jpnn.com, TANGERANG - Letaknya yang berada di perbatasan utara laut Jawa, membuat warga Desa Kronjo, Kecamatan Kronjo, Kabupaten Tangerang, Banten, memilih profesi sebagai nelayan. Hasilnya selain dijual, ikan hasil tangkapan juga diolah menjadi ikan asin dan otak-otak.
Kepala Desa Kronjo Tarisno mengatakan, pengelolaan ikan asin banyak dijadikan usaha warganya dan menjadi sumber mata pencaharian utama.
BACA JUGA: Harga Cabai di Tangerang Juga Tak Terkendali
“Mata pencaharian sebagian penduduk kami tidak terlepas dari nelayan dan dunia perikanan. Sekaligus menjadi sumber utama ekonomi warga,” katanya.
Sudiharto, pembuat iklan asin yang juga warga Kampung Pekapuran RT 02 RW 05 Desa Kronjo, Kecamatan Kronjo mengaku dalam satu minggu bisa menampung ikan sebanyak tiga ton. Ia menampung berbagai jenis ikan di antaranya, ikan layang, lesi, kembung, tembang, petek, pari, teri, dan tongkol. Ikan-ikan tersebut kemudian diolah menjadi ikan asin. Untuk penjualannya dikirim ke beberapa wilayah, seperti Serang, Pandeglang, Bogor, Tangerang, dan lainnya.
BACA JUGA: Garam Langka, Pedagang Ikan Asin Gigit Jari
Sudiharto mulai menjalankan usaha pengasinan ikan bersama orang tuanya sejak tahun 1992 lalu. Awalnya, ia hanya menampung ikan sebanyak satu sampai dua kwintal dalam satu pekan. Sekarang dirinya sudah menampung ikan mencapai tiga ton per pekan.
“Saya jemur ikan-ikan sebanyak itu di atas lahan seluas kisaran satu hektare. Digulir saja jemurnya setiap hari dalam sepekan,” katanya.
Selain pengolahan ikan asin, Desa Kronjo juga memiliki potensi wisata religi yang sudah terkenal di Banten yakni Pulau Cangkir. Bahkan wisata religi tersebut sekarang kerap dikunjungi peziarah dari berbagai daerah.
“Adanya obyek wisata religi Pulau Cangkir berdampak pada perekonomian warga. Mereka bisa membuka usaha berupa warung dan mengelola parkir kendaraan para peziarah,” tutupnya. (pem/rb/adm)
Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti