Dato Anwar

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Sabtu, 26 November 2022 – 07:01 WIB
Ketua Pakatan Harapan Anwar Ibrahim yang baru saja ditunjuk menjadi Perdana Menteri (PM) Malaysia. Foto: Reuters

jpnn.com - Dua hal fenomenal terjadi pekan ini dan menjadi perbincangan luas di dunia internasional.

Dua hal itu disebut-sebut sebagai indikasi kebangkitan Asia.

BACA JUGA: Anwar Ibrahim Jadi PM Malaysia, Ini Beragam Komentar WNI di Sana

Satu adalah pelaksanaan Piala Dunia di Qatar.

Satunya terpilihnya Anwar Ibrahim sebagai perdana menteri Malaysia.

BACA JUGA: Sebut Jokowi yang Pertama, Anwar Ibrahim Tegaskan Indonesia Sahabat Sejati Malaysia

Piala Dunia di Qatar, tak pelak, menjadi perbincangan paling panas beberapa hari terakhir.

Bukan saja karena terjadi kejutan tumbangnya Argentina dan Jerman pada pertandingan pertama, tetapi juga ramainya isu politik yang menyampuri urusan sepak bola.

BACA JUGA: Tahniah & Testimoni Megawati untuk Anwar Ibrahim PM Baru Malaysia

Argentina secara mengejutkan takluk dari Arab Saudi 1-2.

Sungguh sulit diterima akal.

Tim sekelas Argentina yang bertabur superstar bisa kalah dari tim gurun sekelas Arab Saudi.

Biasanya pelatih sepak bola pusing memilih pemain yang bagus untuk sebuah pertandingan, karena stok pemain terbatas.

Akan tetapi, pelatih Argentina harusnya bingung memilih pemain karena stok pemain bagus berlebihan.

Leonel Messi dan kawan-kawan menjadi salah satu hot favourite untuk memenangkan Piala Dunia kali ini.

Argentina dua kali menjadi juara, pada 1978 dan 1986, dan sangat ingin menambah gelar lagi untuk mengejar ketertinggalan dari Brazil, tetangga sekaligus musuh bebuyutan, yang sudah 5 kali juara dunia.

Messi juga menggantungkan mimpi terakhirnya untuk bisa membawa Argentina menjadi juara dunia sebelum pensiun. 

Akan tetapi jalan Argentina menjadi terjal karena kalah pada pertandingan pertama. Kalah adalah hal biasa. Akan tetapi, kalah dari Arab Saudi membawa aib yang mempermalukan reputasi Argentina.

Kekalahan ini bisa memengaruhi mental pemain Argentina pada dua pertandingan lanjutan grup melawan Polandia dan Meksiko.

Kalau hilang konsentrasi, tidak mustahil, Argentina harus angkat kaki.

Kejutan lain yang lebih sensasional adalah kekalahan Jerman dari Jepang 1-2. Sama dengan Argentina, Jerman adalah salah satu favortit panas untuk menjadi juara dunia.

Jerman dikenal sebagai tim diesel yang terlambat panas.

Akan tetapi, kalah dari Jepang bisa membuat diesel mogok dan harus tersingkir di babak penyisihan.

Jerman menghadapi dua pertandingan yang sulit melawan Spanyol dan Kosta Rika pada lanjutan pertandingan grup.

Kalah melawan Spanyol berarti perjalanan Jerman akan tamat, karena secara matematis Arab Saudi akan bisa mengalahkan Kosta Rika yang sudah digelontor 7 gol tanpa balas oleh Spanyol.

Kemenangan Arab Saudi dan Jepang menjadi sejarah emas yang akan dikenang seumur hidup.

Kemenangan itu bahkan disebut-sebut segagai kebangkitan sepak bola Asia dalam menghadapi dominasi raksasa Eropa dan Amerika Latin.

Perjalanan masih sangat jauh, tetapi euforia di Asia sudah tumpah ruah kemana-mana.

Ada pula yang menganggap kemenangan Arab Saudi sebagai kemenangan Islam.

Tentu saja tidak ada hubungan antara Islam dengan sepak bola Arab Saudi. Akan tetapi, ketika Indonesia sedang dilanda gemuruh tahun politik, peristiwa apa pun akan dikaitkan dengan politik.

Persaingan antara kadrun vs cebong di Indonesia menjadikan kemenangan Arab Saudi sebagai kemenangan dan keunggulan kadrun, karena selama ini Arab Saudi diidentikkan dengan kadal gurun, sebutan pejoratif yang merendahkan para pendukung Islam politik.

Piala Dunia kali ini unik karena sarat dengan isu-isu politik.

Penunjukan Qatar sebagai tuan rumah mengecewakan negara-negara superpower sepak bola di Eropa.

Muncul isu suap yang melibatkan FIFA, otoritas sepak bola dunia, dalam penunjukan Qatar sebagai tuan rumah.

Isu hak asasi manusia dan diskriminasi terhadap kelompok LGBT (lesbian, gay, biseksual, transgender) menjadi isu panas yang mendistraksi konsentrasi banyak tim.

Kekalahan Jerman dari Jepang disebut-sebut sebagai akibat kurang konsentrasi pemain-pemain Jerman, karena terdistraksi oleh isu LGBT.

