jpnn.com, JAKARTA - Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Hinca Pandjaitan berharap kampanye akbar pasangan calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto - Sandiaga Uno tidak lagi memakai tema yang menggunakan diksi 'putihkan'. Sebab, penggunaan diksi tersebut menurut Hinca, terkesan mengarahkan kepada kelompok agama tertentu.
"Jadi, bisa cari tema lain yang tidak terasosiasi dengan simbol keagamaan tertentu," kata Hinca ditemui di kantor DPP Demokrat, Jakarta, Senin (8/4).
BACA JUGA: Demokrat: Pesan SBY Mau Meluruskan, Prabowo Bukan Memihak Khilafah
Dia mengatakan Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ingin kampanye Prabowo - Sandiaga mengedepankan semangat persatuan. Diksi 'putihkan' dalam kampanye berpotensi memecah belah bangsa.
"Pesan dari Pak SBY yang disampaikan ke saya dan Pak Syarief Hasan itu, pesan semangat menyatukan. Bukan semangat memilah. Sebutan-sebutan pada simbol, apalagi identitas, dia (SBY) menganggap berpotensi tidak menyatukan," ungkap Hinca.
BACA JUGA: Penjelasan Demokrat Terkait Surat SBY Sebelum Kampanye Akbar Prabowo
Demokrat dan SBY, kata Hinca, sangat memperhatikan sisi kebangsaan dalam setiap kampanye politik. Terlebih, Demokrat merupakan partai yang beraliran nasionalis dan religius.
BACA JUGA: Ini Alasan AHY Absen di Kampanye Akbar Prabowo - Sandi
BACA JUGA: Kilas Balik Kampanye Akbar Prabowo di Gelora Bung Karno
"Kembali ke politik identitas, kami tidak setuju. Demokrat menempatkan nasionalis religius," pungkas dia.
Sebelumnya, pasangan Prabowo Subianto - Sandiaga Uno menggelar kampanye akbar di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Minggu (7/4).
BACA JUGA: Kampanye Akbar di GBK, Prabowo Subianto Singgung Iwan Bopeng
Prasetyo Hadi selaku penanggung jawab kampanye akbar Prabowo - Sandi di SUGBK mengatakan, kegiatan bertitel Putihkan Jakarta itu telah terlaksana dengan baik dan tertib. Menurutnya, massa pendukung duet bernomor urut 02 itu punya semangat sama tentang Pancasila. (mg10/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Aa Gym Unggah Salah Satu Momen di Kampanye Akbar Prabowo, Masyaallah
Redaktur & Reporter : Aristo Setiawan