jpnn.com - JAKARTA - Wakil Ketua Komisi III DPR RI, Desmond Junaedy Mahesa mengatakan terjadinya kontak senjata antara prajurit Yonif 134/TS dengan Brimob Polda Kepri di Tembesi, Kepulauan Riau adalah bentuk kegagalan pimpinan TNI dan Polri.
Kejadian itu menurut Desmond menunjukkan bahwa kedua satuan tersebut tidak melakukan antisipasi terhadap potensi konflik. Apalagi sebelumnya, dua pihak ini juga sudah terlibat bentrok saat penggerebekan gudang BBM ilegal September lalu.
BACA JUGA: Prasetyo Diprotes Jadi Jaksa Agung, Ini Jawaban Menkopolhukam
"Ini harusnya tidak terjadi, kalau terantisipasi dan terukur. Yang berkonflik harusnya dikeluarkan dari Batam, itu kalau sensitif. Berarti hari ini kepemimpinan TNI dan Polri gagal," kata Desmond di Gedung DPR Jakarta, Kamis (20/11).
Politikus Gerindra itu melihat ada yang masih kabur dari konflik TNI-Polri di Batam yang mesti diungkap. Apakah sumber masalah di sana merupakan motif rebutan ekonomi atau ada unsur lain.
BACA JUGA: Jokowi-JK Harus Lebih Garang Basmi Mafia Migas
Karena itu, pihaknya selaku mitra kerja kepolisian di DPR akan segera memanggil Kapolri Jenderal Polisi Sutarman untuk diklarifikasi tidak saja soal kasus di Kepri, tapi juga di daerah lain. Terutama mengenai sikap aparat menghadapi para demonstran.
"Dalam waktu dekat ini, Kapolri akan dipanggil. Kekerasan di berbagai tempat, Sidoarjo, polisi mengeroyok warga, kader HMI digebukin, jadi kekerasan aparat mirip di jaman orde baru," kata Desmond.
BACA JUGA: Pejabat Kejagung Sudah Diundang Hadiri Pelantikan Prasetyo
Menurutnya, polisi sebagai pelindung dan pengayom masyarakat seharusnya tidak mempertontonkan keberpihakan terhadap penguasa ketika berhadapan dengan rakyat. Apalagi sampai melakukan tindakan kekerasan secara brutal. (fat/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Polri Belum Dapat Informasi soal Korban Bentrok
Redaktur : Tim Redaksi