Debat Cagub Sulsel Dibatalkan, Publik Dirugikan

Senin, 14 Januari 2013 – 11:02 WIB
MAKASSAR -- Harapan publik Sulsel menyaksikan debat terbuka cagub Sulsel yang berkualitas sirna. Alasan kondisi keamanan tidak kondusif, KPU memutuskan membatalkan debat yang sedianya digelar, Jumat, 18 Januari mendatang.
   
Keputusan mendadak KPU ini diambil dalam rapat KPU Sulsel yang melibatkan Polda Sulsel serta tiga pasangan cagub, Minggu (13/1). Potensi bentrok yang lebih besar antara massa pendukung cagub yang rawan, menjadi alasan utama debat ini dibatalkan.
   
Pembatalan debat ini secara tidak langsung merugikan masyarakat Sulsel. Betapa tidak, mereka masih merindukan debat terbuka tiga pasangan terbaik Sulsel ini, setelah pada debat sebelumnya mereka tidak puas dengan debat yang dianggap tidak berkualitas bahkan identik dengan cerdas cermat. Publik Sulsel sebenarnya merindukan debat yang diagendakan 18 Januari itu, ada perubahan dibanding debat sebelumnya dalam artian ada sesi untuk menilai program calon lain.
   
Rapat pembatalan debat ini dihadiri dari tim Ilham Arief Sirajuddin-Aziz Qahhar Mudzakkar (IA), Pahir Halim, Syahrul Yasin Limpo-Agus Arifin Nu'mang (Sayang), diwakili Alamsyah Demma, dan pasangan Andi Rudiyanto Asapa-Andi Nawir Pasinringi (Garuda-Na), Arman. Rapat juga memutuskan pada 18 Januari itu, masing-masing calon dipersilahkan memanfaatkan hari terakhir masa kampanye ini untuk menggelar kampanye di zona terakhir masing-masing. Dalam hal ini IA di Zona I, Sayang Zona II, dan Garuda-Na, Zona III.
   
Humas KPU Sulsel, Asrar Marlang menyatakan, keputusan pembatalan debat ini setelah ada rekomendasi dari pihak kepolisian bahwa potensi konflik besar ketika debat digelar di Makassar. Makanya, pihak Polda Sulsel sempat menyarankan sekiranya debat ini harus dilaksanakan, sebaiknya digelar di luar Sulsel.
   
"Tapi komisioner sepakat bahwa kalau debat ini harus digelar diluar, ada baiknya dibatalkan saja sehingga keputusannya ditiadakan. Pembatalan ini disetujui oleh semua perwakilan tim yang diutus ketiga pasangan calon ini, termasuk keputusan soal masa kampanye 18 Januari itu," kata Asrar seperti dilansir FAJAR (JPNN Group), Senin (14/1).

Sebelumnya, Ketua KPU Sulsel, Jayadi Nas menegaskan tidak akan membawa debat cagub Sulsel ini digelar diluar Sulsel, atau lebih baik ditiadakan. Asrar menyebut, berdasar laporan intelijen kepolisian, ada kondisi yang bisa berakibat fatal ketika debat ini tetap dilakukan.
   
Ketua Devisi Teknis Pemilu KPU Sulsel, Ziaur Rahman Mustari menyatakan dengan pembatalan debat sesi kedua itu, masa kampanye terbuka ketiga pasangan calon tersebut ditambat satu hari. "Dalam artian, tanggal 18 itu digunakan untuk kampanye terbuka di masing-masing zona terakhir calon," kata Ziaur Rahman.  
   
Jubir Ilham-Aziz, Selle KS Dalle menyatakan pembatalan debat ini pada prinsipnya merugikan masyarakat karena mereka kehilangan kesempatan untuk menilai program calon atau menilai kemampuan calon dari proses debat itu. "Kesempatan untuk menilai calon ini juga adalah hak dari calon pemilih," kata Selle.
   
Kendati demikian, apa yang telah diputuskan KPU tersebut tidak ingin diganggu gugat IA karena kebijakan itu merupakan domain KPU Sulsel. "Kita serahkan sepenuhnya persoalan itu ke KPU, tapi kami juga pada dasarnya siap mengikuti debat," tambah Selle.
   
Jubir Andi Rudiyanto Asapa-Andi Nawir Pasinring (Garuda-Na), Nasrullah Mustamin sedikit menyesalkan pembatalan debat terbuka cagub ini. Pasalnya, masa kampanye termasuk debat ini sudah melalui proses panjang. "Mestinya, kalau di Makassar ini ada laporan kondisi keamanan tidak memungkinkan, kenapa tidak diusul digelar di kabupaten/kota. Misalnya di Selayar, Tana Toraja atau daerah yang dianggap keamanannya terjamin," kata Nasrullah.
   
KPU juga kata Nasrullah mestinya terlebih dahulu meminta komitmen dua cagub yang selama ini mengerahkan massa (IA-Sayang), apakah sanggup mengendalikan massa mereka atau bagaimana. Dia masih yakin kedua kompetitornya ini mampu mengendalikan massa mereka kalau itu ada niat baik.
   
"Malah jadi pertanyaan menurut kami kalau ada kandidat yang tidak mampu mengendalikan massanya. Tidak mungkin seorang calon pemimpin tidak mampu mengendalikan pergerakan massa," kata Nasrullah. (sah)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Roy Suryo jadi Menpora Bukan Karena Salah Pilih

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler