Aboebakar menegaskan, belum tentu pelakunya adalah teroris. Karenanya, aparat harus segera menangkap pelaku, supaya tidak menimbulkan spekulasi.
“Ditemukannya selosong peluru dan lokasi kejadian penembakan yang dekat dengan bekas kamp teroris, saya kira belum menunjukkan bukti keterlibatan teroris di sini,” kata Aboebakar, menjawab JPNN, Jumat (19/10).
Dijelaskan Aboebakar, bila memang ada indikasi pembunuhan itu dilakukan teroris, sebaiknya dibentuk tim gabungan antara Detasemen Khusus 88 Anti Teror Mabes Polri dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
Menurutnya, hal itu supaya diperoleh kesimpulan yang komperhensif mengenai pelaku yang ditangkap nanti. “Karena yang tahu karakteristik teroris adalah dua instansi tersebut,” kata Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu.
Yang jelas, tegas Aboebakar, teroris atau bukan pelakunya, pembunuhan ini harus mendapat perhatian serius karena korbannya adalah aparat kepolisian.
“Bila ada penjahat yang sudah berani melakukan tindak kriminal terhadap kepolisian, maka harus menjadi catatan khusus,” ujarnya.
Namun, sambung dia, bila memang pelakunya adalah jaringan teroris, bisa jadi motif balas dendam seperti yang terjadi di Solo. “Untuk itu koordinasi antar aparat keamanan perlu ditingkatkan, sehingga masyarakat bisa hidup dengan nyaman tanpa ancaman,” pungkas pria berkacamata itu.
Seperti diketahui, dua anggota Polres Poso, Bripka Sudirman dan Brigadir Andi Sappa, tewas dibunuh dengan sadis oleh orang tak dikenal di Pegunungan Dusun Tamanjeka Desa Masani Kecamatan Poso Pesisir, Sulteng.
“Hasil outopsi luka-luka yang ditemukan ini memang kegiatan yang sangat sadis. Sangat sadis, dimana luka-luka itu diluar unsur kemanusiaan. Karena lehernya itu digorok,” jelas Kapolda Sulteng Brigjen (Pol) Dewa Parsana seperti yang dilansir Radar Sulteng (JPNN Group), Kamis (17/10). (boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... BIN Jangan Asal Tuduh
Redaktur : Tim Redaksi