Destinasi MICE Mulai Jadi Primadona

Minggu, 19 Februari 2017 – 17:18 WIB
Arief Yahya. Foto: JPNN

jpnn.com - jpnn.com - Para pelaku bisnis yang tergabung di Asosiasi Perusahaan Pameran Indonesia (ASPERAPI) memuji effort Kemenpar yang dipimpin Menpar Arief Yahya dalam menggenjot wisata meetings, incentives, conferencing, exhibitions (MICE) di Indonesia.

Menurut ASPERAPI, ini adalah langkah cerdas dan momentumnya sudah sangat tepat.

BACA JUGA: Thai Airways Segera Tambah Penerbangan ke Indonesia

“MICE itu market-nya besar atau size-nya besar, spread atau spending-nya besar, dan sustainabilitas-nya juga besar. Kalau digenjot Kemenpar seperti sekarang, ini sangat bagus untuk menopang perekonomian,” terang Ketua Umum ASPERAPI, Effi Setiabudi, Sabtu (18/2).

Bagi pria yang sudah dua periode menjabat Ketua Umum ASPERAPI itu, sekarang adalah momentum sektor MICE untuk mengukir sejarah di pariwisata. Gambarannya sudah terlihat jelas sejak 2016.

BACA JUGA: Festival Pesona Bau Nyale Makin Inovatif

Hampir seluruh primadona devisa negara terjun bebas. Minyak dan gas bumi, batu bara, serta minyak kelapa sawit, sedang meredup. Sementara industri pariwisata nasional justru melompat tinggi dan membawa efek domino yang menggerakkan beragam bidang ekonomi.

”Kian hari Kementerian Pariwisata makin serius menggenjot MICE. Dan kami sangat menghargai ini. Banyak pihak mulai melirik destinasi MICE di Indonesia. Punya alam yang indah, dan paket yang menarik dengan kombinasi aktivitas MICE dan tourism,”ujar Effi.

BACA JUGA: Menteri Pariwisata Thailand Puji Booth Indonesia

Dari pengalamannya menjalankan industry pameran selama 27 tahun, MICE memang terbukti ampuh menggerakkan roda ekonomi. MICE jadi makin terlihat seksi lantaran jumlah pesertanya banyak, partisipannya adalah decision marker, length of Stay-nya panjang, media coverage-nya luas dan spendingnya sangat tinggi.

“Dari MICE membawa berkah yang tidak sedikit. Hotel, restoran, venue, rental mobil, handycraft, destinasi wisata, yang kami sebut ring satu, semua kebagian rezeki. Kalau pameran lebih ngeri lagi. Selain ring satunya dapat, ring duanya juga kebagian,” terang Effi.

Ring yang dimaksud Effi adalah transaksi dagang. Dari paparan Effi, nominal yang didapat dari ring dua ini angkanya bisa mencapai sepuluh kali lipat dari income ring satu.

“Angkanya sangat besar. Kalau sebelumnya pariwisata dapat USD 10 m di 2013, lalu naik USD 11 m di 2014, dan naik lagi USD 12,6 m di 2015, di 2017 bisa lebih dahsyat lagi karena MICE terus digenjot. Industrinya kan cenderung sustainable,” papar Effi.

Sustainable? Apa tidak berlebihan? Apa menariknya MICE? Orang datang ke gedung, melihat pameran, ikut workshop? Apa tidak boring?

“Itu pola pemikiran yang tidak pas. MICE itu menyatu dengan pariwisata. Biasanya selepas acara atau sebelum acara, ada sesi city tour atau culinary tour, mengunjungi satu tempat paling menarik di kota tempat MICE

dilangsungkan. Inilah yang bisa menggerakkan ekonomi. Semua roda ekonomi terkait dengan MICE dan tour-nya bisa hidup dan berkembang,” katanya.

Dia mengakui, turis MICE yang datang ke Indonesia jumlahnya tak sedikit. Hanya saja, sampai saat ini belum ada data pasti berapa jumlahnya. Maklum, belum ada pencatatan yang mendetail soal jumlah turis yang datang ke Indonesia untuk MICE.

”Sekarang kan masih sangat rancu. Ke depan ini harus dibenahi supaya kita punya gambaran mau melangkah ke mana,” pungkas Effi.

Destinasi yang siap untuk MICE jumlahnya juga tak sedikit.  Sekarang destinasi MICE sudah bisa ditemui di banyak daerah. Dari Bali, Jakarta, Bandung, Kepri  hingga Kalimantan Timur, sudah ditopang infrastrukstur MICE yang sangat oke. Kapasitas dan fasilitas di dalamnya sudah banyak yang bintang lima. 

”Makanya saya imbau kepada semua pihak, ayo mengadakan pertemuan di Indonesia. Bali, Jakarta, Kalimatan Timur, Kepri, sudah banyak yang representative. Tapi kalau pameran, jumlahnya memang harus dibatasi agar tidak merusak pasar,” ucap Effi.

Seperti dirasakan insan pariwisata, atmosfer kepariwisataan Indonesia kini semakin menjanjikan. Jumlah wisman periode Januari-Desember 2016 naik 15,54 persen alias jauh di atas rata-rata ASEAN dan dunia.

Kini menembus angka 12,023 juta, atau 23 ribu di atas proyeksi. Angka 12,023 juta itu didapat dari 11.519.275 wisman oleh Badan Pusat Statistik (BPS), ditambah dengan bulan Januari-September 2016 sejumlah 504.696 wisman yang belum dimasukkan.

Kepala BPS Kecuk Suharyanto mempersilakan menggunakan kedua angka itu.

Kecuk juga mengonfirmasi dan menyebut angka yang belum dimasukkan ada 4,2 persen karena belum direkomendasi Forum Masyarakat Statistik (FMS).

“BPS sebenarnya sudah setuju dengan ekstrapolasi Januari-September 2016 sebesar 504 ribu (4,2 persen) itu, dan sudah dipresentasikan di depan FMS, 8 Februari 2017. Hanya saja FMS mencoret angka 504 ribu itu. Tetapi BPS maupun FMS mempersilakan Kemenpar menggunakan angka riil 12,023 juta itu kepentingan pariwisata,” jelas I Gde Pitana, Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Mancanegara Kemenpar. (jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Penerbangan Terbatas, Tiket ke Indonesia Mahal


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler