Selain di ajang para penyandang cacat, David Jacob pernah mengharumkan nama Indonesia di SEA Games. Mimpinya tampil di event selevel Olimpiade kesampaian.
M. Ali Mahrus, Jakarta
DI sepanjang karirnya di tenis meja yang sudah ditekuni sejak usia belia, tidak pernah David Jacob setegang Kamis siang kemarin (26/1) ketika akan melakoni pertandingan. Wajahnya tampak kaku dan kerap salah tingkah.
Maklum, di ujung meja sana, lawan yang dihadapi bukan orang sembarangan: pemegang tampuk pemerintahan di negeri ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Apalagi, pertandingan yang berlangsung di halaman tengah Istana Presiden itu dilakukan di hadapan jajaran kabinet SBY dan Ibu Negara Ani Yudhoyono.
Set pertama berakhir dengan skor 11-7 untuk David lewat pertarungan selama lima menit. Pukulan SBY sering keluar karena angin yang bertiup cukup kencang. "Waduh, angin," ucap SBY saat pukulannya keluar ketika itu.
Saling mengejar angka terjadi di set kedua. Sempat menyamakan 8-8, selanjutnya poin selalu sama hingga terjadi deuce. SBY menutup set kedua dengan kemenangan 11-13.
Namun, faktor fisik, rupanya, tidak bisa ditutupi SBY. Selama pertandingan yang berlangsung hampir 20 menit itu, tiga kali presiden kelahiran Pacitan tersebut menyeka keringat dengan menggunakan handuk yang dibawakan ajudannya. Pertandingan set ketiga berakhir 11-9 untuk David.
"Ini contoh bagi semua. Beliau (David) bisa mengalahkan saya. Disabilitas yang berprestasi. "Saudara kita penyandang disabilitas juga bisa berprestasi. Tidak kalah dengan mereka yang tidak menyandang disabilitas," tutur SBY, lantas menyalami David.
Setelah pertandingan, David mengatakan bahwa itulah pertandingan yang paling berkesan dalam karirnya. "Siapa sangka saya bisa main melawan presiden. Terus terang, saya grogi banget," ujarnya setelah pertandingan.
"Saya hanya berusaha mengimbangi permainan Pak Presiden. Tidak mungkin saya melakukan smash keras. Saya tahan-tahan biar permainan enak ditonton. Tapi, jujur, sebagai seorang presiden, Pak SBY bermain bagus. Pukulan backhand-nya mematikan," bebernya.
David memang atlet istimewa. Dengan tangan kanan yang cacat sejak lahir, atlet kelahiran Makassar, 21 Juni 1977, itu tak hanya sukses di level kejuraan antar penyandang cacat. Dia juga pernah mempersembahkan medali untuk Indonesia di SEA Games.
Pada SEA Games 2005 Filipina, dia mempersembahkan medali perak dari nomor ganda pria. Pada SEA Games 2009 Laos, David meraih medali perunggu dari nomor beregu.
Sayang, saat Indonesia menjadi tuan rumah SEA Games tahun lalu, namanya sudah terpinggirkan. Tapi, dia membuktikan bahwa dirinya belum habis dengan tampil hebat pada ASEAN Para Games yang berlangsung sesudah SEA Games 2011 Desember lalu di Solo
David total meraih tujuh emas lewat beregu, tunggal dan ganda pria, tunggal dan ganda pria terbuka, ganda campuran, dan ganda campuran terbuka. Yang dimaksud nomor terbuka adalah seluruh peserta Para Games yang terbagi sepuluh kelas atau kategori boleh ikut serta.
Di level nasional, sederet prestasi juga telah dia torehkan. Di antaranya, juara Kejurnas 2000 dan medali emas PON 2004. Belum lagi gelar juara di ajang turnamen-turnamen dunia Pro Tour Para Table Tennis.
Ketertarikan David kepada tenis meja bermula sejak dia berusia 10 tahun. Dia iseng-iseng bermain di meja milik tetangganya. Saat itu banyak yang melecehkan karena dia harus bermain dengan tangan kiri gar-gara tangan kanannya tak sempurna.
Di keluarganya, hanya David yang anggota tubuhnya tak sempurna. Tapi, keterbatasan itu tidak membuat dia patah semangat. Sebaliknya, bungsu lima bersaudara pasangan Jan Jacob dan Neeice Jacob itu semakin terpacu dengan adanya sebagian orang meragukannya.
Dengan restu orang tuanya pada sekitar 1990, David bergabung dengan klub tenis meja PTC Semarang. Di situlah kemampuannya sebagai petenis meja semakin terasah.
Suami Jenny Palar itu mengatakan, olahraga tenis meja menjadi penyemangat hidup karena lahir dengan tangan tak sempurna. Lewat tenis mejalah, David bisa ngelencer ke beberapa negara yang di masa kecilnya hanya menjadi impian. Karena tenis meja pula, David mendapat pekerjaan di Dinas Olahraga DKI Jakarta.
Karena pretasinya yang luar biasa di Solo itu, penyuka lagu I Believe I Can Fly itu berhasil menduduki posisi kesebelas dunia. Itu membuatnya otomatis berhasil mendapat satu tempat untuk berlaga di ajang tertinggi kalangan disabilitas sedunia (selevel Olimpaide). Yaitu, Paralimpik 2012 di London.
"Sebagai atlet, saya tentu punya impian untuk bisa tampil di ajang Olimpiade. Tapi, itu ternyata tidak bisa saya wujudkan. Tapi, ternyata Tuhan punya rencana lain. Dengan kerja keras, saya akhirnya bisa tampil di Paralimpik. Ini luar biasa. Sekarang saya akan berlatih lebih keras lagi untuk bisa mengumandangkan lagu Indonesia Raya di London nanti," bebernya.
Selain menghasilkan sederet medali dan keliling dunia, tenis meja membuat pundi-pundi kekayaan David terus bertambah. Dengan koleksi tujuh medali emas di Para Games Desember lalu, pengagum Roger Federer dan Lionel Messi itu diganjar bonus Rp 350 juta dari Kemenpora.
"Uangnya saya tabung untuk kepentingan di masa depan. Sebagian lagi saya gunakan untuk kegiatan sosial dan menolong teman-teman dalam pembinaan tenis bagi orang-orang seperti saya ini," jelas ayah Bravely Daveson Jacob itu.
David mengaku meraih medali di Paralimik London nanti bakal tidak gampang. Sebab, pesaing berat akan datang dari petenis meja Tiongkok dan Eropa. "Tapi, saya akan berusaha sebaik mungkin," tegasnya. (*/c4/ttg)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemakaman Empat Korban Xenia Asal Jepara yang Masih Satu Kerabat
Redaktur : Tim Redaksi