jpnn.com, SHANGHAI - Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati menyampaikan keamanan energi merupakan prioritas utama bagi Indonesia.
Hal itu disampaikan Nicke saat menjadi pembicara utama pada Forum Sinopec yang berlangsung di Shanghai, Tiongkok, baru-baru ini.
BACA JUGA: Pertamina Jalin Kerja Sama dengan SINOPEC untuk Memperkuat Komitmen Transisi Energi
Di forum yang mengangkat tema 'Mengelola Transisi Energi: Melalui Kemitraan & Kolaborasi' tersebut, Nicke juga mengungkapkan Indonesia masih menghadapi beberapa tantangan dalam mencapai keamanan energi.
Tantangan dimaksud tersebut, seperti ketergantungan pada bahan bakar fosil, penurunan produksi minyak, dan peningkatan terus menerus dalam permintaan energi nasional.
"Karena itu, kita perlu mengurangi ketergantungan pada impor dengan mendiversifikasi energi, mengoptimalkan sumber daya energi lokal sambil memperluas akses ke sumber energi yang lebih bersih," kata Nicke.
Menurut Nicke, Indonesia adalah jalur strategis untuk rantai pasokan global dalam transisi energi, kaya akan sumber energi terbarukan dan bahan-bahan penting yang dibutuhkan untuk transisi energi, seperti nikel, bauksit, tembaga, termasuk potensi untuk NRE, solusi berbasis alam (NBS), dan CCUS.
Nicke menyampaikan untuk memanfaatkan potensi penting Indonesia, Pertamina memainkan tiga peran penting dalam membentuk lanskap energi.
BACA JUGA: Pertamina Gelar Loss Control Summit 2023, Berikut Para Pemenangnya
Pertama, memastikan ketahanan energi Indonesia dengan meningkatkan kapasitas pasokan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
Kedua, memobilisasi sumber daya domestik untuk mengurangi defisit perdagangan minyak dan gas dengan meningkatkan penggunaan sumber energi domestik.
BACA JUGA: Universitas Pertamina Berperan Cetak SDM yang Mampu Dukung Transisi Energi dan Dekarbonisasi
Ketiga, melakukan dekarbonisasi, efisiensi energi, dan transisi energi dengan target Emisi Net Zero (NZE) atau bebas emisi.
"Pertamina telah mengembangkan inisiatif strategis yang komprehensif, mencakup dekarbonisasi operasional, mendirikan bisnis emisi karbon rendah, dan melaksanakan program penurunan karbon," ungkap Nicke.
Nicke juga menegaskan dukungan kuat pihaknya terhadap NZE melibatkan transformasi cara Pertamina menjalankan bisnis dan mengelola operasi perusahaan untuk memprioritaskan keberlanjutan.
Namun, Nicke mencatat bahwa Indonesia masih menghadapi hambatan dalam mempercepat transisi energi, seperti akses ke pembiayaan yang kompetitif, kemajuan teknologi, pendanaan tahap awal, dan peningkatan kemampuan sumber daya manusia.
"Oleh karena itu, untuk benar-benar berhasil dalam transisi energi ini, kami menyadari pentingnya dukungan yang tepat dan dorongan melalui kemitraan strategis. Saya percaya bahwa bisnis berkelanjutan dibangun melalui kekuatan kolaborasi dan kemitraan," tegas Nicke.
Sehubungan dengan hal tersebut, Pertamina memperluas kerja sama bisnisnya dengan Sinopec yang merupakan perusahaan energi milik negara Tiongkok, untuk mempercepat komitmen transisi energi dan meningkatkan peluang pengembangan bisnis global.
Langkah ini ditandai dengan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara Direktur Utama & CEO PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati dengan Ketua Sinopec Group Ma Yongsheng.
MoU antara kedua badan usaha milik negara dari Indonesia dan Tiongkok meliputi berbagai kegiatan bisnis, mulai dari hulu, hilir, hingga energi baru dan terbarukan atau new & renewable energy (NRE), hingga pengembangan kemampuan sumber daya manusia.
Di sektor hulu, Pertamina dan Sinopec akan memperluas kolaborasi mereka dalam kegiatan seperti pengembangan unconventional hydrocarbon, carbon capture utilization and storage (CCUS), enhanced oil recovery (EOR), dan pengeboran ultra-deep.
Ini termasuk penguatan kegiatan riset dan pengembangan serta pengembangan bisnis hulu.
Sementara itu, kolaborasi di sektor hilir meliputi baik di bisnis bahan bakar dan bisnis non-bahan bakar, pelumas, aviasi, petrokimia, serta transportasi dan logistik.
Sebagai bagian dari kolaborasi di sektor NRE, kedua belah pihak akan mengeksplorasi potensi dalam pengembangan energi panas bumi, hidrogen, dan tenaga surya.
Selain itu, terdapat kesepakatan untuk meningkatkan pengembangan kemampuan di kedua sisi.
Nicke menekankan pentingnya kolaborasi dengan mitra strategis untuk mempercepat bisnis perusahaan selama era transisi energi saat ini.
“Di tengah tantangan yang dihadapi akibat perubahan iklim dan transisi energi, kolaborasi dengan mitra krusial untuk mengatasi isu-isu ini dan mempercepat pertumbuhan bisnis Pertamina melalui transfer pengetahuan dan teknologi,” ujar Nicke.
Lebih lanjut Nicke menjelaskan Sinopec merupakan salah satu perusahaan minyak dan gas internasional yang memiliki keahlian di bidang CCUS, unconventional hydrocarbon, petrokimia, hidrogen, dan lainnya.
Hal ini memungkinkan Pertamina untuk belajar dan mengembangkan bisnisnya.
Sebelumnya, Pertamina Hulu Energi sebagai salah satu anak perusahaan Pertamina telah menandatangani perjanjian kerja sama dengan sektor hulu Sinopec.
Karena itu, kolaborasi saat ini diharapkan dapat memperkuat implementasi kolaborasi antara kedua perusahaan. (mrk/jpnn)
Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Sutresno Wahyudi, Sutresno Wahyudi