jpnn.com - LUMAJANG - Kasus pembunuhan Salim Kancil yang terjadi pada Sabtu (26/9) lalu, telah menggegerkan Tanah Air. Tragedi sadis yang terjadi di Lumajang, Jawa Timur ini menyita perhatian tak kurang dari masyarakat biasa, hingga Presiden Joko Widodo.
Salim Kancil adalah seorang petani di Selok Awar-awar, Pasirian, Lumajang. Kejadian Sabtu itu, pasti tak dibayangkan oleh Salim.
BACA JUGA: Kepergok Mesra di Kafe Remang-remang, Disuruh Ngaji
"Kekerasan dan tewasnya Salim adalah salah satu bukti bahwa perlindungan terhadap warga yang ingin mempertahankan lingkungan dan kehidupannya, masih belum terjamin," ujar Koordinator Badan Pekerja KontraS Surabaya, Fatkhul Khoir, saat dihubungi JPNN.com via telepon, Selasa (29/9) malam.
Dari penuturan Fatkhul inilah kemudian didapatkan gambaran mengerikan saat kejadian berlangsung. "Saya bersama teman-teman turun (ke lokasi) pada hari Minggu. Saat itu suasana masih sangat mencekam," kata Fatkhul.
BACA JUGA: Acara Pemko Tual Ini Dipuji Menteri
Dari keterangan sejumlah saksi (warga) kepada Fatkhul, pada Sabtu pagi itu, Salim masih di rumah dan didatangi sekelompok orang dengan gelagat tak baik.
Salim kemudian 'ditangkap', diikat dan kemudian diseret menuju balai desa setempat. Menurut berbagai kesaksian, jarak antara rumah Salim dan balai desa sekitar 2 kilometer.
BACA JUGA: Kapolri: Tinggal Cari Aktor Intelektual
Di perjalanan, kelompok massa ini memukul Salim dengan peralatan yang mereka bawa. Warga ketakutan melihat aksi sadis tersebut. Setibanya di balai desa, kelompok ini masih terus memukul Salim dan menyeretnya masuk. Ironisnya, di sana masih cukup banyak anak-anak sedang mengikuti kelas PAUD (pendidikan anak usia dini).
Namun aksi kekerasan terus berlangsung. Tubuh Salim bahkan dilaporkan menjadi tempat penyetruman, berkali-kali.
Seperti tak puas, dengan peralatan yang sudah ada, kelompok ini bahkan menggergaji bagian tubuh termasuk leher Salim.
Ajaib. Siksa gergaji dan setrum seolah tak mempan. Kelompok tersebut seperti kian tertantang. Mereka kemudian membawa Salim menuju arah pemakaman.
Di tempat ini, Salim disebut kembali diserang dengan berbagai senjata. Setelah kelompok ini memakai batu, Salim tumbang. Mengetahui fakta itu, mereka kemudian memukulkan batu ke kepala Salim, berkali-kali. Innalillahi, di sinilah Salim meninggal dengan posisi tertelungkup. Kayu dan batu berserakan di sekitarnya.
"Almarhum memang punya ilmu kebal. Dia berguru kepada seorang yang biasa dipanggil kiai," kata Fatkhul.
Seperti diketahui, sebelum mendatangi Salim, kelompok ini juga sudah 'berurusan' dengan rekan Salim bernama Tosan. Tak jauh beda, Tosan juga dianiaya. Sedikit lebih beruntung, Tosan tak sampai tutup usia atas aksi sadis tersebut.
KontraS sangat menyesalkan peristiwa ini. Salim Kancil dan Tosan dikenal sebagai petani yang peduli lingkungannya. Mereka adalah bagian dari petani yang dari awal bersuara lantang menolak penambangan pasir di desa mereka. Mereka menilai penambangan telah mengakibatkan kerusakan dan mengancam produksi pertanian warga, khususnya di Selok Awar-awar.
(Baca: Dasar Sadis! Para Pembunuh Salim Kancil Masih Bisa Tertawa dan Bercanda Saat Ditahan)
TERBARU: Para Pembunuh Salim Kancil Itu Mirip Centeng, Dibayar Bulanan
"Kami akan terus mengawal dan memperdalam kasus ini," tutur Fatkhul. (kontras/adk/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... PKB Kutuk Pembunuhan Salim Kancil
Redaktur : Tim Redaksi