jpnn.com, JAKARTA - Penampilan Prabowo Subianto dalam debat capres keempat yang digelar Sabtu (30/3) malam dinilai lebih agresif ketimbang debat-debat sebelumnya.
Mengangkat empat tema besar, yakni pertahanan dan keamanan, ideologi, pemerintahan, dan hubungan internasional, Prabowo berkali-kali memertanyakan kebijakan dan sikap pemerintahan Jokowi.
BACA JUGA: Duh, Mbak Rossa Salah Lirik Lagu Indonesia Raya
Di antaranya, soal kebocoran anggaran, bawahan yang berpikir ABS (Asal Bapak Senang), klarifikasi atas tudingan bahwa Prabowo pendukung khilafah, hingga soal kecilnya ratio anggaran pertahanan nasional.
Menurut politisi Partai Berkarya Rahmat SH, Prabowo tampil tegas, kuat, tenang, dan mendominasi. Sehingga, membuat Jokowi tidak percaya diri. Apalagi, beberapa lembaga survei yang biasanya bias telah mencatat merosotnya reputasi Jokowi.
BACA JUGA: Gagasan Jokowi Dinilai Lebih Mudah Diterima Kaum Milenial
"Prabowo telah menang dengan cara yang disukai pendukung loyalisnya, yakni membuat Capres Jokowi tegang dan pucat. Ibarat Mahathir menegur Najib di Malaysia," kata ketua umum Pengurus Besar Pengusaha Berkarya ini, Minggu (31/3).
BACA JUGA: Nizar: Satu Kaki Prabowo Sudah di Istana
BACA JUGA: Bantahan TKN Jokowi â Maâruf soal Pernyataan Prabowo tentang Laporan ABS
Rahmat menambahkan, dari debat semalam, Prabowo terlihat lebih paham dan berpengalaman atas hal-hal prinsipal dan fundamental. Tema debat seperti ideologi, pemerintahan, dan hankam sangat dikuasai.
Bagaimana tidak, lanjut dia, karena Prabowo banyak menghasilkan kader-kadernya menjadi pimpinan pemerintahan di daerah sejak Partai Gerindra berdiri. Dilanjutkan masa Prabowo sebagai cawapres Megawati melalui Perjanjian Batu Tulis.
"Jokowi tampak berupaya meyakinkan pemirsa dengan cara mengulas secara up to date teknis detail sesuatu terminologi pelayanan yang pantasnya diuraikan oleh level Dirjen. Namun pelaksanaannya belum diakui rakyat telah berhasil efektif. Sementara Prabowo tidak bersedia turun level karena ini debat Capres bukan debat calon dirjen. Prabowo bahkan sukses membuat Jokowi ragu dan malu akibat terlampau lugu menerima begitu saja laporan versi ABS dari anak buahnya," papar Caleg DPR RI itu panjang lebar.
Rahmat juga menilai, ucapan Jokowi soal janji-janji manis dan bagi-bagi kartu seharusnya dilakukan level dirjen. "Jokowi sangat sibuk berkutat pada masalah mikro karena memang minim pengetahuan apalagi pengalaman. Sementara Prabowo terbiasa paham masalah makro karena memang sejak muda belia telah dibekali nyali kepemimpinan dan pengalaman tempur maupun diplomasi kenegaraan mewakili ABRI/Hankam/TNI yang hingga kini masih relevan," imbuh pengurus Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) itu.
Rahmat melihat kelalaian Erick Thohir yang mengira Prabowo tidak up to date dengan kemajuan di bidang 4 tema debat tersebut. Menurutnya, TKN melupakan fakta bahwa Prabowo masih ramai didukung pensiunan TNI dan keluarga besar purnawirawan TNI yang terlihat jelas dari semakin membeludaknya dukungan di lapangan.
"Erick Thohir juga lalai mengantisipasi berbagai kasus di KPK yang mampu menggoyahkan konsentrasi Jokowi dalam persiapan debatnya. Jokowi masih muda. Pengalaman, dan ketenangannya kurang bahkan jika dibandingkan langsung dengan Ma'ruf Amin yang terlihat lebih tenang sesuai usianya. Di sini pujian layak diberikan pada timses BPN Prabowo-Sandi yang telah memikirkan antisipasi banyak hal," tandasnya.
Sementara itu, Sekretaris TKN Jokowi-KH Ma'ruf Amin Hasto Kristiyanto menilai, gagasan Jokowi tentang Dilan (Digital Melayani) menjadi bagian dari penyempurnaan birokrasi melalui sistem yang baik. Menurutnya, Jokowi menjadi pemimpin yang memelopori diterapkannya digitalisasi yang salah satunya lewat e-Government.
BACA JUGA: Beri Nilai 10 Untuk Prabowo, 0 Bagi Jokowi
Dengan sistem itu, maka proses pelaksanaan pemerintahan semakin transparan. Hasto mengatakan, sistem itulah sebagai komitmen agar berjalannya pemerintahan jadi transparan.
"Sebab memberantas korupsi tidak bisa dilakukan dengan retorika. Pak Prabowo mengulang-ulang (di debat, red) soal permasalahan korupsi. Tapi rakyat tidak lupa bagaimana Pak Prabowo dengan kewenangannya tidak mampu menertibkan korupsi sehingga Gerindra tercatat sebagai partai dengan caleg yang punya masalah korupsi cukup banyak," beber Hasto.
Dengan begitu, Hasto menegaskan bahwa Dilan sebenarnya penegasan komitmen Jokowi antikorupsi dengan cara sistemik memanfaatkan teknologi digital. Dengan membangun organisasi yang menerapkan teknologi informasi, serta membangun mal pelayanan publik.
"Itu yang dilakukan Pak Jokowi. Pak Prabowo nampak kering dalam pengalaman, sehingga yang diungkap adalah masa lalu yang tak jauh beda dengan pernyataannya pada 2009. Persoalan sudah masuk dalam memori terdalam Pak Prabowo, tanpa solusi bagi masa depan bangsa," tutupnya. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Titiek Soeharto: Jelas dan Gamblang, Prabowo Berkomitmen Membangun Bangsa
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad