Di Hadapan Jokowi, Petani Tebu Sentil Kebijakan Impor

Rabu, 06 Februari 2019 – 23:28 WIB
Presiden Joko Widodo. Foto: Dok. JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Ratusan petani tebu dari berbagai daerah mencurahkan persoalannya kepada Presiden Joko Widodo alias Jokowi saat bersilaturahmi di Istana Negara, Rabu (6/2). Mereka bahkan menyentil kebijakan impor gula yang kerap dilakukan saat musim panen.

Laporan mengenai kondisi petani tebu disampaikan langsung oleh Ketua Dewan Pimpinan Nasional Andalan Petani Tebu Rakyat Indonesia (DPN APTRI) Sumitro Samadikun, di hadapan Presiden Jokowi yang saat itu didampingi oleh Menko Perekonomian Darmin Nasution dan Kepala Kantor Sta Presiden Moeldoko.

BACA JUGA: Puji Kinerja BPN, Jokowi: Lompatannya Sepuluh Kali Lipat

Menurut Sumitro, petani tebu belakangan ini mengalami masa-masa sulit untuk menjual gula hasil produksi mereka di pasaran. Hal itu salah satunya disebabkan peredaran gula impor di pasaran.

"Maksud bapak yang begitu mulia untuk berikan pelayanan kepada konsumen dengan cara impor, agar lebih dari kebutuhan sehingga gula eks impor yang beredar di pasar agak melebihi kebutuhan," ucap Sumitro.

BACA JUGA: Jokowi Siap Jawab Soal Pembangunan Infrastruktur Dalam Debat Kedua

Namun demikian, sebagian petani tebu bersyukur karena Presiden Jokowi telah memerintahkan Badan Urusan Logistik (Bulog) untuk membeli gula petani seharga Rp 9.700 per kilogram. Meskipun, nilai itu masih jauh di bawah BPP atau biaya pokok produksi sebesar Rp 10.500.

Persoalannya tidak selesai di situ. Sebab, tidak semua gula dari produksi kebun petani yang dibeli seharga Rp 9.700. Sebab, ada sebagian petani yang produksi gulanya cuma dihargai di bawah Rp 9.000.

BACA JUGA: Kiai Maruf Tak Bela Jokowi soal Propaganda Rusia

"Apa yang dilakukan bulog belum menyentuh seluruh petani karena yang dibeli bulog hanya petani yang tebunya digiling di (pabrik) BUMN. Sedangkan yang tidak, gulanya tidak dibeli sehingga harga jatuh," jelasnya.

Untuk mengatasi hal itu, APTRI meminta pemerintah jangan mengimpor gula disaat petani tebu sedang panen. Diakui Sumitro, impor masih dibutuhkan karena produksi dalam negeri juga belum bisa menutupi tingkat konsumsi masyarakat.

"Impor masih diperlukan. Namun saat stok gula masih ada, sementara tidak impor sampai produk kami 2019 bisa masuk pasar," pintanya.

Sumitro menambahkan, jenuhnya pasar gula juga disebankan gula rafinasi yang seharusnya untuk industri mamun masih bocor ke pasaran.

"Ini karena kelebihan kuota impor yang diberikan, meski dipotong 2,8 juta ton namun sisa rafinasi masih ada," tandasnya.(fat/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Akbar Tanjung Siap Pengaruhi Kolega dan Juniornya Untuk Mendukung Jokowi


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler