jpnn.com - RIO DE JANEIRO - Bola tendangan Frank Lampard yang jelas-jelas memantul ke dalam gawang Jerman di perempat final Piala Dunia (PD) 2010 Afrika Selatan menjadi tonggak perubahan besar dalam sepak bola. Berkaca dari insiden tidak disahkannya gol Lampard itu, FIFA seperti mendapat PR besar di PD 2014 Brasil.
Otoritas sepak bola dunia itu pun membutuhkan bantuan untuk mencegah terulangnya kontroversi seperti kasus Lampard. Bantuan itu bukan lagi manusia, melainkan teknologi. Setelah melalui perdebatan, pertimbangan dan pengujian, FIFA menyepakati penggunaan teknologi garis gawang kali pertama di PD 2014.
BACA JUGA: Hattrick Sanchez Kembalikan Barca ke Puncak
Otoritas sepak bola sejagat itu juga telah menetapkan GoalControl sebagai provider penyedianya di 12 venue atau stadion di Brasil nanti. Dari hasil pengujian dalam Piala Dunia Antarklub 2012 dan Piala Konfederasi 2013, FIFA menyatakan bahwa teknologi garis gawang dinyatakan lulus untuk dipergunakan dalam sepak bola.
Inggris yang yang merasa dirugikan karena kasus Lampard menjadi kompetisi resmi pertama yang mengaplikasikannya di Premier League musim ini (2013/2014). Bedanya, Premier League memilih HawkEye, sistem yang sudah teruji dalam tenis dan kriket, tapi kalah bersaing dengan GoalControl di PD 2014.
BACA JUGA: Bekuk Oldham, Liverpool Lolos ke Putaran Empat
Penggunaan teknologi garis gawang tentu saja akan mengubah cara pandang terhadap sepak bola. Kontroversi yang selama ini oleh sebagian besar penikmat sepak bola dianggap sebagai bumbu keseruan mungkin tereleminasi. Itu karena para penonton, baik di stadion maupun dari televisi, akan tahu apakah bola telah memasuki garis gawang atau belum.
"Teknologi dalam sepak bola membuat semuanya menjadi transparan dan memang itulah tujuannya," kata Presiden FIFA Sepp Blatter saat mengumumkan GoalControl sebagai provider teknologi garis gawang di PD 2014 Oktober lalu.
BACA JUGA: Test Case Perdana Dutra
Selain teknologi garis gawang, vanishing spray atau cat semprot yang digunakan untuk menandai posisi bola saat free kick juga menjalani debut dalam ajang yang dihelat pada 12 Juni sampai 3 Juli itu. Cat semprot memang bukan sesuatu yang baru dalam lingkup sepak bola di Benua Amerika, khususnya Amerika Latin.
Hanya, pengujian cat semprot dalam ajang Piala Dunia Antarklub 2013 di Maroko menuai banyak reaksi negatif. Kritik bergelombang datang dari klub jawara, Bayern Muenchen. Kiper Bayern Manuel Neuer menganggap cat semport memperlambat pertandingan.
"Sistem itu memakan waktu 1-2 menit karena wasit harus menyemprotkan cat sebelum tendangan bebas, lalu mengatur jarak yang ideal. Bagi sebuah tim yang menjalani laga ketat atau melawan tim yang bermain defensif, cara ini tidak menguntungkan," papar Neuer yang juga kiper nomor satu timnas Jerman itu seperti dilansir Bild.
"Jika jarak antara titik tendangan bebas dan gawang adalah 18 sampai 20 meter, cat semprot mungkin berguna. Tapi, untuk tendangan bebas dari sisi sayap, maka itu hanya buang-buang waktu" sahut Matthias Sammer, direktur olahraga Bayern.
Guangzhou Evergrande yang juga berlaga di Piala Dunia Antarklub tak mau ketinggalan mengeluarkan uneg-uneg melalui sang pelatih, Marcello Lippi. Pelatih yang membawa Italia memenangi PD 2006 itu menyebut cat semprot tidak menggaransi jarak free kick dengan pagar betis lawan pasti 10 meter. Itu karena wasit adalah manusia yang bisa salah mengukur.
"Ketika berhadapan dengan Bayern, ada dua kali momen wasit memberikan jarak sampai 15 meter antara pagar hidup pemain kami dengan penendang lawan meski sudah menggunakan itu (cat semprot, Red)," keluh Lippi. (dns)
BACA ARTIKEL LAINNYA... IIC Ujian Penting
Redaktur : Tim Redaksi