Delapan Bulan, 8 Orang Tewas Terpanggang

Sabtu, 13 Desember 2014 – 10:08 WIB

jpnn.com - SAMPIT – Kurun waktu delapan bulan selama tahun 2014 ini, mulai April hingga Desember, ternyata sudah delapan nyawa melayang akibat bencana kebakaran. Jumlah tersebut meningkat secara signifikan dibandingkan tahun sebelumnya, yang tidak ada korban jiwa dalam beberapa peristiwa kebakaran. Terakhir, kebakaran yang menelan korban jiwa  terjadi di Jalan Muchran Ali Kecamatan Baamang yang menewaskan Anto (45), Jumat (12/12) dini hari.

Sebelumnya kebakaran di Pasar Sejumput Kecamatan Mentawa Baru Ketapang Sampit tanggal  21 April 2014  menewaskan lima orang warga. Yaitu Hardani (60), Nayla (6), Siti Aisah (26), Arsani (29) dan Widya (9). Kemudian kebakaran di Jalan  Ir H Juanda Gang Rambai 3 Kelurahan MB Hilir Kecamatan MB Ketapang, Kamis 6 November 2014 menewaskan dua orang warga. Yaitu H Husdiansyah (70) dan istrinya Hj Lina (65).

BACA JUGA: Longsor di Banjarnegara, 8 Orang Tewas

Berdasarkan data dari Badan Penaggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotim, jumlah kebakaran pada tahun 2014 ini meningkat signifikan dibandingkan tahun 2013 lalu. Hingga bulan Oktober 2014, sudah terjadi 196 kasus kebakaran, baik kebakaran pemukiman maupun hutan dan lahan. Rinciannya, 22 kasus kebakaran pemukiman dan 174 kasus kebakaran hutan dan lahan . Untuk kebakaran hutan dan lahan, luas lahan yang terbakar mencapai 150,9 hektare.

Sedangkan pada tahun 2013 lalu, hanya terjadi 65 kasus kebakaran. Terdiri dari 29 kasus kebakaran pemukiman dan 36 kasus kebakaran hutan dan lahan. Untuk kebakaran hutan dan lahan di 2013 ini, luas lahan yang terbakar mencapai 24,5 hektar.

BACA JUGA: Dari Korea, Jokowi Direncanakan Singgah 15 Menit di Bandara Banjarmasin

Kepala Seksi Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kotim, Agus Mulyadi MKep SpKom mengungkapkan, sebagian kasus kebakaran terjadi diduga terjadi akibat kelalaian manusia, dan akibat masyarakat tidak membiasakan pola rumah sehat. Banyak penggunaan peralatan beraliran listrik yang tidak baik dan benar. Tak jarang, warga lupa mencabut peralatan yang masih terhubung kelistrik meski alat itu sudah tidak digunakan.

Akibatnya, jelas Agus, terjadi korsleting listrik. Apalagi, jika penggunaan kabel listrik tidak sesuai dan usia kabel tersebut sudah tua. Selain itu, warga juga lalai saat menggunakan lampu tembok ketika listrik padam.

BACA JUGA: Bangun Waduk Baru di Lakarsantri

“Jika terjadi pemadaman listrik, jangan menggunakan lampu tembok atau sejenisnya. Lebih baik gunakan lampu emergency,” tukasnya.(jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kritis di Dekat Kandang Bebek, Mabuk Oplosan atau Dipatok Ular?


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler