JAKARTA - Dugaan adanya politik uang pada Kongres Demokrat, Mei 2010 lalu di Bandung, Jawa Barat terus mencuat. Keterlibatan Umar Arsal pun selaku Ketua Tim Pemenangan Anas Urbaningrum untuk Kawasan Timur Indonesia yang disebut telah membagi-bagikan uang kepada para peserta kongres juga semakin menguat.
Setelah mantan Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Demokrat Kabupaten Minahasa Tenggara, Provinsi Sulawesi Utara, Diana Maringka mengatakan telah menerima uang Rp 100 juta dari Umar Arsal, kali ini giliran Mantan Ketua DPC Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep), Sulawesi Selatan, Luthfi Hasan dari Makassar, Senin (20/2).
Hanya saja, Luthfi mengakui tidak menerima dana USD 10 ribu, meskipun ia diiming-imingi dari tim pemenangan Anas Urbaningrum. "Saya dipanggil ke ruangan khusus saat kongres, tapi saya katakan tidak mau karena memang sejak awal mendukung Marzuki Alie, apa pun yang terjadi," kata Luthfi yang enggan menyebut nama tim sukses Anas yang dimaksud.
Namun pengakuan ini tetap saja dibantah oleh Umar Arsal. Ketua DPP Demokrat Bidang Tanggap ini mengatakan pengakuan yang dilakukan oleh mantan ketua DPC Demokrat ini merupakan bagian dari skenario untuk menurunkan Anas Urbaningrum yang secara sah terpilih sebagai ketua umum Demokrat.
"Ini bagian dari skenario karena pengakuan itu muncul secara mendadak. Mereka dibayar oleh kekuatan yang bisa saja berasal dari dalam atau pun juga dari luar Demokrat. Tapi kami masih menyeledikinya, siapa sebenarnya orang di bekalang ini semua," katanya.
Menurut Legislator dari Daerah Pemilihan Sulawesi Tenggara (Sultra) ini, dugaan adanya yang memanfaatkan para kader Demokrat ini terlihat dari orang-orang yang mengaku. Karena sudah tidak menjabat lagi, makanya para mantan Ketua DPC ini sengaja dimanfaatkan untuk melakukan gerakan mendelegitimasi Anas.
"Mereka orang-orang yang sakit hati karena tidak terpilih lagi. Makanya dimanfaatkan untuk memberikan pengakuan. Yang menjabat sekarang kan tidak ada seperti itu," ucapnya.
Terkait temuan Pusat Pelaporan Analasis dan Transaksi Keuangan (PPATK) yang menyebutkan ada 20 transaksi mencurigakan ke rekening mantan Bendahara Umum Demokrat, M Nazaruddin, Umar Arsal mengatakan tranksaski itu tidak ada hubungan dengan aliran dan ke Kongres Demokrat. "Tidak ada seperti itu, justru Nazaruddin memanfaatkan kongres untuk mendapatkan keuntungan," pungkasnya. (awa/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Capres tak Harus Ketum Partai
Redaktur : Tim Redaksi