JAKARTA - Ketua Departemen Keuangan DPP Partai Demokrat, Ikhsan Modjo mengatakan tidak beralasan jika Indonesia disebut sebagai negara yang gagal. Terlebih bila disamakan dengan Somalia dan Sudan karena Indonesia termasuk negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi paling cepat di dunia.
"Sangat tidak beralasan menyebut Indonesia sebagai negara gagal atau diambang gagal. Apalagi memasukkan dalam kategori yang sama dengan Somalia dan Sudan," kata Ikhsan kepada JPNN, Senin (25/6) di Jakarta.
Pria yang juga sebagai dosen Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga ini menjelaskan rating perekonomian Indonesia saat ini terus membaik. Hal ini kata dia dibuktikan dengan masuknya ke dalam investment grade di 2012 dari Lembaga ternama seperti Fitch, S & P dan Moodys.
"Dari segi ekonomi, Indonesia masuk ke dalam G-20 dan emerging economy yang tumbuh termasuk paling cepat di dunia, dengan angka kemiskinan yang terus turun. Krisis di Eropa juga relatif sedikit berpengaruh," katanya.
Sebelumnya, Indonesia masuk dalam peringkat ke 63 dari 178 di Indeks Negara Gagal (Failed State Index /FSI) 2012. Rating ini dipublikasikan di Washington DC, Amerika Serikat.
Namun menurut Ikhsan, temuan yang dipublikasikan FSI ini sangat berlebihan. Alasannya, kesimpulan itu tidak didasarkan pada adanya perbaikan politik dan ekonomi secara berkala.
"Beberapa temuan dan simpulan dari rating FSI, terutama di bidang sosial dan politik, juga berlebihan. Karena tidak melihat adanya perbaikkan dari tahun ke tahun. Intinya rating ini jangan terlalu dianggap serius, tapi lebih sebagai masukkan untuk bekerja lebih keras," katanya.
Bagaimana dengan sikap partai oposisi yang menggunakan data FSI untuk menyudutkan pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)? Menurut Ikhsan hal sepert itu wajar saja.
"Wajar kalau oposisi men-aksentuasi semua berita negatif. Yang jadi pertanyaan kenapa berita-berita positif dari lembaga yang lebih kredibel, tidak di-aksentuasi dan besar-besarkan?" pungkasnya. (awa/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... 7 Kriteria Capres Versi Muhammadiyah
Redaktur : Tim Redaksi