JPNN.com

Debu Ramadan di Turki dan Aljazair

Tunggu Tarawih, Manggung Tengah Malam

Minggu, 26 Agustus 2012 – 16:17 WIB
Debu Ramadan di Turki dan Aljazair - JPNN.com
Saleem, Mustafa, Nadira, Husniah, dan Lutfi para personel grup band Debu saat mengadakan konferensi pers di Dapoer Rempah, Pondok Labu, Jakarta, kemarin (25/8). FOTO: Angger Bondan/Jawa Pos
GRUP musik religi Debu semakin mendapat tempat di panggung musik dunia. Selama Ramadan lalu, hampir sebulan mereka tampil di Turki dan Aljazair. Dampaknya, fans mereka pun semakin tumbuh di luar negeri.

Senyum menghiasi wajah para personel Debu kala menemui awak media di kawasan Lebak Bulus, Jakarta, kemarin (25/8). Mereka berbagi pengalaman tentang penampilannya di Turki dan Aljazair. Aksi mereka di dua negara beda benua itu dilakukan untuk mengisi sejumlah acara festival Ramadan yang dihelat di sana. "Kami berangkat pada 23 Juli lalu dan tinggal selama 25 hari di sana. Di sela kunjungan ke Turki, empat hari kami ke Aljazair," urai Mustafa yang menjadi leader Debu.

Lelaki kelahian Negara Bagian Oregon, AS, pada 9 Juli 1981 itu menuturkan sudah sangat akrab dengan Turki. Itu adalah kunjungan keenam di negeri yang sebagian besar penduduknya beragama Islam itu. Di sana Debu yang membawa 12 personel tampil di dua kota, Istanbul dan Gaziantep. Sedangkan selama kunjungan singkat ke Aljazair, mereka tampil di Wahran dan Constantine.

Lelaki berambut blonde itu mengatakan, di Turki nama Debu mulai dikenal. Itu tampak dari banyaknya penonton yang menyaksikan penampilan mereka. Mustafa menuturkan, para penonton tak beranjak dari tempat mereka selama Debu beraksi sejam. Padahal, Debu baru naik panggung hampir pukul 12 malam.

Mereka harus tampil selarut itu karena orang-orang di sana baru berbuka sekitar pukul delapan malam, lalu masih harus menunggu selesainya salat Tarawih. Tak mengherankan bila Debu mendapat sambutan begitu meriah di Turki. Sebab, mereka juga memiliki album berbahasa Turki yang berjudul Hep Beraber.

Lagu-lagu dalam album itu juga mereka bawakan saat tampil di sana."Penggemar memang sudah banyak di Turki. Fanbase juga mulai tumbuh di sana. Semoga di negara-negara lain kami juga semakin dikenal," ucap Saleem yang bertugas sebagai peniup seruling dan flute di grup musik yang aktif tampil sejak 2001 itu.

Selain tampil di Turki dan Aljazair, mereka transit di Lyon, Prancis. Namun, karena mereka tidak punya visa, mereka harus puas hanya menghabiskan waktu menanti pesawat di Bandara Saint Exupery, Lyon. Nah, untuk membunuh rasa bosan selama menunggu boarding, mereka akhirnya mengeluarkan perangkat musik dan memainkannya di sana.

Rupanya, orang-orang di sana merasa terhibur dengan penampilan mereka. "Tidak disangka, kami mendapat apresiasi di bandara dari orang-orang yang kebetulan berada di sana," ucap Mustafa. "Meski hanya jamming, kami senang bisa menghibur orang dengan musik yang kami mainkan," tambahnya. 

Meriahnya festival Ramadan yang dihelat di Turki dan Aljazair membuat Debu terinspirasi untuk menggelar acara serupa di tanah air. Mustafa mengatakan, festival tersebut mampu membuat suasana Ramadan terasa lebih hidup. (nar/c4/ayi)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Keluarga Yuni tak Desak Raffi Segera Melamar

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler