jpnn.com, JAKARTA - Pemilu 2024 tinggal dua minggu lagi, terutama pemilihan presiden yang paling menjadi perhatian publik. Apakah Pilpres akan berlangsung dalam satu putaran, ataukah tidak ada pasangan calon yang bisa mencapai perolehan suara lebih dari 50 persen?
Temuan survei Data Riset Analitika menunjukkan elektabilitas Prabowo-Gibran menembus hingga 51,7 persen.
BACA JUGA: Guru Mengaji se-Surakarta Berijtihad agar Prabowo-Gibran Menang Pilpres 2024
Dengan raihan tersebut, Pilpres 2024 diperkirakan akan selesai dalam satu putaran saja.
Sementara itu dua pasangan capres-cawapres yang lain adu ketat memperebutkan posisi runner-up.
BACA JUGA: Kaesang Minta Warga Makassar Coblos Prabowo-Gibran dan PSI
Anies-Muhaimin unggul dengan elektabilitas 21,0 persen, terpaut tipis dari Ganjar-Mahfud 20,1 persen, dan sisanya menyatakan tidak tahu/tidak jawab 7,2 persen.
“Elektabilitas pasangan Prabowo-Gibran mencapai 51,7 persen, sehingga Pilpres 2024 besar kemungkinan akan selesai dalam satu putaran,” ungkap Direktur Eksekutif Data Riset Analitika Nana Kardina di Jakarta, Selasa (30/1).
BACA JUGA: Kawal Suara Prabowo-Gibran di TPS, Sukarelawan Luncurkan Aplikasi Khusus Ini
Menurut Nana, gelombang dukungan yang sangat masif pada paruh akhir masa kampanye berdampak pada tingginya elektabilitas pasangan calon dengan nomor urut 2 tersebut.
“Pemilih yang sebelumnya gamang berangsur-angsur menentukan pilihan,” tandas Nana.
Kecilnya persentase yang masih menyatakan tidak tahu/tidak jawab memperlihatkan makin mengecilnya proporsi swing voters.
“Rangkaian debat yang diselenggarakan KPU terlihat berpengaruh dalam keputusan memilih bagi yang awalnya ragu-ragu,” tegas Nana.
Di antara ketiga pasangan, Prabowo-Gibran tampil lebih percaya diri dalam menggulirkan gagasan yang menarik dukungan publik.
“Meskipun mendapat serangan dari paslon 01 dan 03, tapi Prabowo-Gibran lebih mampu men-deliver program yang masuk akal,” jelas Nana.
Posisi Prabowo-Gibran yang terkesan menempatkan diri sebagai kandidat petahana juga menikmati efek Jokowi, di mana approval rating menembus lebih dari 80 persen.
“Pemilih yang puas dengan kebijakan Jokowi cenderung memilih Prabowo-Gibran,” terang Nana.
Sisanya diperebutkan terutama oleh pasangan Ganjar-Mahfud, tetapi dengan kue yang lebih sedikit.
“Dukungan terhadap paslon 03 lebih didominasi pemilih PDIP yang cenderung solid, meskipun sebagian tergerus dan berpindah memilih Prabowo-Gibran,” Nana menjelaskan.
Sebelumnya baik Prabowo maupun Ganjar merupakan nama-nama yang menjadi favorit publik dan sama-sama mendapat endorsement dari Jokowi.
“Perpecahan antara Jokowi dan kalangan elite PDIP membuat dukungan terhadap Ganjar menyusut,” lanjut Nana.
Positioning Ganjar-Mahfud yang bersikap kritis terhadap kinerja pemerintahan Jokowi turut memberikan sentimen negatif.
“Ganjar-Mahfud dianggap ambigu oleh publik, di mana Anies-Muhaimin yang paling mampu memerankan diri sebagai oposisi,” ujar Nana.
Pemilih yang merasa tidak puas terhadap kebijakan Jokowi cenderung mendukung Anies-Muhaimin yang terus menggaungkan perubahan.
“Namun rendahnya persentase yang tidak puas membuat marjin dukungan terhadap paslon 01 jadi terbatas,” kata Nana.
“Sulit bagi Anies-Muhaimin untuk bisa menaikkan elektabilitas lebih tinggi lagi, demikian pula dengan Ganjar-Mahfud,” pungkas Nana.
Alhasil, jika peta kontestasi tidak berubah hingga pencoblosan, Pilpres finish pada 14 Februari dimenangkan oleh Prabowo-Gibran.
Survei Data Riset Analitika dilakukan pada 20-25 Januari 2024, secara tatap muka kepada 1200 responden mewakili 38 provinsi.
Metode survei adalah multistage random sampling, dengan margin of error ±2,9 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen. (dil/jpnn)
Yuk, Simak Juga Video ini!
Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif