Dengar Curhat Ada Anak Dihamili Pacar saat Usia 16 Tahun, Ini Reaksi Pak Ganjar

Rabu, 09 Juni 2021 – 19:10 WIB
Gubernur Ganjar Pranowo dalam acara Talkshow Gelar Expo Jo Kawin Bocah di Gedung Gradhika Bhakti Praja, Rabu (9/6). Foto: IG @ganjarpranowo

jpnn.com, SEMARANG - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meminta agar ruang laporan dan aduan masyarakat dibuka sebanyak-banyaknya terkait pernikahan anak.

Hal itu disampaikan setelah Ganjar usai mendengar cerita dari orang tua anak penyintas pernikahan anak (kawin bocah) dalam acara Talkshow Gelar Expo Jo Kawin Bocah di Gedung Gradhika Bhakti Praja, Rabu (9/6).

BACA JUGA: Ganjar: Saya Mohon Kesadaran Panjenengan

Awalnya seorang ibu bercerita mengenai anak perempuannya yang terpaksa menikah pada usia sekitar 16 atau 17 tahun. Pernikahan itu terpaksa dilakukan karena si anak sudah hamil duluan. Saat itu, pasangan laki-laki yang juga masih di bawah umur  dan belum bekerja. 

"Saya ibu dari anak yang terpaksa melakukan perkawinan bocah akibat perlakuan bapaknya. Saya mendapat KDRT dari suami sampai akhirnya berpisah. Anak saya diculik setelah pulang sekolah dan dikoskan di tempat mewah," ujar ibu itu mengawali cerita.

BACA JUGA: Istri Sedang Hamil Tujuh Bulan, Boy Malah Nekat Berbuat Aksi Tak Terpuji

Sang ibu yang tidak tahu keberadaan anaknya itu sudah mencari lama, sampai akhirnya anak perempuannya pulang dalam keadaan hamil.

"Waktu pulang sudah hamil. Saya tanya tidak mengaku terus minta bantuan sampai anak saya mengaku dihamili pacar. Memang pacarnya mau tanggung jawab untuk menikahi tetapi kondisinya saat itu tidak ada modal dan tidak bekerja," katanya terbata-bata.

BACA JUGA: Duka Mendalam Gadis yang Diperkosa Ayah Bejat, Diancam dengan Pedang saat Ibu Tak di Rumah

Setelah menikah dan melahirkan, anak perempuan itu tidak kuat karena tekanan sosial sehingga meninggalkan suami dan anaknya. Terakhir, pasangan pernikahan anak itu bercerai.

"Anak saya waktu menikah umur 16 atau 17 tahun. Saya berpesan jangan kawin bocah. Walaupun terpaksa mengawinkan itu buntutnya tidak enak, terutama bagi orang tua pihak perempuan. Risikonya sampai bertahun-tahun," ungkapnya.

Mendengar cerita itu, Ganjar menyampaikan simpati mendalam. Dia menjelaskan bahwa kebanyakan korban pernikahan anak adalah perempuan.

Cerita dari ibu itu juga mengonfirmasi kenapa dari sisi usia pernikahan anak itu sangat berisiko. Meskipun pemerintah telah mempunyai regulasi, tetapi orang tua juga punya peran penting dalam pendidikan di rumah.

"Bukan hanya karena kenakalan remaja saja tetapi juga kenakalan orang tua. Kalau kemudian banyak kawin bocah, yang salah itu gubernurnya karena kurang memberikan pemahaman, guru dan orang tua juga punya peran untuk memberi penjelasan dan pembelajaran," katanya.

Cerita ibu dari anak penyintas kawin bocah itu juga memberikan informasi bahwa beban anak cukup berat dikarenakan konflik orang tua dan belum adanya pemahaman dari anak.

Maka dari itu ruang-ruang pengaduan atau bercerita perlu dibuka seluas-luasnya agar anak bisa mendapatkan perlindungan dan mempunyai ruang untuk berkeluh kesah.

Tunjuk Duta Jo Kawin Bocah

Selain itu untuk mengampanyekan gerakan Jo Kawin Bocah, pada kesempatan itu juga dipilih duta. Sejumlah duta tersebut antara lain Maya dari Forum OSIS, Atalia dari Forum GenRe, Ivan dari Forum Anak, dan Aril yang mewakili komunitas difabel.

Duta ini telah menjalani pelatihan untuk bisa melatih teman-temannya. Tentunya untuk kampanye Jo Kawin Bocah dengan bahasa dan media yang dekat dengan anak-anak.

"Nah sekarang ini ada duta Jo Kawin Bocah. Duta dari anak-anak ini yang akan terus mengampanyekan Jo Kawin Bocah. Lalu menyampaikan bagaimana berprestasi, apa itu pernikahan, dan apa itu reproduksi," katanya. (flo/jpnn)


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler