Qiang. Yang fotonya di sebelah Presiden Xi Jinping.
BACA JUGA: Ginjal Duoria
Ia menarik bukan hanya karena agak paling muda (63 tahun), juga jabatan barunya kelak di pemerintahan.
Bisa jadi Li Qiang inilah perdana menteri Tiongkok yang baru. Mulai Maret tahun depan. Menggantikan Li Ke Qiang. Dari Li ke Li. Dari Qiang ke Qiang.
BACA JUGA: Kerelaan Anda
Dari nama tiga kata ke dua kata. Tulisan Li nya sama. Tulisan Qiang-nya juga sama –-dalam huruf Mandarin.
Kampung kelahirannya yang berbeda. Perdana menteri sekarang, Li Ke Qiang, orang Hefei, provinsi Anhui. Calon penggantinya, Li Qiang, orang Rui An, provinsi Zhejiang. Dua provinsi ini bertetangga.
BACA JUGA: Pajak Roket
Yang menarik, bagi saya, Li Qiang itu orang Wenzhou –Yahudi-nya Tiongkok. Rui An berada di Kabupaten Wenzhou –satu daerah dengan investor nikel terbesar kita di Morowali, Sulawesi Timur itu.
Tempat kelahiran Li Qiang dikenal sebagai tempat kelahiran ekonomi baru bagi Tiongkok. Sampai disebut dengan istilah "Ekonomi Model Wenzhou".
Saking fenomenalnya ekonomi "model Wenzhou" sampai jadi kajian banyak universitas di Amerika.
Tentu saya sudah beberapa kali ke Wenzhou. Sejak masih belum ada kereta cepat. Juga ke Ningbo, kota besar di sebelahnya –Sinar Mas punya bank di situ.
Dari Wenzhou saya pernah ke Hangzhou lewat kabupaten-kabupaten di pegunungan Zhejiang.
Dari Wenzhou saya juga pernah ke arah selatan tembus ke Fuzhou di Fujian.
Wenzhou dan sekitarnya adalah daerah yang pertama-tama tumbuh industrialisasinya. Pun di zaman sebelum ekonomi Tiongkok dibuka oleh Deng Xiaoping.
Tahun 1970-an ekonomi Wenzhou sudah sangat hidup. Diam-diam. Takut-takut. Politik nasional masih sangat komunis. Pertanian masih pakai sistem komunal. Semua usaha masih harus BUMN. Termasuk sekecil restoran dan toko roti. Pun toko pakaian dan bengkel. Belum ada swastanisasi.
Namun kesulitan hidup, kemiskinan, kekurangan pangan melanda seluruh negara. Orang Wenzhou, dengan bahasa lokal mereka, membuat rahasia bersama.
Petugas partai dari pusat sebisa mungkin dikelabui. Yang penting mereka bisa makan. Bisa menabung. Biar pun sedikit.
Salah satu kesepakatan itu, mereka tidak boleh tampak punya uang. Harus tetap tampil miskin. Agar tidak dicurigai.
Kesepakatan lain, mereka membuat alat-alat rumah tangga secara individual. Di rumah masing-masing. Sembunyi-sembunyi. Kerja amat keras.
Dalam hal membuat sepatu, misalnya, satu kelompok desa, membagi tugas. RT mana bikin sol. Siapa bikin tali. Siapa bikin penutup. Siapa yang menjahit.
Mereka bertukar bahan. Diam-diam. Kebutuhan alas kaki untuk kecamatan lain dipasok dari sini.
Kelompok lain lagi membuat pakaian. Dengan cara yang sama. Pakaian pun dibagi. Ada kampung spesialis baju. Ada yang spesialis celana. Ada yang spesialis kancing baju.
Maka kebutuhan orang hidup di seluruh Wenzhou dipenuhi dengan sistem kelompok per desa dan per kecamatan.
Tentu mereka juga ketahuan petugas partai. Tetapi mereka siap kompromi. Tidak menentang. Toh skalanya amat kecil. Tidak mencolok.
