DI Australia, pasangan yang hidup bersama tanpa menikah lebih berbahagia dibandingkan pasangan yang menikah. Demikian pula penduduk kota kecil dengan populasi kurang dari 1000 jiwa ternyata lebih berbahagia dibandingkan dengan warga kota besar.
Hal ini terungkap dalam hasil Survei HILDA (household, income and labour dynamics) yang dilaksanakan University of Melbourne, dengan melibatkan 17 ribu responden.
BACA JUGA: Penurunan Kuota Impor Sapi Tak Dipengaruhi Hubungan Indonesia-Australia
Survei menanyakan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kebahagiaan para responden.
Menurut penulis laporan survei, Prof. Roger Wilkins, terdapat sejumlah faktor yang berpengaruh terhadap kebahagiaan para responden.
BACA JUGA: Virgin Australia Tambah Penerbangan untuk Pulangkan 4000 Penumpang di Bali
"Faktor paling besar adalah kesehatan dan hubungan dengan pasangannya," jelasnya. "Sedangkan faktor yang paling merusak kebahagiaan adalah menjadi pengangguran."
Menurut Prof. Wilkins pasangan tetap yang tidak menikah rsecara umum mengaku lebih berbahagia dibandingkan pasangan yang menikah.
BACA JUGA: Dari Australia ke India: Kisah Pelajar Brisbane Bantu Warga Desa di Hyderabad
"Ada sejumlah alasan untuk itu, pertama karena mereka kecil kemungkinannya memiliki anak, dan kehadiran anak-anak membawa pengaruh negatif bagi kebahagiaan pasangan tersebut," jelasnya.
"Di mata para responden, kehadiran anak menimbulkan masalah seperti siapa yang harus mengasuhnya," kata Wilkins.
"Selain itu pasangan yang menikah cenderung bertahan lebih lama dalam hubungan mereka dibandingkan dengan yang tidak menikah. Survei ini menemukan pengaruh negatif dari hubungan yang telalu lama," paparnya.
Prof. Wilkins menjelaskan, survei ini tidak menemukan di antara para responden yang menyebutkan bahwa anak justru merupakan sumber kebahagiaan pasangan suami-istri.
Hasil lainnya menyebutkan bahwa kalangan suami atau pria lebih bahagia dibandingkan kalangan istri atau wanita dalam kehidupan berpasangan.
Selain itu, survei ini mengungkapkan pola tak terduga dalam kebahagiaan yang bagi sebagian orang mungkin justru merupakan tekanan.
Misalnya, kata Prof. Wilkins, responden yang paling berbahagia ternyata adalah mereka yang bermukim di kota kecil dengan penduduk kurang dari 1000 jiwa.
"Survei ini tidak menguji mengapa mereka lebih berbahagia hidup di kota kecil, sehingga kami lebih spekulatif membuat dugaan," jelasnya.
"Misalnya, mungkin karena kurangnya kemacetan serta kejadian kriminalitas," katanya.(admin)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Real Madrid Siap Berlaga di Kejuaraan ICC di Melbourne