JAKARTA - Desakan untuk menyelesaikan kasus ratusan miliar kredit bermasalah di Bank Mutiara terus bergulir. Akhirnya perseroan mengambil kebijakan untuk merestrukturisasi kredit macet peninggalan manajemen lama eks-Bank Century tersebut. Berjumlah Rp 135,8 miliar, hasil restrukturisasi pada kuartal pertama 2014 itu masuk pada pendapatan dan laba perseroan.
Corporate Secretary Bank Mutiara Rohan Hafas menyatakan, upaya restrukturisasi kredit bermasalah tersebut melalui beberapa langkah. Antara lain meminta debitor membayar cicilan, penjualan agunan yang diambil alih (AYDA), serta penagihan para debitor yang hapus buku.
Dia memerinci, nilai pembayaran utang yang dilakukan para debitor perseroan mencapai Rp 131,5 miliar atau 12,9 persen dari total kredit bermasalah senilai Rp 1,015 triliun hingga akhir tahun lalu.
Sejumlah debitor warisan Bank Century yang menempuh upaya ini antara lain Selalang Prima International, Polymer Spectrum Sentosa, Trio Irama, Akasia Prima dan Cahaya Adiputra Sentosa, dengan total pembayaran Rp 110,7 miliar. Sedangkan sisanya Rp 20,8 miliar berasal dari debitor ritel. "Penjualan AYDA mencapai Rp 2,2 miliar. Sedangkan hasil penagihan dari debitor hapus buku Rp 2,1 miliar," tutur Rohan.
Kendati demikian, masih ada sejumlah debitor yang belum beritikad baik membayar kewajibannya. Beberapa perusahaan "nakal" itu di antaranya Tranka Kabel, Catur Karya Manungal, Sentra Ideologis, Millienium Anugerah Sakti, serta Enerindo Resources. "Enerindo Resources akan kami pailitkan karena tidak kooperatif," tegasnya.
Sebelumnya, Rohan mengatakan dalam waktu kurang dari setahun, debitor dapat melunasi utangnya secara bertahap. Hal ini karena bank tetap melihat kemampuan cash flow hingga jumlah jaminan yang dimiliki perseroan. Sayangnya, Rohan enggan menyebut detail kemampuan perseroan dalam pembayaran kewajiban tersebut. "Yang terpenting Juni harus selesai tahap pertama," jelasnya.
Sementara itu, sepanjang kuartal pertama 2014, Bank Mutiara membukukan aset Rp 13,4 triliun dan dana pihak ketiga (DPK) Rp 11,2 triliun. Total penyaluran kredit selama tiga bulan pertama tahun ini mencapai Rp 10,2 triliun. Sedangkan laba yang mampu diraih perseroan Rp 12,1 miliar.
"Non-performing loan (NPL) pada kuartal pertama 2014 sebesar 3,6 persen. Begitu pula rasio kecukupan modal (CAR) perseroan 14,06 persen, telah sesuai dengan ketentuan regulator industri perbankan Indonesia," terangnya. (gal/oki)
BACA JUGA: Kuota BBM Hampir Pasti Jebol
BACA ARTIKEL LAINNYA... Siapkan Solusi untuk Merpati dari Rekomendasi BPK
Redaktur : Tim Redaksi