Menurut hasil studi belakangan, orang Wenzhou saat itu selalu bisa merumuskan alasan: barang itu akan dipakai sendiri.
Maka ketika Deng Xiaoping membuka ekonomi Tiongkok di tahun 1975, Wenzhou meledak. Keterampilan industrinya sudah merasuki semua orang di seluruh kabupaten. Etos kerjanya sudah membudaya.
Pengelompokan jenis industrinya sudah terbentuk: tiap kecamatan punya keahlian industri sendiri-sendiri.
Masa kecil Li Qiang adalah masa-masa munculnya inisiatif perjuangan liberalisasi ekonomi di tingkat lokal.
Saat itu Li Qiang berumur sekitar 12 sampai 17 tahun. Ia pasti jadi salah satu unsur pelaku 'pemberontakan' diam-diam orang Wenzhou. Yakni pemberontakan terhadap sistem ekonomi komunis yang gagal.
Kini ia justru menjadi orang kedua di hierarki pusat partai komunis Tiongkok. Calon perdana menteri pula. Ekonomi Tiongkok bakal di tangan Li Qiang.
Setamat SMA di Wenzhou Li Qiang kuliah di jurusan mekanisasi pertanian. Yakni di Universitas Pertanian Zhejiang cabang Ningbo. Lalu sekolah sosiologi di Beijing dan Manajemen Teknologi di Hangzhou. Terakhir ia mengambil MBA di Universitas Politeknik di Hongkong.
Karier partainya dimulai di Pemuda Rakyat Wenzhou. Lalu ketua partai di kabupaten itu. Naik lagi menjadi ketua partai di provinsinya, Zhejiang.
Xi Jinping juga pernah menjadi ketua partai di provinsi itu. Saat itu pertumbuhan ekonominya mencapai 20 persen setahun selama lebih 10 tahun.
Dari Zhejiang Li Qiang pindah menjadi ketua partai di provinsi tetangganya: Jiangshu. Yang beribu kota di Nanjing. Dari sini Li Qiang naik lagi menjadi ketua partai di Shanghai.
Siapa pun yang pernah menjadi ketua partai di Shanghai punya bintang yang amat terang. Xi Jinping pernah. Perdana Menteri Zhu Rongji juga.
Saya benar-benar ingin tahu bagaimana Anak Wenzhou ini akan mengatur ekonomi Tiongkok.
Kalau sukses, di tangan Li Qiang - lah sejarah terjadi: ekonomi Tiongkok mengalahkan Amerika Serikat.
Begitu kuatnya ekonomi Wenzhou di tahun 1990-an, sampai pemerintah pusat kewalahan. Struktur ekonomi model Wenzhou sudah terbentuk begitu kuatnya.
Mereka tidak memerlukan jasa kredit bank. Sistem keuangannya menggunakan sistem bawah tanah.
Pinjam-meminjam uang sudah sangat membudaya. Biar pun dengan bunga tinggi tetapi bisa ditutup dengan laba yang lebih tinggi.
Pinjam-meminjam modal itu pakai penjamin. Muncullah profesi penjamin pinjaman. Bunga tinggi termasuk untuk fee penjamin itu.
Suatu saat bank-bank pemerintah mengeluh di Wenzhou: sulit berkembang. Kalah dengan sistem keuangan model Wenzhou yang di bawah tanah.
Kini transportasi dari Wenzhou ke Shanghai sudah mudah. Ada jembatan di atas laut sepanjang 35 Km. Tidak perlu lagi muter lewat Hangzhou. Itu ibarat dari Situbondo mau ke Sumenep, harus muter lewat Surabaya.
Li Ke Qiang pensiun. Li Qiang bersinar. Siapa pun perdana menterinya Xi Jinping presidennya. (*)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Alvin Allianz
Redaktur : M. Fathra Nazrul Islam
Reporter : Tim Redaksi