Demi Posisi di PSSI-1, Nama Presiden DIjual

Kamis, 29 Desember 2022 – 14:51 WIB
Tahapan persiapan menuju kongres biasa PSSI pada 7 Januari 2023 dimulai, surat pemberitahuan kongres sudah dikirim ke voter per hari ini. Foto: ilustrasi logo PSSI/dokumentasi JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Di tengah perjuangan para pemain Timnas Indonesia di Piala AFF 2022, sejumlah oportunis di PSSI melakukan gerilya untuk mengamankan jabatan mereka.

Ironisnya, yang diduga melakukan manuver itu adalah para pejabat teras di PSSI, yakni Yunus Nusi (sekjen), Juni Rachman (anggota Komite Eksekutif atau Exco), dan Direktur PT Liga Indonesia Baru (LIB) Ferry Paulus.

BACA JUGA: Timnas Indonesia vs Thailand: Dear Penonton, Barang ini Dilarang Masuk SUGBK

Seusai laga Indonesia vs Kamboja pada 23 Desember 2022, Yunus Nusi dan Juni Rachman mengumpulkan pemilik suara atau voters Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI. Pertemuan itu dilakukan di FX Senayan.

Pada persamuhan itu, Yunus dan Juni diduga mengarahkan voters untuk mendukung Erick Thohir di pemilihan calon ketua umum PSSI.

BACA JUGA: Piala AFF 2022: Gelandang Thailand Sesumbar Kalahkan Timnas Indonesia

Duet Yunus dan Juni disebut-sebut menjual nama nama Presiden Joko Widodo atau Jokowi.

Adapun Ferry Paulus bergerilya via telepon ke sejumlah voters dengan menyebutkan 'permintaan' Istana Negara soal pentingnya mendukung Erick Thohir.

BACA JUGA: 3 Pemain Thailand yang Bisa Jadi Ancaman Timnas Indonesia, Ada Alumni Liga Spanyol

Manuver itu mendapat sorotan dari Koordinator Save Our Soccer #SOS Akmal Marhali.

"Sungguh, gerakan yang tidak bermoral dan beretika, apalagi sampai menjual nama Presiden Joko Widodo hanya untuk mengamankan jabatan," ujarnya.

Menurut Akmal, seharusnya sepak bola berjalan sesuai dengan martabat yang mengedepankan sportivitas dan fair play.

"Tidak harus menjual nama orang nomor satu di Republik Indonesia. Ini memilukan dan memalukan," katanya.

Kabar yang beredar menyebut pencatutan nama Presiden Jokowi itu tidak sekadar mengusung Erick Thohir menjadi ketua umum PSSI.

Save Our Soccer juga menerima kabar soal komposisi exco jika kelak kepemimpinan di PSSI berganti.

Posisi wakil ketua akan diisi Yunus Nusi dan Juni Rachman. Adapun yang akan duduk di Exco PSSI, antara lain, Ferry Paulus, Arya Sinulingga, Amir Burhanuddin, John Wempi Wetipo.

Total, yang mendukung sejauh ini sudah 69 voters. Adapun jumlah voters pada KLB PSSI pada Februarui 2023 ialah 87.

Akmal pun menyayangkan manuver yang dilakukan oleh sejumlah pejabat PSSI dan LIB.

"Sungguh tidak sehat, apalagi dilakukan di tengah perjuangan pemain Timnas Indonesia untuk mengharumkan nama bangsa di Piala AFF," tutur Akmal.

Menurut Akmal, manuver busuk itu melanggar Kode Etik dan Statuta PSSI. Dia mencontohkan tugas sekjen PSSI yang diatur di Pasal 62 Statuta PSSI, yakni melaksanakan kebijakan Exco dan menjalankan manajemen organisasi.

"Sekjen itu digaji sekitar Rp 75 juta per bulan," katanya.

Oleh karena itu, kata Akmal, sekjen  PSSI merupakan profesional yang tidak boleh melakukan manuver di luar tugas pokoknya.

"Kalau dia mau bermain politik lebih baik mengundurkan diri dahulu. Itu lebih gentleman. Sekjen sudah melanggar statuta PSSI maka harus dipecat!" ucap Akmal.

Dia juga menyebut Dirut LIB dan Exco melanggar Kode Etik PSSI.

"Komite Etik PSSI harus turun tangan untuk menyidangkan manuver para pejabat di PSSI. Mereka seharusnya dijatuhi hukuman etik," kata Akmal.

"Jangan sampai sepak bola Indonesia tersesat karena prilaku menyimpang para pejabatnya yang ingin mempertahankan jabatan," imbuhnya.(dkk/jpnn)

Simak! Video Pilihan Redaksi:


Redaktur : Dhiya Muhammad El-Labib
Reporter : Muhammad Amjad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler