KIEV - Italia tak bisa bersantai usai memastikan tiketnya ke semifinal Euro 2012. Sebelum mencurahkan konsentrasi ke pertandingan melawan Jerman, Gli Azzurri harus terlebih dahulu mengembalikan keharmonisan tim. Itu sebagai imbas dari panasnya pertarungan melawan Inggris di perempat final, Senin (25/6) WIB.
Ya, laga Italia melawan Inggris menyisakan ganjalan bagi kubu Italia. Meski menang, ruang ganti tim Italia sempat memanas. Penyebabnya, perseteruan antara dua pemain yang terkenal emosional, Mario Balotelli dan Danielle De Rossi.
Kejadiannya berlangsung saat turun minum babak pertama. Kedua pemain terlibat adu argumen di lapangan begitu wasit Pedro Proenca asal Portugal meniup peluit tanda istirahat. Adu argumen makin panas justru saat mereka dan pemain Italianya berada di lorong menuju ruang ganti.
Sebelum itu, antara De Rossi dan Balotelli sudah beradu mulut singkat di tengah pertandingan babak pertama. Pemicunya, kekecewaan De Rossi pada Balotelli yang tak mampu memaksimalkan umpan matang depan gawang Inggris. Balotelli membalas komentar De Rossi dengan kemarahan.
Adu mulut terus terjadi hingga mereka memasuki ruang ganti. Beruntung Antonio Cassano berinisiatif menengahi mereka berdua. Untuk sementara, hingga laga berakhir lewat adu penalti, kedua pemain itu tak lagi saling berkonfrontasi.
Tensi panas antara De Rossi dan Balotelli tak diragukan lagi sudah terpantik sejak konferensi pers jelang laga Italia kontra Inggris. De Rossi yang hadir di agenda tersebut menyebut Balotelli sebagai "Little Mario" atau Mario Kecil.
Dalam kesempatan tersebut, gelandang AS Roma itu mengingatkan peran besar yang seharusnya diemban Balotelli dalam tiap laga. Terutama karena dia bermain bersama jawara Premier league Manchester City. Tapi, ia terlihat belum bisa mengendalikan sikapnya yang temperamental yang tergambar dari kemarahan yang ditunjukkannya saat merayakan gol melawan Irlandia.
"Kami tahu ia bisa bermain dengan baik dan yang terpenting buat Italia adalah membuat Inggris berada dalam tekanan, terlepas dari siapa pun yang melakukannya, dia atau yang lain," kata De Rossi saat itu.
"Mario bisa melukai tim mana pun dan yang terpenting adalah mencetak gol. Apakah ia terasing dari kelompok? Saya meragukan itu meski selalu ada beberapa orang yang terlibat dalam segala hal. Ia terlihat baik-baik saja di mata saya, tapi pada usianya, wajar bahwa ia harus mulai memikul tanggung jawab dan diperlakukan seperti yang lainnya," sambungnya.
De Rossi mencontohkan pengalaman pribadinya sebagai pemain yang kurang bisa mengendalikan emosi di pertandingan. Itu terjadi di Piala Dunia 2006 saat dia mendapatkan kartu merah saat berhadapan dengan Amerika Serikat (AS).
"Saat seusia dirinya saya tampil di Piala Dunia dan menyikut seseorang, itu sebuah insiden yang membuat saya dewasa," bebernya. (ady)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Berharap Ulang Sukses
Redaktur : Tim Redaksi