Dekat KSAD, AY Nasution Bakal Mulus Diusung PD

Selasa, 24 Januari 2012 – 06:27 WIB
Pangkostrad, Letjen TNI Azmyn Yusri Nasution. Foto: sam/do.JPNN

JAKARTA - Langkah Letjen TNI Azmyn Yusri Nasution untuk maju sebagai calon gubernur Sumut, diprediksi bakal mulus. Disebut-sebut, "anak Medan" kelahiran 26 Maret 1954 itu punya kedekatan personal dengan Kepala Staf TNI AD (KSAD) Jenderal TNI Pramono Edhie, yang tak lain adik kandung Ibu Negara Hj. Ani Susilo Susilo Bambang Yudhoyono.

Adanya faktor kedekatan itulah, Pramono memberikan kepercayaan kepada AY Nasution untuk menduduki jabatan di pos yang cukup mentereng di jajaran TNI AD, yakni Pangkostrad. Sumber JPNN menyebut, jabatan sebagai Pangkostrad itu sekaligus akan menjadi kado bagi AY Nasution, sebelum memungkasi karir militernya.

Pengamat politik lokal, Jeiry Sumapouw, menilai, kedekatan dengan Pramono itu menjadi modal penting bagi AY Nasution untuk bisa mendapatkan tiket Demokrat, maju sebagai cagub Sumut.

"Kemungkinan itu sangat terbuka, apalagi Demokrat juga dikenal sebagai partai yang dekat dengan jajaran militer. Demokrat sudah biasa menggunakan kader militer," ujar Jeiry Sumapouw kepada JPNN, kemarin (23/1).

Kans AY Nasution sendiri, lanjut Jeiry, sangat kuat. Menurutnya, kondisi kekinian di Sumut sangat menguntungkan AY Nasution. Masyarakat Sumut, katanya, saat ini mendambakan pemimpin yang berkarakter dan berwibawa. Ini lantaran Plt Gubernur Sumut Gatot Pujo Nugroho, dianggap sebagai sosok yang lemah. "Figur yang sekarang (Gatot, red) sangat lemah, dukungan masyarakat lemah, dukungan politiknya juga lemah. Jadi, apa pun yang dilakukan akan kelihatan keliru. Gatot sendiri menjadi kurang pede," ujar Jeiry.

Karena Gatot merupakan orang sipil, maka oleh masyarakat akan dibandingkan dengan figur militer. "Ketika terjadi kegagalan pemimpin sipil, maka masyarakat akan melirik lagi kader-kader militer. Apalagi untuk kasus Sumut, perlu sosok yang strong, sehingga figur militer cukup mendapat simpati masyarakat. Masyarakat selalu mempertentangkan figur sipil dengan figur militer," ulas pria asal Manado itu.

Modal apa sih yang paling dibutuhkan untuk mendapat simpati dan dukungan masyarakat Sumut? Pria yang paham dengan konstelasi perpolitikan lokal karena intens mengamati pemilukada itu menjelaskan, khusus untuk Sumut, yang dibutuhkan kandidat adalah modal berupa basic kultural. Modal jenis ini, lanjutnya, hanya dimiliki orang figur-figur putra asli daerah.

"Dalam konteks Sumut, basis kultural yang kuat sangatlah penting untuk menjaga dukungan. Ambil contoh Gatot, meski punya ormas pendukung, tapi karena tidak punya basic kultural, dia tetap lemah," urainya. Putra asli daerah, lanjutnya, bukan berarti dia selama ini harus berkarir di Sumut.

Bicara soal syarat putra daerah, Chaeruman Harahap juga layak. Pada pemilukada 2008, Chaeruman gagal menjadi calon lantaran tidak punya partai pengusung. Padahal, berdasarkan hasil survey internal sebuah partai besar, saat itu namanya berada di posisi teratas. Dia melamar lewat PDI Perjuangan, namun terpental karena justru PDIP mengusung Tritamtomo. Informasi yang beredar, mantan Deputi Menko Polhukam Bidang Hukum itu oleh para petinggi PDIP dinilai sama sekali tidak punya kedekatan ideologis dengan partai banteng moncong putih. Dia lebih dekat dengan Golkar, tapi si beringin sudah mengusung Ali Umri.

Jika Chaeruman maju lagi di pilgub 2013, tetap patut diperhitungkan. Masalahnya, apakah Golkar mau mencalonkan Chaeruman yang dikenal berada di kubu Jusuf Kalla (JK) itu?

Menurut Jeiry, peluang Golkar mengusung Chaeruman cukup besar jika dia masih mampu mempertahankan tingkat popularitasnya di Sumut. Meski dia bukan kader Golkar kubu Aburizal Bakrie (Ical), menurut Jeiry, dalam tiga tahun terakhir DPP Golkar sudah membuktikan konsisten dengan hasil survey. Dimana, yang diusung tetaplah kandidat terkuat berdasarkan hasil survey.

"Kalau DPP Golkar tetap konsisten dengan model survey, peluang Chaeruman terbuka meski bukan kubu Ical," kata Jeiry.

Terlebih, menurut Jeiry, karakter kader Golkar sangat khas, yakni meski di internal mereka berkubu-kubu, untuk urusan partai tetap setia. "Kader yang bukan kader Ical pun, kalau sudah menjadi gubernur, dia tetap berjuang dalam plat form partai," pungkasnya. (sam/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... DPR Ajukan 5 Alasan Tolak Beli Tank Leopard


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler