jpnn.com, JAKARTA - Direktur Eksekutif The Yudhoyono Institute Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengikuti rangkaian dialog pada pertemuan para mantan kepala negara yang tergabung dalam Club de Madrid (CdM) di Berlin selama dua hari.
AHY menilai forum tersebut telah mencapai kesepakatan bahwa dunia memang sedang mengalami krisis multidimensi yang belum pernah terjadi sebelumnya.
BACA JUGA: Elektabilitas Demokrat di Kalangan Generasi Z Moncer, Irwan Fecho: AHY Jadi Magnet
Hal tersebut disampaikan AHY pada sesi VI forum diskusi di Bertelsmann Representation, Unter den Linden 1, Berlin, Selasa (1/11) waktu setempat.
“Spektrumnya sangat luas, mulai dari perang di Ukraina, geopolitik dan keamanan internasional, krisis energi, perubahan iklim, komitmen net-zero, krisis pangan global, krisis utang, hingga peran lembaga multilateral yang semakin berkurang,” ujar AHY di hadapan para tokoh dunia.
BACA JUGA: AHY dan Aher Sadarlah, Kalian Hanya Beban bagi Anies di Pilpres 2024
Untuk mencegah krisis ini terjadi makin jauh, menurut AHY tidak ada cara ajaib untuk menyelesaikan.
“Tidak ada resep rahasia. Namun, izinkan saya untuk menyampaikan tiga catatan yang saya yakin akan sangat penting bagi upaya kita dalam membekali diri untuk mencegah krisis terjadi di masa depan,” kata AHY.
BACA JUGA: Babak Baru Kasus ACT yang Menyeret Ahyudin Cs
Pertama, menurut AHY, kita tidak boleh menunggu sampai krisis dimulai sebelum kita melakukan sesuatu.
Menurut AHY, di dunia yang penuh ketidakpastian, pencegahan dan kesiapsiagaan akan menjadi makin penting.
AHY menyatakan setuju dengan pernyataan Angel Gurria Sekjen OECD (2006-2021) dan juga Perdana Menteri Norwegia Kjell Magne Bondevik (1997-2000, 2001-2005) tentang pencegahan dan kesiapsiagaan.
“Kita melihat bagaimana dunia telah membayar mahal untuk keterbatasan kita mencegah dan mempersiapkan apa yang mungkin terjadi ke depan. Dunia perlu dibekali dengan kapasitas yang memungkinkan kita untuk selalu siap,” kata AHY.
Kedua, menurut AHY, kita tidak bisa mengandalkan teknologi semata untuk mencegah krisis.
“Faktor manusia, seperti kepemimpinan dan karakter pemimpin akan menjadi faktor penentu. Manusialah yang harus membuat pilihan sulit untuk mengakhiri perang dan konflik.
“Mengutamakan agenda iklim, beralih ke energi terbarukan, mereformasi bisnis dan pemerintahan, dan lain sebagainya,” kata AHY.
Ketiga, semua negara dan aktor global perlu sepenuhnya beradaptasi dengan dinamika global. Pertukaran ide, kolaborasi dan kemitraan perlu lebih ditingkatkan.
“Saya percaya bahwa para pemimpin global di Club de Madrid telah membuka jalan di depan ini,” kata AHY yang juga Ketua Umum DPP Partai Demokrat itu.
Menurut AHY, kita tidak membutuhkan institusi atau lanskap global yang sama sekali baru.
Namun, kata AHY, kita hanya perlu menimbang kembali urgensi untuk bekerja sama, menempatkan perspektif baru di mana semua aktor global, aktor negara dan non-negara, dapat bersatu dalam menjalankan tujuan bersama dalam mengatasi tantangan global.
Atas nama The Yudhoyono Institute sebagai salah satu penggagas dialog ini, AHY mengucapkan terima kasih kepada semua pembicara, panelis, dan peserta yang hadir di Berlin.
“Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Club de Madrid, terutama Presiden Danilo Turk dan Sekretaris Jenderal Maria Aguero, Liz Mohn Center, dan Kantor Luar Negeri Federal, atas kerja keras dan kerjasamanya untuk mewujudkan inisiatif penting ini. Saya berharap kita dapat bekerja sama lagi dalam waktu dekat,” tegas AHY.
Hadir dalam forum diskusi tersebut antara lain Danilo Türk President of CdM and President of Slovenia (2007-2012), Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono, President of Bolivia (2001-2002) Jorge Fernando Quiroga, President of Mexico Felipe Calderón (2006-2012).
Selain itu, President of Poland (1995 – 2005) Aleksander Kwa?niewski, dan President of Mali (2014-2015) Moussa Mara. Sementara hadir secara virtual Prime Minister of the United Kingdom (2007-2010) Gordon Brown.(fri/jpnn)
Redaktur & Reporter : Friederich Batari