Darmizal: Jokowi Bukan Tipe Membangun Dinasti Politik

Senin, 20 Juli 2020 – 08:10 WIB
Ketua Umum Relawan Jokowi atau ReJO HM Darmizal MS. Foto: Dok. ReJO

jpnn.com, JAKARTA - Ketua Umum Relawan Jokowi atau ReJO HM Darmizal MS melihat, apa yang dilakukan Presiden Joko Widodo ketika anak dan menantunya maju dalam Pilkada tahun ini bukanlah untuk membangun dinasti politik.

“Mari kita lihat, selama pemerintahan Jokowi tidak ada keluarga maupun kerabatnya yang masuk dalam lingkaran kekuasaan. Begitu berbeda dengan kepemimpinan sebelumnya dimana besan, adik, sepupu dan iparnya masuk di jajaran pemerintahan, Direksi BUMN dan partai politik milik mereka,” kata Darmizal MS dalam keterangan persnya, Senin (20/72020). 

BACA JUGA: Sukur PDIP Bantah Isu Barter Politik Dalam Pencalonan Gibran di Pilkada Solo

Darmizal mengaku tertarik mengulas pendapat pengamat politik Dedi Kurnia Syah, yang mungkin masih terbatas pengetahuannya tentang sosok Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Jokowi sebagai Presiden RI dua periode.

“Jokowi dan SBY tentu memiliki karakter dan semangat yang berbeda dalam memimpin bangsa. Pada masa SBY 10 tahun berkuasa, mungkin saja beliau melihat bahwa Presiden perlu tokoh andal untuk masuk Kabinet,” katanya.

BACA JUGA: Gibran Ikut Pilkada, SBY Terbukti Lebih Baik Ketimbang Jokowi soal Jauhi Politik Dinasti

Secara kebetulan, laniut Darmizal, yang terlihat saat itu dan memenuhi kriteria sekaligus dapat dipercaya sebagian berasal dari kalangan dekat atau keluarga. Sama halnya, ketika SBY merasa sudah waktunya mundur dari jabatan Ketua Umum Partai Demokrat, pada saat Kongres digelar, hanya melihat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai pelanjut yang paling pantas dan terpilih menjadi ketua umum tanpa pesaing. 

“Kebetulan AHY adalah putra sulung beliau yang mundur dari TNI dengan pangkat Mayor kemudian gagal pada Pillada DKI. Nah urutan peristiwa ini tidak dipandang sebagai dinasti politik, oleh pengamat kita ini. Dan, itu sah saja,” ujar Darmizal.

BACA JUGA: PAN Kunci Dukungan untuk Gibran dan Bobby

Menurut Darmizal, pada sisi lain, anak dan menantu Jokowi bertarung dalam satu kompetisi pesta demokrasi dukungan parpol. Dimana semua orang dapat ambil peran sebagai peserta asalkan memdapatkan dukungan partai sesuai aturan partai dan UU pemilu.

“Selama ini saya belum pernah mendengar dari kalangan Istana agar Gibran berhenti berjualan pisang untuk maju dalam Pilkada Solo".

Alumnus UGM Yogyakarta ini menambahkan Jokowi memotivasi anaknya untuk menjadi petarung pada giat yang mereka jalani. Jokowi tidak menyuruh anak berhenti sebagai pengusaha untuk alih profesi menjadi politisi yang nina bobok dengan berbagai fasilitas negara untuk kemenangan. 

"Saya melihat Jokowi ingin anaknya tumbuh matang secara alami mengalami kompetisi merasakan beratnya berjuang untuk menang, bukan dimatangkan dan dibesarkan seperti dikarbit. Jalan untuk itu hanyalah satu, yaitu ikut kompetisi. Itulah pembedanya antara Jokowi dengan beberapa tokoh lain sebelumnya yang mendidik anak mereka masuk kancah politik membalut demokrasi dengan dinasti dan oligarti," ujar mantan Wasekjen Partai Demokrat ini.

Darmizal meyakini, bahwa Gibran akan bertarung di arena yang sangat ketat. Dia pasti sudah memperhitungkan risiko sosial politik yang mengadang.

“Kalah dia tersingkir dan kembali ke dunia sebagai enterpreneur dan pengusaha, jika menang dia akan menjalankan amanat pemilihnya,” katanya.

“Pada Pemilu atau semua Pilkada, berbagai pilihan tentu akan dihidangkan pada pemilih. Maka mereka para pemilihlah penentu kemenangan sesungguhnya,” jelasnya.

Pimpinan Komwas PD, yang berhenti pada Mei 2018 ini menilai masyarakat Indonesia dapat melihat dengan jernih atas majunya anak dan menantu Jokowi pada kontestasi Pilkada 2020 ini. Bukan, karena Jokowi sebagai presiden lantas dikaitkan ingin membangun dinasti politik. Ini persaingan melaksanakan gagasan dalam kompetisi dan uji kompetensi.

“Saya melihat Jokowi bukan tipe bapak memanjakan anak dengan budaya politik dinasti. Gibran, memiliki naluri dan meyakini kemampuannya untuk membangun Solo makin maju. Dia pasti punya resep, maka niat pengabdiannya ini mestinya kita lihat secara komprehensif dan holistik," ucapnya.

Darmizal menuturkan, mari ukur dengan jernih, berapa partai yang mendukung Gibran pada kontestasi Pillada 2020 di Solo. Bisa jadi, salah satunya adalah Partai Demokrat. Apakah dengan demikian, kita akan mengatakan bahwa partai pendukung Gibran adalah pendukung dinasti yang dituduhkan ke Jokowi. Atau bahkan mengangkat tuduhan yang lebih lagi dari itu? 

“Seperti mendukung karena tekanan atau karena ancaman? Bagi saya, isu tersebut terlalu naif.”

Padahal, masih kata Darmizal, partai-partai dalam menetapkan mengusung seorang kandidat lebih didominasi karena hasil survei dan potensi menjadi pemenang.

“Saya yakin Jokowi tidak akan melakukan intervensi apa pun dalam Pilkada Solo ataupun Medan. Meskipun anak dan menantunya maju menjadi calon wali kota,” pungkas pria Minang ini.

Diketahui, dalam Pilkada yang akan digelar bulan Desember nanti anak presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka maju menjadi calon Wali Kota Surakarta. Sementara menantu Jokowi, Bobi Nasution maju menjadi calon Wali kota Medan.(fri/jpnn)

Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler