Demi Minyak Murah, AS Siap Lupakan Pelanggaran HAM Saudi

Senin, 11 Juli 2022 – 23:45 WIB
Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman dan Presiden Rusia Vladimir Putin terlihat sangat akrab di sela-sela pertemuan G20 Buenos Aires pada 2018 silam. Foto: ALEJANDRO PAGNI / AFP

jpnn.com, WASHINGTON DC - Pemerintah Amerika Serikat sedang membahas kemungkinan untuk mencabut larangan penjualan senjata serang ke Arab Saudi, tetapi keputusannya diduga akan dikaitkan dengan upaya Riyadh untuk mengakhiri perang di Yaman.

Hal itu diungkapkan oleh empat orang sumber yang memahami masalah tersebut.

BACA JUGA: Ini Kata Kang Ace Setelah 46 Calon Haji Furoda Bermasalah di Arab Saudi

Para pejabat senior Saudi telah menekan mitra-mitra mereka di AS untuk mencabut kebijakan hanya menjual senjata defensif ke negara Teluk itu.

Tekanan itu disampaikan dalam sejumlah pertemuan di Riyadh dan Washington dalam beberapa bulan terakhir, kata tiga sumber, menjelang kunjungan Presiden AS Joe Biden ke negara kerajaan itu pekan ini.

BACA JUGA: Kalahkan Indonesia, Arab Saudi Berpeluang Lolos ke Piala Dunia Basket

Pembahasan internal di AS bersifat informal dan dilakukan pada tahap awal dan tanpa keputusan dalam waktu dekat, menurut dua sumber.

Seorang pejabat AS mengatakan kepada Reuters tidak ada diskusi tentang senjata serang dengan Saudi saat ini.

BACA JUGA: Jadwalkan Kunjungan ke Saudi, Biden Masih Anggap MBS Pembunuh

Kendati begitu, ketika Biden bersiap melakukan kunjungan diplomatik yang sensitif itu, dia telah memberi sinyal bahwa dirinya berusaha memulihkan hubungan AS dengan Saudi.

Pemulihan itu diperlukan ketika Biden ingin meningkatkan pasokan minyak dari Teluk, dan negara-negara Arab menjalin hubungan keamanan yang lebih dekat dengan Israel untuk menghadapi Iran.

Di AS sendiri, langkah Biden untuk menghapus pembatasan penjualan senjata tentu akan mendapat tentangan di Kongres, termasuk dari rekan-rekannya sendiri dari Demokrat.

Anggota parlemen dari Republik, yang selalu vokal dalam mengecam Arab Saudi, tentu juga tak akan tinggal diam.

Setelah menjabat awal tahun lalu, Biden bersikap lebih tegas terhadap Saudi karena upayanya menumpas kelompok Houthi di Yaman telah menewaskan banyak warga sipil.

Selain itu, sikap pemerintah AS juga dipicu oleh catatan pelanggaran HAM oleh Riyadh, khususnya pembunuhan Jamal Khashoggi, jurnalis Washington Post yang juga lawan politik mereka, pada 2018.

Biden, yang saat berkampanye jelang pemilihan presiden AS pernah menyebut Saudi sebagai paria, pada Februari 2021 mengumumkan penangguhan dukungan senjata serang AS di Yaman.

Arab Saudi –pelanggan senjata AS terbesar– terganggu dengan pembatasan itu.

Sikap Biden terhadap Saudi telah melunak sejak invasi Rusia di Ukraina. Perang tersebut telah mendorong AS dan negara-negara Barat untuk meminta Saudi –salah satu produsen minyak terbesar di dunia– untuk memompa lebih banyak minyak untuk menutupi kekurangan pasokan dari Rusia.

Seorang sumber di Washington mengatakan pemerintah Biden telah mulai membahas diskusi internal tentang kemungkinan pencabutan larangan penjualan senjata.

Namun, dia mengindikasikan mereka belum mencapai tahap untuk membuat keputusan.

Belum ada tanggapan dari pemerintah Saudi terkait hal tersebut. (ant/dil/jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler