jpnn.com, QUITO - Tiga poin jadi harga mati buat Lionel Messi dkk dalam laga terakhir kualifikasi Piala Dunia 2018, Rabu (11/10) pagi WIB, bila masih ingin meneruskan tradisi Argentina selalu lolos ke putaran final Piala Dunia sejak edisi 1974.
Bahkan, menang saja belum tentu lolos langsung ke Rusia 2018. Apalagi seri bahkan kalah. Semua tidak akan berjalan mudah. Dalam empat laga tim polesan Jorge Sampaoli itu tidak pernah menang dengan tiga imbang dan sekali kekalahan. Bahkan, mereka hanya mencetak satu gol dan kebobolan tiga kali.
BACA JUGA: Portugal Terancam Gagal ke Piala Dunia 2018
Tentu ada yang salah dengan Argentina, terutama performa lini depan. Siapa pun tahu bahwa barisan penyerang kampiun Piala Dunia dua kali itu salah satu yang paling dahsyat di dunia. Selain Messi, ada Angel Di Maria, Mauro Icardi, dan Paulo Dybala.
Tapi, justru di situ permasalahannya. Sampaoli disinyalir belum bisa menyatukan deretan bintang tersebut ke dalam tim. Bahkan, pasca imbang kontra Peru (5/10) pelatih 57 tahun itu beserta semua pemain sepakat untuk silenzio stampa kepada wartawan.
BACA JUGA: 17 Negara Lolos ke Piala Dunia 2018, 15 Tiket Masih Tersisa
Meski kondisi timnya sedang genting, bukan Sampaoli namanya kalau tidak nyentrik dan optimistis. ''Saya semangat menyongsong yang akan datang (melawan Ekuador, Red),'' ujar Sampaoli sesaat setelah laga kontra Peru seperti dilansir La Gaceta. ''Tim tidak pernah kehilangan semangat dan mereka berhak untuk mendapat apresiasi. Kami akan menang di Ekuador,'' bebernya.
Boleh saja eks pelatih timnas Chile itu yakin. Namun, Argentina dibayangi catatan kurang apik saat harus berlaga melawan Ekuador di Estadio Olimpico Atahualpa yang terletak di Quito. Stadion berkapasitas 35.742 itu terletak di ketinggian 2,782 meter di atas permukaan laut.
BACA JUGA: Sejarah Baru! Islandia Lolos ke Piala Dunia
Minimnya pasokan oksigen di Quito membuat Argentina memilih untuk berangkat ke Quito beberapa jam saja sebelum kick off. Mereka dari kemarin memilih untuk menginap dan latihan di kota Guayaquil yang datarannya lebih rendah daripada Quito. Itu dilakukan untuk meminimalisasi efek yang mungkin terjadi bila terlalu lama berada di Quito karena Argentina yang belum terbiasa bermain di dataran tinggi.
Hal itu didukung rekam jejak mereka selama berlaga di Estadio Olimpico Atahualpa sejak milenium baru. Tercatat, Argentina hanya menang sekali pada 14 Agustus 2001 juga di ajang kualifikasi Piala Dunia. Empat laga berikutnya, mereka tidak pernah menang dengan dua imbang dan dua kali kalah.
Pelatih Uruguay Oscar Tabarez mengaku bahwa bila gagal melenggang ke Rusia maka itu bisa sangat memalukan bagi Argentina, terutama buat harga diri kapten sekaligus superstar dunia, Messi. Namun, itu adalah hal biasa yang kerap terjadi di sepakbola.
"Ada banyak pemain hebat dalam sejarah sepak bola yang tidak menjadi juara dunia. Dan itulah seninya, setidaknya untuk saya,'' kata Tabarez seperti dilansir Daily Mail. ''Selain itu, Messi masih aktif bermain. Anda tidak bisa tahu apa yang akan terjadi nanti,'' lanjut pelatih 70 tahun itu.
Di kubu tuan rumah, pelatih Jorge Celico mengaku timnya tetap akan tampil maksimal meski peluang ke Russia sudah tertutup. Dia sudah menyiapkan akhir yang getir bagi Argentina meski dia dilahirkan di Buenos Aires, ibu kota Argentina.
''Takdir menempatkan hal-hal yang tidak terduga sebelumnya,'' kata Celico seperti dikutip dari TyC Sports. ''Saya memiliki komitmen besar kepada masyarakat Ekuador. Saya harus bersyukur untuk itu dan melakukan yang terbaik, sebagaimana seharusnya, " pungkas pelatih 53 tahun itu. (io)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Fan Maradona Tak Ingin Lionel Messi Main di Piala Dunia 2018
Redaktur & Reporter : Adek