Tuan rumah Qatar melarang semua aktivitas dan simbol yang ditujukan untuk mempromosikan LGBT.

Pemakaian ban kapten pelangi berlogo ‘’one love’’ dilarang oleh FIFA atas usulan tuan rumah.

Beberapa tim Eropa menentang larangan ini, tetapi FIFA tegas mengancam akan mengeluarkan kartu kuning otomatis bagi kapten tim yang memakai ban kapten pelangi.

Kapten tim Jerman Manuel Neuer sudah menegaskan akan memakai ban kapten pelang, tapi urung karena ancaman kartu kuning.

Akan tetapi, Jerman tidak mundur. Dalam sesi foto menjelang pertandingan melawan Jepang, tim Jerman berpose dengan menutup mulut dengan tangan.

Hal ini dimaksudkan sebagai protes terhadap tuan rumah dan FIFA, yang dianggap membungkam hak-hak demokratis peserta Piala Dunia yang mendukung LGBT.

Qatar tetap tegas dengan sikapnya. Para pengkritik menyorot perlakuan represif dan diskriminatif Qatar terhadap LGBT dan para pekerja migran yang dikabarkan mendapat perlakuan buruk.

Qatar membalas dengan menuduh negara-negara Eropa itu punya agenda politik tersembunyi untuk mendiskreditkan Qatar.

Sebagai negara Islam, Qatar menerapkan syariat Islam yang mengharamkan LGBT.

Qatar mempromosikan simbol-simbol Islam dalam bentuk poster dan baliho yang tersebar di seantero negeri.

Pada upacara pembukaan Piala Dunia, Qatar menampilkan pertunjukan happening art dengan pembacaan Surat Al-Rahman dan Surat Al-Hujurat.

Baru kali ini dalam sejarah sepak bola dunia ada negara Islam yang menjadi tuan rumah dan bisa menampilkan pertunjukan yang extravagant.

Baru kali ini ada resitasi dan fragmentasi Al-Qur'an dalam perhelatan olahraga internasional.

Sekalangan warga Islam di banyak negara menyebut Piala Dunia ini sebagai momen kebangkitan peradaban Islam.

Kemenangan Arab Saudi pun dikaitkan dengan kebangkitan negara Islam dalam kancah peradaban olahraga internasional.

Di Malaysia, terpilihnya Anwar Ibrahim sebagai perdana menteri juga dirayakan sebagai kebangkitan politik Islam.

Anwar dilantik menjadi perdana menteri (24/11) oleh Yang Dipertuan Agung Raja Malaysia, untuk mengakhiri krisis politk karena pemilihan raya tidak bisa menghasilkan pemenang mayoritas yang berhak membentuk pemerintahan dan mengangkat perdana menteri.

Anwar Ibrahim menjadi perdana menteri karena penunjukan langsung, bukan karena mendapatkan mandat demokratis dari rakyat.

Hal itu tidak mengendorkan euforia di Malaysia dan di beberapa belahan komunitas Islam dunia.

Anwar dianggap sebagai simbol kebangkitan Islam politik di Malaysia, yang disebut-sebut bakal merantak ke Indonesia dan ke beberapa negara lain di Asia.

Anwar Ibrahim mewakili genre politisi Islam yang berpandangan moderat dan global, dan memengaruhi pemikiran politik sejawatnya di Indonesia.

Dia menjadi kader Mahathir Muhammad, perdana menteri yang berkuasa selama 22 tahun.

Akan tetapi, keduanya berpisah jalan pada 1998 dan menjadi musuh bebuyutan.

Mahathir memenjarakan Anwar atas tuduhan korupsi dan sodomi dan memenjarakannya belasan tahun.

Anwar Ibrahim akhirnya berhasil melakukan  ‘’sweet revenge’’ balas dendam manis.

Dia menjadi perdana menteri, sementara Mahathir kalah pada pemilihan anggota parlemen dari dapil traadisionalnya.

Mahathir harus pensiun dari parlemen, dan harus rela menyerahkan panggung kepada Anwar.

Pengangkatan Anwar dirayakan sebagai kebangkitan Asia.

Dia seorang politikus cum intelektual jempolan dan ahli keuangan.

Dia menulis buku ‘’Rennaissance Asia’’ pada 1996 dan menjadi cetak biru bagi strategi politiknya dalam membangun Malaysia.

Anwar yakin renaissance Asia, kebangkitan peradaban Asia, akan muncul melalui dialog dengan peradaban Barat.

Anwar melihat bahwa Islam moderat yang berkembang di Malaysia dan Indonesia, punya potensi besar untuk menjadi mesin kebangkitan Asia.

Piala Dunia Qatar masih panjang, masih penuh kejutan dan misteri sebelum memunculkan juara.

Perjalanan politik Anwar Ibrahim di Malaysia juga akan penuh misteri dan jebakan di tengah jalan.

Apa pun yang bakal terjadi, fenomena baru sudah muncul, dan euforia baru sudah melanda. Apakah euforia yang sama akan terjadi di Indonesia? Itulah pertanyaannya. (**)


Redaktur : M. Kusdharmadi
Reporter : Cak Abror

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler