Desakan dari Senayan agar Jokowi Copot Pejabat Pelabuhan

Senin, 29 Juni 2015 – 15:10 WIB
Foto: dok.JPNN

jpnn.com - JAKARTA – Ketua Komisi VI DPR Hafiz Tohir mendesak Presiden Joko Widodo (Jokowi)  mencopot pejabat pelabuhan  yang  gagal memenuhi Key Performance Indicator (KPI) atau Indikator Kinerja Utama (IKU) yang ditetapkan.

Desakan itu menyusul sikap Presiden Jokowi yang sangat kecewa dengan lamanya masa tunggu bongkar muat barang (dwelling time) di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, yang diungkapkan beberapa waktu lalu. Saat ini, dwelling time di Pelabuhan Tanjung Priok sekitar 5,5 hari, sedangkan di Singapura hanya dua hari.

BACA JUGA: Jualan Kurma saat Ramadan, Omzetnya Rp 2 Juta per Hari

“Harus diubah. Harus ada perbaikan. Koordinasi antarinstansi buruk sekali. Itu yang menyebabkan waktu tunggunya panjang,” kata Hafiz Tohir di Jakarta, Senin (29/6).

Menurut politikus Partai Amanat Nasional (PAN) itu, Presiden Jokowi harus secepatnya mengintruksikan pergantian pejabat pelaksana di lapangan. “Jika tidak berhasil baru ganti dirutnya. Terlalu banyak kader bangsa yang lebih baik dan lebih pintar dari mereka,” kata Hafiz.

BACA JUGA: Pelindo II dan III Angkut Ribuan Sepeda Motor Gratis

Desakan senada sebelumnya disampaikan Anggota Komisi V DPR Nurhayati Monoarfa, yang  mengatakan agar pejabat yang gagal  mencapai KPI, sebaiknya mengundurkn diri.  

Nurhayati mengatakan,   dwelling time di  Singapura jauh lebih cepat dibandingkan Tanjung Priok karena  di negeri itu telah memberlakukan sistem one-stop service  untuk aktivitas clearance.

BACA JUGA: Pelni Keluhkan Lambatnya Dana PMN Rp 500 Miliar

Menurutnya, pelabuhan  Tanjung Priok, pernah menerapkan sistem  national single window (NSW)  untuk aktivitas single submission data information, single and synchronous processing of data information, dan single decision making for custom release and clearance of cargo. Namun, tidak berjalan mulus.

“Sistem  ini perlu ditinjau kembali agar dapat memenuhi permintaan percepatan dwelling time.   Semua departmen yang terlibat wajib menggunakan  single system,” jelas dia.

Ramai diberitakan, Presiden Jokowi  mengungkapkan kemarahannya ketika  menyaksikan aktivitas bongkar muat di  PT Pelindo II, pada 17 Juni lalu.  Kepala Negara  menyebutkan  dwelling time  di Pelabuhan Tanjung Priok adalah  terlama di Asia sehingga  menjadi penyebab kerugian Rp 780 triliun akibat pengelola pelabuhan sebagai eksekutor  kurang tanggap dan tidak profesional.

Sedang Direktur Utama PT Pelindo II Richard Joost Lino menyebut ada sandiwara besar yang kini terjadi di Pelabuhan Tanjung Priok, terutama menyangkut mekanisme ekspor impor. Dia menyebutkan, ada pihak-pihak yang  bersandiwara untuk menyudutkan Presiden Jokowi terkait  lamanya masa tunggu bongkar muat barang.

Lino menuding lamanya dwelling time  bukan   terletak pada pengelola pelabuhan, tetapi pemerintah,  dalam hal ini delapan Kementerian/Lembaga (K/L) terkait. Di antaranya,  Badan Karantina Kementerian Pertanian, Badan Karantina Perikanan, BPOM, Kementerian Kesehatan, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (sam/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Negara Harus Kelola Penuh Blok Mahakam


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler