jpnn.com - BENGKULU – Demonstrasi ratusan warga ke perusahaan tambang batubara, PT Cipta Biana Selaras (CBS), Bengkulu, berakhir ricuh, Sabtu siang (11/6)).
Dua warga terpaksa dilarikan ke rumah sakit akibat terkena peluru. Sementara satu petugas kepolisian juga dilaporkan mengalami luka bacok.
BACA JUGA: Siswi Peraih Nilai Tertinggi Ujian SD Itu Ingin Berprofesi Mulia Ini
Kejadian berawal dari saat ratusan warga dari dua kecamatan di Kabupaten Bengkulu Tengah menggelar aksi demo ke perusahaan tambang PT CBS. Demo ini sendiri terkait penolakan warga atas sistem penambangan secara underground yang dilakukan perusahaan.
Ratusan warga sebelumnya memadati pintu gerbang PT CBS. Namun demo berujung ricuh setelah masa yang terpancing emosi melempari polisi dengan batu dan kayu.
BACA JUGA: Selamat dari Terkaman Buaya, Tapi Kakinya Itu Loh, Lihat Nih Fotonya...
Sebaliknya pihak kepolisian membalas dengan melepaskan tembakan gas air mata dan peluru karet serta peluru tajam ke arah pendemo.
Berondongan tembakan itu pun mengenai dua pendemo yakni Marta kena di bagian lehernya dan Yanto di bagian perut. Sementara dari pihak kepolisian, salah satu anggota terkena tebasan parang di bagian bahu. Seluruh korban pun segera dilarikan ke rumah sakit.
BACA JUGA: Baru Capai 77 Persen, Mensos Ingin Distribusi Rastra Kalbar Digenjot
Wakapolres Bengkulu Utara Kompol Eko Sisbiantoro mengatakan, pihaknya harus melepaskan tembakan untuk menghalau aksi demo warga yang mulai brutal. Ia membenarkan bahwa ada anggota yang dibacok warga.
“Pendemo anarkis dan melempar batu ada juga satu anggota yang di parang. Sebab itu kita ambil tindakan dengan menembakan gas air mata untuk membubarkan massa,” sebut Eko.
Korban yang terkena tembakan Marta, 18, adalah warga desa Komering, kecamatan Merigi Sakti, kabupaten Bengkulu Tengah (Benteng).
Ia terkena tembakan saat ikut demo PT CBS, Tambang Batu Bara yang berada di wilayah kecamatan Merigi Sakti dan Merigi Kelindang, kabupaten Bengkulu Tengah.
“Sebenarnya masih ada beberapa korban lainnya, baik terluka akibat aksi demo tersebut. Namun, mereka dilarikan ke Rumah Sakit di Bengkulu Tengah,” ujar Paman korban, Anhar, 48.
Sekitar 500 warga dari 7 desa dari Kecamatan Merigi Sakti dan Merigi Kelindang bergabung menuntut perusahaan tersebut, segera memberhentikan praktik tambang underground, karena dapat merusak lahan warga.
“Praktik bawah tanah ini sudah berjalan sekitar 5 bulan, warga sudah geram dengan kebijakan pemerintah yang memberikan izin terhadap praktik tersebut,” pungkas Anhar.(ade/ray/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Listrik di Lombok Bakal Semakin Andal
Redaktur : Tim Redaksi