Data Pasien MERS Kacau, Wakil Menkes Arab Saudi Dipecat

Kamis, 05 Juni 2014 – 08:15 WIB
Ziad Memish. Foto; AFP

jpnn.com - DUBAI - Menjelang musim haji, Arab Saudi semakin sibuk memerangi sindroma pernafasan timur tengah alias middle east respiratory syndrome (MERS). Beberapa waktu lalu, pemerintah meninjau ulang perkembangan virus mematikan tersebut, termasuk jumlah penderitanya. Pada Selasa (3/6), Arab Saudi resmi merevisi jumlah korban.

Kementerian Kesehatan Arab Saudi menyatakan, jumlah pengidap MERS di lapangan ternyata lebih banyak ketimbang data yang tercantum dalam laporan resmi. Karena itu, pemerintah memutuskan memperbaiki data tersebut. Tidak hanya menambah jumlah korban, Riyadh juga memecat wakil menteri kesehatan yang dianggap bertanggung jawab atas ketidakvalidan data tersebut.

BACA JUGA: Ditangkap Gara-gara Bakar TInja

"Menteri Kesehatan Adel Faqih menerbitkan surat pemberhentian bagi wakilnya, Ziad Memish, pada Senin (2/6)," kata situs resmi kementerian.

Dalam pernyataan tertulis itu, alasan pemecatan Memish tidak tercantum. Tetapi, informasi seputar MERS ditengarai menjadi penyebab wakil Faqih itu kehilangan pekerjaan.

BACA JUGA: Snowden Beber Dokumen Australia Inteli Warga Sendiri

Hal tersebut merupakan pemecatan kedua pejabat penting kementerian kesehatan dalam waktu kurang dari dua bulan. April lalu Raja Abdullah memecat menteri kesehatan sebelum Faqih. Dia dianggap bersalah karena tidak mampu mencegah mewabahnya MERS di Arab Saudi. Bahkan, virus itu juga menjangkiti warga negara asing yang kebetulan melakukan perjalanan rohani.

Sejauh ini virus yang konon bisa dilumpuhkan dengan senyawa K22 tersebut telah merenggut 282 nyawa. Sejak kali pertama terdeteksi pada 2012, MERS menjangkiti 688 orang. Namun, menurut data kementerian kesehatan, jumlah korban lebih sedikit. Berdasar data tidak valid itu, MERS menjangkiti 575 orang dan mengakibatkan 190 di antaranya tewas.

BACA JUGA: Turki Cabut Blokir YouTube

Perbedaan jumlah korban yang hampir mencapai 100 itu jelas membuat pemerintah berang. Sebab, selama ini ada sekitar 100 kasus yang tidak terdeteksi. Bagi masyarakat internasional, kondisi itu mengindikasikan bahwa pemerintah Arab Saudi tidak serius dalam menangani sindroma pernapasan tersebut. Karena itu, Riyadh menindak tegas pejabat yang bertanggung jawab atas laporan tersebut.

Dr Tariq Madany, ketua dewan penasihat kesehatan Arab Saudi, menyambut baik revisi jumlah korban MERS tersebut. Dia menuturkan, peninjauan ulang oleh pemerintah itu merupakan wujud keseriusan Arab Saudi dalam menangani MERS.

"Kementerian berkomitmen menginformasikan segala hal tentang virus corona terhadap publik," ungkapnya sebagaimana dilansir media kemarin (4/6).

Dia berharap revisi itu bisa membuat masyarakat semakin waspada. Sebab, virus mematikan tersebut tidak selalu membuat korbannya sakit. Gejala awal gangguan pernapasan itu pun mirip flu. Biasanya, penderita tidak menganggap serius flu yang menjadi gejala awal MERS. Itulah yang membuat tim medis terlambat memberikan pertolongan.

Sejauh ini Badan Kesehatan Dunia (WHO) belum menyebut MERS sebagai wabah internasional. Tetapi, belakangan jumlah pengidap sindroma pernapasan itu semakin meningkat. Selain di Arab Saudi dan negara sekitarnya, MERS menjangkiti penduduk Asia dan Eropa. Terutama mereka yang melakukan perjalanan ke Arab Saudi atau negara-negara di Jazirah Arab sekitar dua tahun terakhir.

Saat ini ada sekitar 53 korban MERS yang dirawat intensif di Arab Saudi. Sementara itu, di Uni Emirat Arab (UEA), virus corona menjangkiti sekitar 68 orang.

"Jumlah korban tewas karena MERS mencapai 10 orang," jelas Menteri Kesehatan UEA Abdul Rahman al Owais. Empat di antaranya adalah warga negara asing yang kebetulan di UEA. (AP/AFP/hep/c15/any)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kapal Pesiar Tabrak Tower Bridge, 9 Terluka


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler